Ditelan Likuifaksi

Welcome to Sultra.

Ya, seperti itulah skenario hidupku. Siapa yang paling menodong untuk menikah dengan orang kaya yang ganteng? Ialah Mamak dan kakak-kakakku. Kalau bisa memilih, aku ingin hidup sederhana, dengan pria sederhana. Dan dia setia, itu sudah bisa membuatku bahagia. Tapi otakku sudah tersistem, harus kawin sama orang kaya--syukur-syukur kalau dia ganteng, kalau mau bahagia itu! Titik! Harga mati!

Aku mengembus napas berat. Apa sekarang masih ada kesempatan? Lalu tertunduk.

Tentu saja!

Aku hanya ingin menjadi istri yang baik. Dan mencoba memaafkan semuanya.

Terlalu lama keluargaku hidup kere. Menjadikanku materialistis. Dan sekarang aku lega, bisa tahu filosofi bahagia dalam hidup ini. Dan orang-orang masih mencari bahagia itu. Menurut mereka ialah harta. Harta yang orang-orang masih memujanya.

"Perusahaan Natan lagi kolaps. Kalau dia bangkrut. Aku takut Mimi tidak akan tahan bersamanya. Tolonglah Juni, sebagai saudara Natan, sebagai temanku, tolong bantu dia diam-diam, kamu bisa meminjam nama perusahaan temanmu lalu bekerjasama dengan perusahaan Natan."

Juni pun berpikir lama, terdiam, lalu akhirnya mengangguk berat, "Kamu. Kenapa masih mau membantunya?"

"Tidak tahu!" jawabku singkat. Yang jelas, aku tidak ingin dia lari ke minuman keras lalu mati di atasnya. Meskipun aku ingin sekali membalasnya. Natan. Membiarkannya melarat bangkrut. Episode itu pun datang kembali. Kenapa aku masih membantu Natan setelah semua kejahatan yang dilakukannya padaku?

Aku tidak tahu!

Aku hanya akan menjadi diriku yang baru.

Aku pun disibukkan oleh organisasi perempuan yang diikuti kakakku dan didukung Mamak, tujuannya untuk menyejahterakan rumah tangga pertiap daerah, dengan memberi pelayanan dan bantuan. Ternyata meskipun kakakku matre, jiwa sosialnya tinggi. Untunglah aku seperti buah jatuh tidak jauh dari pohonnya. Yang mengikuti sepak terjang mereka.

Berbagi kebahagiaan ternyata adalah definisi bahagia juga.

Banyak dari keluarga sederhana, yang diuji kurang harta, tapi mereka bahagia. Aku senang bisa turut andil membantu mereka. Dan jika organisasi kami masih membutuhkan dana, aku pun menggunakan uang di ATM yang selalu ada, dan cukup banyak. Tiap bulan selalu terisi. Padahal honorku begitu tipis, ya, aku freelance di kementrian kelautan, membantu tugas kakak sebagai penyuluh.

Darimana uang misterius itu? Tentulah bukan ngepet! Ini tahun 2018! Pastilah Natan yang mentransfernya. Laki-laki itu memang hitam putih. Kuingin syok-syok menolaknya, tapi di sini aku butuh, akhirnya dipakai saja. Keluarga pun sampai heran, kenapa aku bisa membeli banyak makanan enak dengan gaji pas-pasan?

Program organisasi perempuan yang aku ikuti itu seperti mengadakan pembekalan materi semisal tips menjadi istri dan ibu hebat, tentang asupan gizi keluarga, hidup sehat, dan menjadi wanita mandiri. Mendengar materi-materi yang Bu Marwiah sampaikan, sebagai seorang psikolog, yang juga mendalami ilmu gizi, membuatku berdesir, ingin menjadi istri dan ibu seperti yang dicontohkan beliau. Tapi, tidak bersama Natan, tentunya aku harus punya kehidupan baru.

Acara ini diadakan di Trans Towua, Baula, di Kabupaten Kolaka. Bangunan di Trans Towua ini bermaterialkan kayu, yang didesain berbentuk pondok-pondok 1 lantai dengan gaya rumah panggung, yang memiliki kolom-kolom kayu, sebagai kaki penyangga bangunan. Viewnya menarik. Pohon-pohon hijau di sudut dan diapit oleh kolam-kolam berisi berbagai jenis ikan air tawar, yang bisa dikonsumsi, dan tentunya digoreng atau dibakar dulu. Ini menjadikan makanan di sini semakin nikmat, karena bahan dasarnya masih fresh.

