"Iya aku tahu mas, insya Allah aku berusaha untuk menerimanya apa adanya, " jawab Aisyah
Deg!!, denyut jantungnya seakan berhenti ketika mendengar ucapan terakhir Aisyah.
"Apakah benar kau akan menerima lamaran dari Abah untuk menjadikanmu istri Mas Banyu, " gumam Bhumi sedih
"Mbak Aish dipanggil Nyai!" Seorang anak kecil menarik-narik gamisnya
"Iyah, mbak akan segera kesana, " jawab Aisyah
"Mas, Aish tinggal dulu ya, " pamit Aisyah
Ia berjalan menggandengnya anak kecil disampingnya, meninggalkan Bhumi yang masih terus menatapnya.
"Tolong kamu berikan obat ini sama Banyu ya nduk, Maya (panggilan ibu) lupa tadi karena terlalu sibuk mengurusi masakan didapur, jadi minta tolong ya cah ayu!!" ucap Sa'fiah sambil menyodorkan nampan pada Aisyah
"Inggih Nyai, " jawab Aisyah
"Mulai sekarang jangan panggil Nyai lagi, panggil saja Maya" kata Sa'fiah
"Baik maya, " Aisyah berlalu meninggalkan Sa'fiah menemui Banyu.
Ia melihat sosok Banyu yang lebih ceria kali ini, wajahnya terlihat bahagia ketika ia sedang asyik bermain bola bersama anak-anak kecil yang merupakan keponakannya itu.
**Braaakk!!!
Kursi roda Banyu tergelincir dan jatuh ketika laki-laki itu hendak menangkap bola yang dilemparkan oleh keponakannya.
Aisyah buru-buru meletakkan nampannya dan membantu Banyu agar bisa kembali duduk dikursi rodanya.
"Huuftt!! merepotkan saja, seandainya aku ini tidak cacat pasti aku tidak akan merepotkan orang lain!!" sesal Banyu sambil membersihkan bajunya
Aisyah membantunya membersihkan beberapa daun kering yang menempel di baju lelaki itu.
"Maafkan aku, jadi merepotkan mu, " ucap Banyu sembari menatap Aisyah yang masih membersihkan bajunya
"Tidak merepotkan kok Mas, sebagai mahluk sosial memang kita harus saling tolong menolong, jadi tidak usah sungkan, karena mungkin suatu saat aku juga perlu bantuan dari Mas Banyu, " jawab Aisyah
Banyu memandang takjub hijaber cantik dihadapannya.
"Cih!!, apa kau akan terus sabar seperti ini sampai kita menikah nanti, " batin Banyu
Aisyah kemudian mendorong kursi roda Banyu menuju kesebuah tempat duduk ditepi taman, tak lupa ia mengambil nampan yang berisi obat-obatan milik Banyu.
"Mas Banyu minum obat dulu ya?" Aisyah memberikan beberapa butir obat padanya
Banyu segera meraih obat itu dari tangan Aisyah dan kan meminumnya.
"Terima kasih, " ucap Banyu datar
"Sama-sama mas, " jawab Aisyah yang kemudian meninggalkan pria itu
"Sungguh wanita yang sholeha, ku harap Allah akan memberikanmu jodoh yang sempurna bukan orang cacat seperti ku, " gumam Banyu
Lelaki itu kemudian mulai membaca CV yang diberikan oleh Aisyah.
"Kenapa Abah begitu tega menjodohkan wanita sholeha dan pintar seperti dia dengan diriku yang cacat ini. Apakah kau tak memikirkan kebahagiannya Bah?, kenapa kau hanya mementingkan egomu saja tanpa tahu apa dia menerimanya dengan ikhlas atau terpaksa karena segan dengan mu. Kau menggunakan nama besarmu untuk menjerat seorang gadis lugu agar masuk ke penjara yang disebut pernikahan yang akan mengubur semua cita-cita, cinta, dan kebahagiannya, " ucap Banyu lirih
*************
Aisyah Memandangi Abinya yang terlihat sangat bahagia, ia sedang bercengkrama bersama dengan Kyai Hasan dan koleganya. Niatnya untuk memberitahukan tentang keinginannya untuk menolak lamaran Kyai Hasan mendadak sirna karena ia tidak tega menghapus kebahagiaan yang baru saja dirasakan oleh Abinya itu. Seumur hidupnya baru kali ini ia melihat Abinya tertawa begitu lepas, biasanya pria itu hanya tersenyum tanpa pernah tertawa. Mungkin karena derita yang ia rasakan karena ditinggal oleh istrinya setelah melahirkan Aisyah gara-gara masalah ekonomi. Ayah Aisyah menderita penyakit yang mengakibatkan dirinya tidak boleh bekerja berat dan tidak boleh terlalu capek, oleh karena itulah Latief hanya menggantungkan hidupnya dari pendapatnya mengajar ngaji anak-anak di tempat tinggalnya.
