Besok hari akad nikah Ratih, Rani sengaja pulang mepet waktu akad untuk menghindari pertanyaan-pertanyaan yang bakal membuatnya pusing.
Rani cuma tiga hari saja disana, yang penting saat akad nikah Ratih dia bisa hadir. Ijin dari kantor lima hari yang dua hari menjalankan tugas dari kantor di Surabaya.
"Hai...,"
Suara itu sepertinya dia kenal, Rani menoleh, dan melihat siapa yang menegurnya.
Arya lagi, oh Tuhan sempit sekali dunia ini Rani membathin.
"Loh, mau kemana?" tanya Rani.
"Pulang, adekku mau merid besok, sini tiket sama KTP biar aku yang check in,"
Arya menyambar tiket di tangan Rani, Rani hanya bengong. Diapun mundur dari antrian.
"Oh ya ini koperku,"
Rani menyerahkan kopernya agar di masukkan ke bagasi pesawat.
"Tunggulah disana ada kakakku,"
Arya menunjuk ke arah belakang, ada dua wanita yang sedang tersenyum ke arahnya. Rani menurut lalu mendekati ke dua wanita itu, wajah mereka memang mirip dengan Arya. Agak canggung Rani menyalami kedua wanita itu.
"Rani," Rani memperkenalkan dirinya.
"Ayune cah, kamu orang mana?" tanya salah satu kakak Arya.
"Lumajang Mbak," jawab Rani.
"Kog gak pernah main kerumah, kapan-kapan minta Arya bawa kamu main kerumah ya,"
"Aku Andini kakak Arya nomor satu, ini Anita adekku kakak Arya juga," sambung wanita itu.
Duh sepertinya mereka salah sangka bathin Rani.
"Sudah lama sama Arya?" tanya Andini.
"Mmmm baru enam bulan kenalnya," jawab Rani ragu.
"Loh udah lama padahal, dasar anak itu awas nanti ya," kata Anita.
Duh jadi bingung mau ngomong apa, Rani menggaruk-garuk kepalanya.
"Main ke rumah kami yuk, kami lagi ada pesta, adiknya Arya besok menikah," ajak Andini.
"Mmm sepertinya tidak bisa Mbak, karna besok adik saya juga mau menikah," jawab Rani.
"Nah lo kog bisa samaan ya ha ha," Anita tertawa.
Duh Arya masih lama lagi, Rani bingung mau ngomong apa sama dua orang ini.
"Yuk ke atas," tiba-tiba Arya sudah di belakang Rani.
Uh selamat akhirnya semua ini berakhir, bathin Rani. Mereka berempat naik ke ruang tunggu keberangkatan.
"Mau minum apa biar ku belikan," tanya Arya lagi.
"Air mineral saja, yang biasa jangan yang dingin," jawab Rani.
"Mbak mau minum apa?" tanya Arya pada ke dua kakaknya
"Aku kopi aja biar nggak ngantuk," kata Andini.
"Sama," kata Anita.
Arya pergi membelikan minuman, kembali kakak-kakak Arya mengajak Rani ngobrol.
"Berapa hari di kampung Dek?" Anita yang bertanya.
"Sebenarnya lima hari Mbak, tapi di kampung cuma tiga hari, saya ada kerjaan dua hari di Surabaya," jawab Rani.
"Nah nanti kalau di Surabaya kamu mampir di rumah kami ya, nginep aja di rumah kita," balas Andini.
Rani hanya tersenyum mendengar kakak Arya berceloteh, rasanya dia ingin pergi dari tempat itu secepatnya.
"Ini air mineralnya, ini kopi Mbak,"
Arya menyerahkan minuman, dan membawa sekantung kresek makanan ringan, membagi-bagikan pada kakaknya dan Rani.
Rani lega Arya datang, dia sungguh canggung menghadapi kedua kakak Arya.
Akhirnya saat yang di tunggu tiba, mereka masuk ke pesawat, Arya memilih seat di sebelah Rani.
Kakak-kakaknya mendapat seat di belakang mereka. Perjalanan ke Surabaya menghabiskan waktu sekitar dua jam.
"Berapa hari kamu di kampung?"
Arya membuka pembicaraan, setelah berdua begini rasanya jadi sangat canggung.