Selain pembekalan materi dasar, juga kegiatan bagi-bagi sembako, dan pelatihan kewirausahaan. Bagi-bagi sembako untuk mencukupi gizi keluarga yang benar-benar hanya makan mie dan nasi hampir setiap hari. Aku sampai tersentuh. Dulu waktu mahasiswa juga aku seperti ini. Hari ini makan mie rasa ayam bawang, besok coto makassar, besoknya ayam spesial, atau kalau benar-benar kere, aku bisa makan nasi sama kerupuk saja. Lalu, teman kosku melihat adegan hitam putih itu secara live, dan endingnya dia menawarkan sarden.

Sedang pelatihan kewirausahaan bagi wanita itu begitu penting, dia bisa membantu suaminya ataupun kalau suaminya lari ke perempuan lain, si wanita tidak harus hidup terlontang-lantung, dia bisa membuktikan ke suaminya bahwa betapa hebatnya dia, mampu mandiri. Akhir kata, si suami gigit jari karena tidak setia. Dasar laki-laki! Aku tersenyum getir. Mengenang peristiwa bersejarahku.

Untungnya keluargaku punya bakat artis. Mereka bisa berakting apik. Ketika tetangga dan keluarga jauh bertanya, kenapa aku pulang? Suamiku yang ganteng di mana? Mereka pintar mencari alasan seperti dia punya proyek di luar negeri. Kenapa lama? Kenapa aku tidak ikut? Proyek memang jangka waktunya lama, dan dia bilang saja aku tidak bisa hidup di luar negeri. Kalau mereka bertanya, sudah bertemu lagi? LDR, kan, bahaya? Maka akan dijawab sudah, aku dan Natan berkomunikasi via video call. Dan, aku meminta Natan untuk tidak mengekspoks kegiatannya bersama Mimi di dumay, agar keluarga jauh tidak bisa mendeteksi cacatnya hubunganku, sampai Natan melegalkan gugatan itu.

Tidak hanya program pemberdayaan, kakak mengajakku ikut dalam dunia politik. Menyumbangkan ide, pemikiran, dan tenaga tentang persoalan rakyat yang tidak ada apa-apanya dibanding masalahku. Kini, aku hampir tidak pernah mengingat Natan lagi. Aku terlalu sibuk memikirkan kemiskinan masyarakat, miskin harta, ilmu dan moral, juga tentang bencana alam dan masih banyak lainnya. Semisal pengangguran, korupsi, dan penegakan hukum yang berat sebelah.

Rupanya dalam dunia politik putih untuk daerahku, sumber daya manusia bisa dibilang agak langka, maksudnya yang benar-benar ingin maju jadi pemimpin hanya untuk menyejahterakan masyarakat, bukan untuk kepentingan sepihak.

Mirip seperti program organisasi kewanitaan yang aku ikuti, selain mengikuti kelas sospol atau sosmed, rapat, rakorwil, parpol ini juga sering melakukan aksi kemanusiaan, semisal bagi-bagi sembako tiap rumah, di jalan, atau mereka membuka kelas training kemandirian umat, belajar bersama tentang moral, atau mengadakan konser amal.

Dan sebagai mantan karyawan yang pernah bermain di balik layar atau berseluncur di dunia website. Aku menjadi agen sosmed, sebagai cyber army, maker konten kreatif, copy writing, untuk mengkampanyekan kegiatan-kegiatan ini di dumay.

***

September 2018.

28 September menjadi sejarah, bagi rakyat Sulawesi Tengah, tiga bencana alam terjadi dalam satu waktu, gempa, tsunami, dan likuifaksi. Bahkan aku dan sekeluarga di Kolaka, SULTRA, ikut merasakan gempa, terjadi dua kali, dan yang paling besar, ketika pukul 18.02 WITA.

Dan ternyata di Sulawesi bagian tengah, kondisinya sangat parah, terjadi gempa berskala 7,4 skala ritcher. Kata temanku yang berhasil selamat, tanah yang mereka injak tiba-tiba berguncang kuat, jalan-jalan terbelah seperti ombak, dan bangunan-bangunan mulai ambruk.

Bahkan di kelurahan Petobo, tanah seketika berubah seperti lumpur hisap, kondisi itu melahap bangunan, menelan manusia ke dalam tanah, kekuatan tanah yang kehilangan daya dukungnya sehingga tidak mampu menopang lagi.

