hari berganti demi hari, rutinitas berjalan seperti biasa, hari - hari dilalui Sila dengan suka cita, mengurus suami dan kedua anaknya, dan sesekali datang ke resto.
Sila bangun lebih pagi dari biasanya, hari ini ia akan pergi ke resto untuk mengecek laporan keuangan dan ada meeting dengan karyawannya.
Sila sibuk menyiapkan sarapan untuk keluarga kecilnya, setelah selesai ia naik keatas untuk membersihkan diri dan bersiap. suaminya sudah siap dengan pakaian kantornya.
", mas bisa minta tolong anterin anak - anak, hari ini aku ada meeting dengan karyawan dan klien yang mau ngontrak resto mama", ucapnya pada suaminya.
Aldi sedikit malas menanggapi istrinya, ", aku gak bisa ma, aku buru - buru hari ini", ungkapnya
", bukannya proyek papa udah selesai, kok papa masih sering lembur dan weekend juga sering ngantor", tanya sila sebal.
Aldi yang mendapat pertanyaan dari istrinya hanya diam, tanpa menjawab sepatah kata pun dan berlalu pergi.
Sila tak memperdulikan suaminya, " akhir - akhir ini mas Aldi sering marah - marah gak jelas", batinnya.
setelah membersihkan diri dan bersiap-siap, Sila segera turun kebawah untuk sarapan bersama. dimeja makan hanya ada kedua anaknya, itu artinya suaminya sudah berangkat dan tanpa sarapan. sila tak habis pikir ada apa dengan suaminya yang sering uring - uringan tak jelas.
sila mengantarkan kedua anaknya ke sekolah, setelah memastikan anaknya masuk, ia langsung menuju resto miliknya.
", itu bukannya mobil mas Aldi, kok belum sampai kantor, bukannya sudah dari tadi berangkatnya", batinnya, ia hapal betul mobil suaminya, dan untuk nomor plat mobilnya pun dia sangat hafal jadi ia tidak mungkin salah.
Sila mengikuti kemana arah mobil suaminya, ia merasa kepo, mengapa mobil itu masih berada di jalanan sedangkan yang punya sudah berangkat dua jam yang lalu, seharusnya ia sudah duduk manis dikantornya.
mobil itu memasuki kawasan kantor, Sila berhenti dan menunggu siapa yang membawa mobil suaminya. seorang laki - laki yang amat dikenalnya keluar dari mobil, dan berjalan menuju pintu sebelahnya dan membuka pintunya, keluarlah seorang wanita cantik, muda, ****, berjalan begitu anggunnya mengandeng lengan suaminya.
perih hati Sila melihat perilaku suaminya terhadap wanita lain yang perhatian dan lembut, sedangkan di rumah ia sering uring - uringan tanpa sebab.
Sila melajukan mobilnya menuju resto, ia tetap mencoba berpikir positif jika itu suaminya tak mungkin mengkhianatinya.
", kamu gak mungkin khianati aku kan mas"?, ia bermonolog. sila masih berharap apa yang dilihatnya sebuah kesalahan.
_______****______
sila menghempaskan bokongnya di kursi kebesarannya. asistennya mengikutinya hingga masuk keruangan sang bos.
", kenapa mbak, sakit ya", tanya asistennya, melihat bosnya memijit - mijit pelipisnya.
jika mereka hanya berdua, sila meminta asistennya memanggil mbak saja agar lebih akrab, memanggil ibu jika mereka bersama karyawan yang lain.
", ngak kok san, hanya pusing sedikit", ucapnya pada sang asisten.
", gimana laporan keuangannya san, dananya cukup untuk persiapan orderan yang kemaren", tanyanya pada sang asisten.
", cukup mbak, mereka meminta prasmanan saja, dan harus ada orang kita yang berjaga di sana untuk melayani mereka", jelasnya.
", kirim dua orang ja san, dan yang lainnya standby disini", ucapnya pada asistennya.
Sandra mengangguk tanda mengerti, dan kembali lagi melanjutkan pekerjaannya.
Sila masih terus terbayang apa yang dilihatnya tadi pagi, berjuta pertanyaan mengelayut di dadanya. ", setega itukah kamu mas, setelah apa yang aku lalukan buat kamu", batinnya.
