Setibanya di warung makan milik Mang Asep, Bhumi segera memesan dua ayam bakar untuk mereka. Tidak lupa ia membahas tentang lomba seperti janjinya.
"Tumben Mas makan di luar?" tanya Aisyah
"Mas lagi bosen sama menu makanan di pondok, jadi pengin sekali-kali mencoba makanan di luar, " jawab Bhumi sembari menyeruput teh manisnya
"Jadi lombanya masih Minggu depan ya Mas?" tanya Aisyah
"Iya, "
"Baik, jadi saya masih punya waktu untuk melatih para peserta dari tim putri." jawab Aisyah
Setelah selesai makan Bhumi kemudian mengajak Aisyah untuk kembali ke pondok.
"Makasih ya Mas atas traktirannya, " ucap Aisyah dengan senyum yang mengembang
"Sama-sama dek" jawabnya
Tanpa disadari Kyai Hasan memperhatikan keduanya dari kejauhan.
Bhumi segera kembali ke rumahnya setelah mengantar Aisyah ke asramanya.
"Apa kamu menyukai Aisyah, le?" tanya Kyai Hasan
Pertanyaan itu tentu saja mengagetkan Bhumi, ia kemudian menolehkan wajahnya kearah Kyai Hasan yang berdiri dibelakangnya.
"Mboten bah, mana berani saya menyukai calon kakak ipar sendiri, " jawab Bhumi
"Bagus, kamu harus ingat abah sengaja memilih Aisyah untuk menjadi istri Banyu karena aku yakin hanya dia yang mampu merubah perangai angkuh Banyu, mudah-mudahan Aish juga bisa menerima kondisi fisik Banyu karena abah tahu dia wanita sholeha yang akan menerima Banyu apa adanya, " kata Kyai Hasan
"Jadi le, mulai sekarang kamu harus jaga jarak sama dia, tidak baik kalau kalian masih sering terlihat bersama, jaga perasaan Masmu, " tambah Kyai Hasan
"Inggih bah, " jawabnya singkat
"Tolong nanti kamu pergi ke percetakan untuk memesan undangan pernikahan buat Banyu, pilih disain yang paling bagus dan elegan." Kyai Hasan memberikan contoh sebuah surat undangan padanya
"Sekarang anterin Maya ke toko emas dulu untuk membeli seserahan buat Aisyah, " ucap Kyai Hasan
"Memangnya acara pernikahannya kapan bah?" tanya Bhumi
"Dua minggu lagi, aku minta dipercepat karena abah harus pergi umroh akhir bulan ini, " jawab Kyai Hasan
"Baik bah, kalau begitu aku siap-siap dulu." jawab Bhumi
Kyai Hasan segera meninggalkan Bhumi dan kembali menuju pondok.
Sementara di asrama putri tampak terlihat beberapa orang santriwati sedang membicarakan perihal pernikahan Aisyah.
"Kasihan ya, mbak Aisyah harus menikah dengan Mas Banyu yang cacat, " ujar salah seorang dari mereka
"Iyah, kalau aku sih ogah, walaupun Mas Banyu itu anak orang terpandang dengan tampang yang menawan tapi tentu saja kalau kondisinya cacat ya saya tidak mau, mending menikah dengan orang biasa tapi sehat, nanti bukannya bisa enak-enak saat malam pertama malah kita repot mengurusi penyakitnya itu," cibir seorang santriwati
"Masa iya sih kita kuat mengurusi orang cacat seumur hidup kita, kapan bahagianya, "
"Mbak Aish itu bodoh atau gimana sih ya?, apa dia cuma menginginkan harta Mas Banyu saja, makanya dia menerima lamaran Kyai Hasan, " tambah salah seorang dari mereka
"Bisa jadi, secara keluarganya kan memang hidup pas-pasan, makannya ia mungkin pengin hidup enak walaupun harus menikahi orang cacat seperti Mas Banyu, "
"Eh tapi yang saya dengar Mas Banyu itukan orangnya selain cacat juga angkuh dan sombong, apa Aisyah mampu bertahan hidup dengan orang seperti dia?" tanya salah seorang dari mereka
Aisyah tanpa disengaja mendengar umpatan dari para santriwati itu, ia hanya tersenyum kecut mendengar umpatan dan cibiran dari teman-temannya itu.
"Ssstt!, ada mbak Aisyah, " salah seorang memperingatkan mereka untuk berhenti berghibah karena melihat Aisyah yang berjalan kearah mereka
Merekapun segera membubarkan diri dan kembali ke kamarnya. Aisyah segera merebahkan tubuhnya ke ranjangnya, kata-kata umpatan para santriwati itu pun masih terngiang-ngiang di pikirannya, seakan duri yang terus menusuk-nusuk dikepalanya. Bahkan ia ingin sekali merubah keputusannya menerima lamaran dari Kyai Hasan.