Pendapatannya tidak besar karena ia tidak memadang tarif kepada murid-muridnya, ia bahkan lebih banyak menggratiskannya karena banyak anak yang tidak mampu dikawasan tempat tinggalnya. Hal inilah yang membuat Rinjani istrinya terpaksa meninggalkannya karena dianggap tidak bisa memenuhi kebutuhan hidupnya.
Dari kecil Aisyah belum pernah sekalipun bertemu dengan ibunya, ia hanya tahu wajahnya dari fotonya saja. Ayahnya memang mendidiknya sangat keras agar ia menjadi wanita yang tangguh, namun Latief bukanlah sosok yang otoriter yang selalu memaksakan kehendaknya pada putrinya. Ia selalu bertanya dulu pada Aisyah jika ia memutuskan sesuatu untuk masa depan putrinya itu.
Aisyah mengurungkan niatnya, ia kemudian duduk diantara rerimbunan bunga bakung yang banyak tumbuh di taman itu sembari membaca Qur'an yang selalu ia bawa dalam tas kecilnya.
"Kamu sudah selesai nduk kenalannya?" suara Latief membuat Aisyah segera mengakhiri membaca Qur'annya.
"Sampun abi, apa abi juga sudah selesai urusannya dengan Kyai Hasan?" jawab Aisyah sembari memasukan Al-Qur'an mininya kedalam tasnya.
"Sudah nduk, sekarang ayo kita pulang?" ajak Latief
"Ayo Bi, " Aisyah kemudian menggandeng Abinya
Setelah pamitan dengan keluarga Kyai Hasan, Latief kembali membonceng putri kesayangannya untuk kembali ke rumahnya.
"Nanti kita mampir dulu ke warung mbok Ginah dulu ya, buat makan nasi pecel, laper Abi, " ucap Latief
"Iya Bi, Aish juga kangen masakan mbok Ginah, sudah lama kan kita tidak makan pecel disana, " jawab Aisyah
Latief kemudian menghentikan motornya didepan warung nasi pecel mbok Ginah.
"Assalamualaikum mbok dhe, " sapa Latief
"Waalaikum salam Mas, monggo pinarak Mas ustadz, " jawab mbok Ginah
Mungkin agak rancu ya kenapa banyak yang memanggil Latief ayah Aisyah dengan panggilan Mas, itu karena Latief memang masih terlihat awet muda diusianya yang sudah memasuki lima puluh tahun namun masih terlihat seperti pria berusia tiga puluh tahun.
Beberapa menit kemudian mbok Ginah membawa dua piring nasi pecel pesanan mereka.
"Monggo, selamat menikmati, " ucap Mbok Ginah
"Matur nuwun mbok dhe, " jawab Aisyah dan Latief
"Unjukkanne nopo Mas?" tanya Mbok Ginas
"Teh manis anget dua mbok dhe, " jawab Aisyah
"Inggih mbak Aish, " Mbok Ginah segera mengantar dua teh hangat untuk mereka
"Gimana nduk, apa kamu mau lanjut atau mundur?" tanya Latief
"Maksud Abi gimana?" Aisyah balik bertanya
"Kamu sudah tahu kan kondisi mas Banyu, Abi tidak mau memaksakan kamu untuk harus menerima lamaran mereka, kalau kamu mau menolaknya tidak apa-apa, nanti Abi akan sampaikan pada Kyai Hasan. Abi tidak mau kamu terpaksa menikahinya, karena itu akan membuatmu menderita kedepannya. Aku ingin melihat anak kesayangan Abi bahagia, " ucap Latief sambil mengusap lembut kepala Aisyah
Aisyah cukup lama terdiam mengumpulkan kekuatan dan keberanian untuk menjawab pertanyaan dari abyinya itu. Dia sebenarnya ingin sekali membahagiakan orang tuanya itu, tapi sebagai manusia normal ia juga sangat menginginkan kebahagiaan dan mendapatkan suami yang sempurna untuk menemani hidupnya hingga akhir hayatnya.
.
.
.
.
.
.
JANGAN LUPA, LIKE, KOMEN DAN JADIIN FAVORITE YA. BERIKAN JUGA DUKUNGAN KALIAN AGAR NOVEL INI BISA NAIK RANKING DENGAN CARA VOTE MENGGUNAKAN KOIN ATAUPUN POIN.
HAPPY READING ALL 😘😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
Yayoek Rahayu
banyu tidak seburuk yg terlihat
2021-12-25
1
Wiji Bajay
novelmu ini bagus thor tp syangnya yg like kok dikit ya? ... kutinggalkan boom like dan poin yah....
2020-09-19
4
niamawar berduri
bhasa nya campur2 ,, jowo indo
2020-05-10
3