", totok..... totok.... totok... totok... pintunya diketok oleh seseorang dengan sangat brutal, tak ada yang berani melakukan itu, jika bukan satu orang, yaitu sahabatnya sejak kulyah, siapa lagi kalo bukan vania, ", tapi bukannya dia masih di luar negeri", batinnya.
dengan malas ia bangkit dari kursinya, menuju pintu. ", gak ada orang", batinnya
kembali ia ingin menutup pintu, tapi pintu tersebut seperti terganjal sesuatu, Sila mengangkat kepalanya memastikan apa yang terjadi dengan pintunya.
", Vania........," teriaknya
", surprise ...... ", lalu memeluk sahabatnya.
", kau benar - benar ya", dengan wajah cemberutnya..
sila bahagia, sahabatnya sudah kembali lagi ke negaranya... sudah satu tahun mereka tidak bertemu, vania ikut keluar negeri untuk memantau anaknya yang sedang menempuh pendidikan di sana.
", kenapa pulang gak bilang - bilang ", tanyanya
", kalau bilang gak jadi surprise donk", tanpa bersalah setelah membuat Sila kesal.
", Sil, aku lapar", ucapnya pada sahabatnya sambil mengelus perutnya.
", emang pembantu di rumahmu udah kamu pecat semua, lapar sampai kamu bawa kesini", sindirnya.
", enak ja, aku belum pulang sil, dari bandara aku langsung kesini", jelasnya.
", kau ni, gak kangen apa sama pak bos", sindirnya
", kamu kayak gak tau ja kelakuan dia gimana, mana ada dia siang - siang begini di rumah", ucapnya sebal.
vania dan sila bersahabat sejak masuk kulyah, vania anak orang kaya, hidup berkecukupan, sedangkan Sila anak orang biasa, yang harus ikut banting tulang demi membiayai kulyahnya, vania lah orang yang selalu membantunya ketika ia kekurangan dalam keuangannya.
vania menikah dengan seorang pengacara kondang, yang kaya raya, mungkin tidak akan habis jika dimakan tujuh turunan. tapi suaminya bukan tipe orang setia, bahkan vania sudah mati rasa dibuatnya karena ulahnya.
", san ke ruanganku ya", panggilnya lewat telpn
tak butuh waktu lama, sandra sudah berada diruangannya.
", eh bu vania, pa kabar bu", sapanya pada vania
", baik san, kamu pa kabar", balasnya
", gak usah basa - basi, minta ja ma sandra mau makan apa",. ketusnya.
", san, bos kamu lagi datang bulan ya, dati tadi bete amat", sindirnya.
yang ditanya hanya mencoba tersenyum, tak berani berkomentar.
setelah memesan makanannya pada sandra, vania hanya fokus pada sahabatnya yang seperti memiliki beban, hingga membuat moodnya buruk.
", kamu kenapa sih, dari tadi bete banget" ucapnya.
", aku lagi kepikiran terus van, mas aldi tadi jalan sama cewek", ucapnya lesu.
", kan baru jalan sil, belum ngapa - ngapain", jelasnya.
", maksudmu harus ngapa- ngapain dulu, aku baru tau gitu", erangnya sebal
", bukan gitu sil, sapa tau itu cuma teman kantor, atau sekretarisnya gitu", jelasnya agar macan betina di depannya itu tidak mengamuk.
", kalau sekedar jalan, aku pun tidak akan kepikiran kayak gini van, ia kelihatan bahagia, mesra, dan bergandengan tangan", ucapnya lemah.
", sudahlah sil, jangan terlalu jauh berpikir jika belum ada bukti, nanti kamu sakit sendiri", ucap vania memberi penjelasan.
makanan yang dipesan vania, sudah tersedia, tanpa menunggu lama ia langsung melahapnya, seperti orang yang tidak makan dua hari.
", suamimu gak ngasih duit ke kamu van", tanyanya.
", dia gak perlu repot kasih duit ke aku, aku pegang black card, yang susah buat aku habisin", ucapnya sambil terus melahap makanannya.
", la terus, kok kamu kayak gak makan lima hari", sindirnya
vania tak lagi menangapi omongan sahabatnya, ia hanya menikmati menu andalan sahabatnya yang menggugah selera.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 128 Episodes
Comments
Desi Ummu Ihsan
Hmm....duo sahabat ternyata punya suami tak setia....pelakor benar2 merajalela
2022-02-13
3
Cucu Saodah
beuh vania dah matirasa... kalo sekedar jalan bareng baginya gada apa apa... beda sama sila yg tak biasa diselingkuhin
2022-01-19
4