"apa aku harus bicara sama abi, kalau aku berubah pikiran sekarang dan ingin menolak lamaran dari Kyai Hasan, " ucap Aisyah
"Tapi bagaimana kalau abi kecewa, dan pasti persahabatannya dengan Kyai Hasan pasti akan renggang, "
"Duh!!, kenapa jadi dilema gini, "
"Tapi benar juga apa yang diucapkan oleh teman-teman kalau mas Banyu itu sudah cacat angkuh lagi, apa aku kuat seumur hidup bersama orang seperti dia, apa aku mampu mengurusi Mas Banyu yang cacat seumur hidup ku, duh Gusti apa yang harus hamba lakukan?" tanya Aisyah
Dikala kebimbangan hatinya melanda gadis itu hanya bisa mencurahkan isi hati dan perasaannya kepada sang Khalik, ia tidak berani menceritakan masalah pribadinya itu kepada siapapun. Walaupun ia punya sahabat dekat yang ia sudah anggap seperti saudaranya sendiri. Namun ia tidak berani membebani pikiran Annisa sahabatnya itu.
Dibenaknya hanyalah ingin segera menentramkan hatinya yang mulai goyah saat ini, gadis itu segera ke kamar mandi untuk membersihkan diri, tidak lupa ia langsung berwudhu karena sebentar lagi masuk waktu sholat Maghrib.
Selesai sholat, ia lanjutkan dengan membaca Alquran untuk mencurahkan segala isi hatinya dengan membaca firman-firman sang Pencipta.
Setelah selesai membaca Qur'an hatinya menjadi lebih tenang karena ia telah menceritakan semua masalahnya pada Robnya. Setelah selesai membaca Kalam Illahi ia lanjutkan dengan berdzikir hingga membuatnya mengantuk dan tertidur diatas sajadahnya.
Pukul tiga dini hari ia terbangun karena belum sholat Isya, ia segera mengambil air wudhu dan melaksanakan sholat Isya. Setelah itu ia lanjutkan dengan sholat Tahajud dan Istikharah untuk meminta petunjuk untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya. Pagi ini ia sengaja memilih sholat sendiri karena tidak ada jadwal mengisi kajian untuk santri putri.
Pagi itu seorang utusan dari Kyai Hasan datang menemuinya dan mengajaknya menemui Nyai Safi'ah.
"Assalamualaikum Nyai, " sapa Aisyah
"Waalaikum salam, masuk nduk, " jawab Nyai Safi'ah
Aisyah segera masuk dan menyalami calon mertuanya itu.
"Sini duduk cah ayu!" perintah Safi'ah
Aisyah segera duduk disamping wanita tua yang masih terlihat cantik itu.
"Sekarang Maya minta kamu mencoba kebaya itu ya, aku memang tidak membuat kebaya khusus untuk pernikahan kamu, karena maya ingin kamu memakai kebaya yang dulu maya pakai saat menikah dengan Kang Mas Hasan. Maya harap dengan memakai kebaya itu rumah tangga kamu dan Banyu nanti bisa langgeng kaya Maya dan Abah, " ucap Safi'ah
"Amin,"jawab Aisyah
"Kebaya ini memang dipakai secara turun temurun oleh keluarga kami, dan nanti saat Mas Bhumi menikah, istrinya juga akan memakai kebaya ini, jadi sekarang kamu voba dulu ya nduk, biar Maya bisa tahu kebayanya kekecilan atau kebesaran " Safi'ah menyodorkan sebuah baju kebaya pada Aisyah
"Kamu ganti di kamar Banyu saja, yang dekat dari sini!" Maya menunjukkan kamar Banyu yang terletak disamping ruang tamu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
Pras Tanti
maaf sholat isya' jam 3 pagi boleh nopo?☺.....sepengatahuan saya sehari itu 24 jam .
.jadi kalau jam 3 pagi sudah masuk hari berikutnya.maaf mohon pencerahan nya🙏🙏
2020-07-09
4
runi nisa
semangat kak...
mampir juga yuk ke novel aku
PACARKU MANTAN TEMANKU
jangan lupa like dan komen ya
mohon dukungannya🤗😘
2020-05-03
3
Mas Adam
dipondok juga ternyate ade aje yang pada ngegosip yeh...🙈🙈🙈
2020-04-10
8