Sudah hampir enam bulan Aisyah menjalani kehidupan rumah tangganya bersama Banyu yang tak juga mengalami perubahan. Mas Banyu tetap saja kaku dan tetap acuh padanya. Aisyah masih menjalani kegiatannya sebagai pengasuh santriwati, hal itu dia lakukan untuk mengisi kesepian yang melandanya. Meski ia hidup berdua dengan suaminya namun mereka jarang terlihat bersama, mengobrol bersama ataupun bersama.
Aisyah selama ini mencoba bertahan karena ia merasa sungkan dengan Maya yang sangat menyayangi dirinya seperti anaknya sendiri. Dari Mayalah Aisyah mendapatkan kasih sayang seorang ibu yang sudah lama ia rindukan.
Banyu selalu sibuk dengan pekerjaannya hingga ia sering pulang larut malam, dan sudah harus pergi kerja lagi pagi-pagi buta. Tentu saja hal ini membuat ia dan Aisyah jarang sekali bersama, bahkan dihari minggupun Banyu masih tetap sibuk bekerja.
"Nduk, sudah hampir setengah tahun kamu menikah dengan Banyu, apa sudah ada tanda-tanda kehamilan cah ayu?" tanya Safi'ah
Aisyah hanya tersenyum kecut menanggapi pertanyaan dari mertuanya itu. Bagaimana ia bisa hamil sedangkan Banyu sama sekali belum menyentuhnya, Aisyah masih perawan walaupun statusnya sudah menikah.
"Belum Maya, doakan saja Aish bisa cepat dapat momongan," jawab Aisyah
"Iya nduk, Maya selalu doain kamu saya Banyu biar cepat dapat momongan, oh iya biar kalian cepet dapat momongan Maya punya rencana untuk memberikan kalian kesempatan untuk berbulan madu ke vila kita yang ada di daerah Sukabumi, lagian kalian kan sama sekali belum bulan madu setelah pernikahan kalian," ucap Maya
"Maya bicarakan saja sama Mas Banyu, kalau dia setuju maka Aishpun pasti setuju," jawab Aisyah dengan senyum mengembang
"Kamu memang istri soleha, tidak salah kami memilihmu," ujar Maya sambil memeluk menantunya
Aisyah memang lebih banyak menghabiskan waktunya bersama Maya bahkan untuk sekedar bermanja-manja layaknya anak dan ibunya.
Malam ini hujan turun dengan derasnya, setelah selesai sholat Isya, Aisyah menunggu suaminya yang tak kunjung pulang juga.
Dalam cemas ia mencoba menghubungi suaminya itu untuk sekedar menanyakan kabarnya, berulang kali ia menghubunginya namun tak kunjung diangkat juga oleh Banyu. Hal ini tentu saja menambah kecemasan Aisyah. Akhirnya iapun keluar kamarnya untuk melihat apa hujannya sudah reda atau belum.
"Kamu nungguin Mas Banyu yah?" tanya Bhumi
"Inggih Mas, aku khawatir Mas Banyu kenapa-napa, karena sekarang kan hujan angin, dan tadi aku telpon juga dia gak angkat-angkat telponya," jawab Aisyah
"Yaudah biar aku saja yang menghubungi Mas Banyu," kata Bhumi
Pria itu segera mengambil ponselnya dan menghubungi Mas Banyu.
"Halo, assalamualaikum Mas?" sapa Bhumi
"......"
"Mas masih di kantor atau sudah di jalan?" tanya Bhumi
"...."
"Oh gitu, Aisyah mau bicara sama Mas," ucap Bhumi
Pria itu segera memberikan ponselnya kepada Aisyah.
" Gak usah Mas, sudah Mas Bhumi aja yang ngobrol sama Mas Banyu," Aisyah menolak ketika Bhumi menyuruhnya untuk berbicara dengan Banyu.
Meskipun Aisyah menolak namun Bhumi tetap memaksanya, sehingga ia akhirnya mengambil ponsel Bhumi dan berbicara dengan Banyu.
"Assalamualaikum Mas?" sapa Aisyah
"Waalaikum salam, ada apa?" Banyu balik bertanya
"Apa mas baik-baik saja?" tanya Aisyah
"Iya aku baik, tenang saja setengah jam lagi aku pulang, kau tidak usah khawatir, sekarang istirahatlah!" ucap Banyu
"Baik Mas, assalamualaikum" Aisyah kemudian menutup handphonenya
"Makasih ya Mas, " ucap Aisyah mengembalikan ponsel milik Bhumi
"Sama-sama, sekarang kamu sudah legakan?, jadi istirahatlah jangan terlalu larut memikirkan Mas Banyu karena ia baik-baik saja saat ini, kamu harus menjaga kesehatanmu karena masih banyak santriwati yang membutuhkanmu." ujar Bhumi
Aisyah mengangguk dan kemudian kembali ke kamarnya. Sebelum ia tidur gadis itu menyempatkan diri untuk membereskan meja kerja suaminya yang terlihat berantakan.