18.05 WITA di Kolaka, kami masih syok karena gempa, lalu melihat berita di grup WA, menurut BMKG, bahwa adanya peringatan tsunami. Setelah itu, berita di TV menyiarkan bahwa Lembaga ini memperkirakan gelombang laut mencapai 0,5 sampai 3 meter. Lalu, sekitar 3 hingga 6 menit kemudian, Palu pun diterjang ombak setinggi 6 meter. Jarak waktu hanya 10 menit paska gempa, dan tsunami pun terjadi.

Penyebab gempa, karena lempengan bumi yang saling bertumbukan satu sama lain. Berakibat fatal karena area ini dekat dengan rumah penduduk. Ada sedikitnya 500 gempa susulan di Palu, yang sebagian besar di antaranya tidak dirasakan warga.

Sedang susulan tsunami, disebabkan gempa 7,4 SR yang membentuk gelombang setinggi 6 meter, dan bentuk teluk Palu yang panjang dan menyempit menyebabkan kecepatan dan tinggi gelombang semakin bertambah.

Dan likuifaksi di perumahan Balaroa yang menampung 1333 rumah, disebabkan gempa yang menyebabkan tanah kehilangan ikatan sehingga melarut seperti air dan mengalir, membawa bangunan dan kendaraan di atasnya ikut serta. Sekitar 1700 rumah tertelan bumi. Menurut Badan SAR Nasional, ada ratusan hingga ribuan orang terkubur langsung dalam tanah.

Kami benar-benar beraksi setelah kejadian nahas itu, mengumpulkan donasi, mulai dari jalan ke jalan juga saat diadakannya rapat. Teman-teman di Jawa termasuk Juni mulai menanyakan kabarku---kecuali Natan, entah dia seketika menghilang seperti korban likuifaksi.

Aku bersyukur. Bersyukur atas kebaikan Juni, menjadi donatur kami. Kami pun membangunkan orang-orang yang harapannya terkubur, saat semua keluarganya tersapu tsunami. Atau tenggelam dalam likuifaksi, tertimpa reruntuhan. Antar hidup dan mati, teman-teman yang langsung ke TKP melaporkan tentang kondisi daerah-daerah paska bencana, sedang aku tidak ikut, karena Mamak melarangku.

Adapun bantuan Juni benar-benar berharga di mata masyarakat Palu, Donggala, Sigi dan sekitarnya, kami bekerjasama dengan salah satu parpol mendirikan tiga posko di daerah berbeda, kami pun berdampingan dengan lembaga-lembaga kemanusiaan. Bahkan negara-negara asing ikut membantu memberi donasi, seperti Amerika, Perancis, Republik Ceko, Swiss, Norwegia, Hongaria, Turki, Australia, Korea Selatan, Arab Saudi, Qatar, New Zealand, Singapura, Thailand, Jepang, India, China dan Uni Eropa.

Di sisi lain aku merasa semakin hari, Juni menjadi lebih baik. Bagaimana tidak, yang dia sumbangkan bagiku sangat besar jumlahnya. Sebanyak 50 juta yang langsung ditransfernya di ATMku. Aku jadi penasaran berapa kekayaan Juni. Padahal untuk bisa membantu donasi, kami harus kerja beberapa hari seperti berwirausaha menjual es, kue, jajanan, buah, buku, pin, baju, dan stiker.

Kini Juni berbeda. Kalau dulu dia selalu mangkir dari perusahaan untuk menyendiri. Menyendiri ke gunung Ungaran, Brown Canyon Meteseh, Hutan Penggaron, Bandungan, Hutan Pinus Nglimut Kendal, dan tempat sepi lainnya, yang mungkin untuk bersemedi dan bersembunyi. Sekarang tidak lagi, bisa dibilang dia cukup sering ke kantor. Meski masih suka menyendiri. Tentu saja!

Dan aku—kalau ingat, terkadang menanyai tentang kondisi perusahaan Natan---yang sebenarnya tidak mau tahu. Dan, aku lega saat jawabannya sesuai ekspektasiku.

 

 

Terpopuler

Comments

Anna Azzahra

Anna Azzahra

Sulawesi hadir😁.. Palu-sulawesi tengah😘😘

2020-12-05

0

Fleur Liu

Fleur Liu

wihhh sulawesi

2020-07-05

0

retno wulansari

retno wulansari

ntapz

2020-06-16

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!