Ia mulai merapikan buku-buku diatas meja itu, ketika hendak menyusun buku-buku itu tiba-tiba ia menemukan sebuah foto seorang wanita yang terjatuh dari dalam buku milik Banyu.
Aisyah menatap lekat foto wanita Timur Tengah yang sangat cantik itu, dibalik foto itu tertulis nama "Amber Khumaira" dan tertera tulisan "I Love You Khumaira 12/12/18".
Tiba-tiba air mata Aisyah langsung turun tanpa permisi membasahi pipinya.
"Pantas dia selalu mengacuhkanku, ternyata karena kamu Khumaira, kau memang lebih pantas bersanding dengan Mas Banyu, kalian begitu serasi. Mas Banyu tampan dan kau cantik." ucap Aisyah sembari menahan sesak yang menyeruak di relung kalbunya.
Entahlah tak pernah hatinya begitu sakit seperti hari ini, hatinya begitu sakit seperti ditusuk-tusuk duri. Ia tak bisa menyembunyikan kesedihannya, ia segera masuk ke kamar mandi dan menangis sejadi-jadinya. Ia memilih menangis dikamar mandi agar Maya dan Kyai Hasan tidak mendengar tangisannya.
Ketika ia keluar dari kamar mandi Mas Banyu sudah duduk di meja kerjanya.
"Apa kau yang membereskan meja kerjaku?" tanya Banyu
Aisyah hanya mengangguk.
"Lain kali tidak usah menyentuh barang apapun yang ada dimeja kerjaku!" seru Banyu
Lagi-lagi Aisyah hanya mengangguk dan segera merebahkan tubuhnya di ranjangnya.
Banyu merasa bingung dengan tingkah istrinya yang berbeda dengan biasanya itu. Biasanya Aisyah selalu menyambutnya dengan senyum manisnya, tidak lupa ia juga akan menawarkan secangkir teh hangat padanya. Tapi tidak dengan hari ini, wanita itu menatapnya dengan tatapan kosong dan sama sekali tidak berbicara padanya.
Banyu kemudian menghampiri Aisyah yang sudah berbaring di ranjangnya, ia mengusap kening istrinya.
"Apa kau sakit?" tanya Banyu yang tahu kalau Aisyah belum tertidur
Aisyah hanya menggeleng, ia tak mampu menjawab pertanyaan dari suaminya. Karena ia takut Banyu akan tahu kalau dia habis menangis karena suaranya yang serak.
"Apa tidak ada teh hangat untukku?" tanya Banyu lagi
"Maaf aku lupa," ucap Aisyah yang segera bangun dan keluar dari kamarnya
Tak lama kemudian ia kembali dengan membawa segelas teh panas, dan memberikannya kepada Banyu
"Apakah santriwati di Pondok banyak membuatmu kesal, sehingga membuatku harus kehilangan senyum manismu?" tanya Banyu
Aisyah hanya tersenyum kecut mendengar ucapan Banyu.
"Apakah dia hanya berusaha menghibur ku saja, karena ia merasa aku mulai melupakan rutinitas ku malam ini, " batin Aisyah
"Tidak, aku hanya lupa saja, maafkan aku yang lalai kali ini," ucap Aisyah
"Iya, tidak masalah, cuma ada satu yang kurang," ucap Banyu
"Apa?" tanya Aisyah penasaran
"Senyumnya mana?" goda Banyu
Entahlah ketika melihat senyuman Banyu kemarahan Aisyah pasti langsung luluh, ia memang begitu mencintai suaminya itu walaupun Banyu tak secuilpun memberikan cintanya pada Aisyah. Namun gadis itu selalu yakin bahwa doa-doanya akan terkabul suatu saat nanti, yaitu Mas Banyu akan mencintainya.
"Nah gitukan manis, " ucap Banyu ketika melihat senyuman manis istrinya
Tentu saja pujian itu langsung membuat Aisyah melupakan kesedihannya sejenak.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
Siti Asiah
ini novel tp sperti nyata ,aku kok jd melow yaa dgn kecemburuan Aisyah😭😭
2022-08-23
1
Haickoka
no perfect body....begitupun Banyu....!Banyu juga manusia yg bisa buat salah
2022-02-03
1
Chodhyland
bikin banyu jd bucin sm aish
2021-08-25
0