"Di kampung tiga hari, di Surabaya dua hari," jawab Rani.
"Nanti kalau mau ke Surabaya kabarin ya, ada mobil di rumah, bisa dipakai dari pada kamu bingung transportasi,"
"Nanti malah ngrepotin Mas saja," jawab Rani.
"Nggak apa kog, dari pada aku bengong di rumah mending antarin kamu,"
"Mmmm gak usah Mas," tolak Rani.
Duh anak ini susah banget ya bathin Arya. Dan Rani kemudian tertidur, seperti waktu pertama berjumpa dulu. Kepala Rani langsung menyandar pada Arya.
Aroma rambut Rani membuat hati Arya bergetar, sudah lama hatinya tidak bergetar seperti itu pada wanita.
Apakah dia sedang jatuh cinta. Arya mencoba menepis rasa itu, dia takut terjadi seperti dulu lagi.
Arya juga tertidur kepala mereka saling bersandar, rasanya begitu nyaman saat itu. Tanpa sadar tangan Arya memegang tangan Rani.
***
Pesawat sebentar lagi mendarat, Rani terbangun dari tidurnya, dia kaget saat menyadari kepalanya saling bersandar dengan Arya, tangan Arya juga memegang tangannya.
Pelan-pelan dia melepaskan tangan Arya, pasti nanti jadi semakin canggung kalau sampai dia bangun.
Arya terbangun saat Rani melepaskan genggaman tangan Arya, Arya tersipu malu.
"Maaf ya Ran?"
Rani membalas dengan senyuman, Arya memperbaiki duduknya karna salah tingkah.
Pesawat sudah mendarat, Rani Arya dan kedua kakaknya turun beriringan, dan mengambil koper di bagasi.
"Biarin Arya yang ambil koper kita duduk disana aja,"
Andini mengajak Rani menunggu di tempat lain. Arya mengantri menunggu koper mereka keluar.
"Kamu lumajangkan Nduk, biar nanti diantar Arya pulangnya, toh acara di rumah masih besok," kata Anita.
"Mmm nggak usah Mbak, saya naik travel saja, nanti Arya capek," tolak Rani.
"Laki-laki model apa yang nggak mau ngantarin pacarnya pulang, adekku gak seperti itu," ucap Andini.
"Tapi saya buk..,"
"Yuk udah ditunggu didepan,"
Belum selesai Rani ngomong Arya sudah di belakangnya.
"Arya kamu nggak antarin Rani ke Lumajang?" tanya Andini.
"Genteng," jawab Arya.
"Lumajang, antarinlah kasihan dia kan acara juga masih besok, nanti bawa supir buat gantian biar ada yang gantiin kamu,"
Setahu Arya Rani rumahnya di Genteng kog sekarang jadi Lumajang, dia menggaruk-garuk kepalanya sambil melihat Rani, yang tersenyum terpaksa.
"Mmmm ya udah nanti kita bahas di mobil," jawab Arya sambil mendorong troli keluar.
Diluar sudah menunggu jemputan mereka. Rani yang bingung dengan situasi itu langsung mendekati Arya.
"Udah sampai disini saja, biar aku naik travel," bisik Rani.
"Genteng apa Lumajang sih yang bener?" tanya Arya.
"Mmmm Lumajang he he" jawab Rani sambil tersenyum malu.
"Dasar gitupun kamu boong, kalau Lumajang ku antarin," jawab Arya sambil terus mendorong trolinya.
Rani menarik nafas panjang, sambil mengikuti langkah Arya. Kakak Arya berbisik-bisik di belakang sesekali mereka tertawa.
Setelah bertemu dengan yang menjemput mereka, Arya langsung memasukkan koper di bagasi mobil.
Rani masih salah tingkah. Apes bener dia hari ini pikirnya. Di perjalanan Rani hanya diam, mendengarkan kakak Arya bercanda ria, sesekali dia tersenyum getir.
"Weh Mas Arya bawa calonnya juga ya?" sopirnya bertanya.
"La yo iku lo Pak Dhe, gitu gak pernah ngenalin ke Mbak nya udah punya pacar ayune koyok ngono," kata Andini.
Arya hanya terkekeh, Rani tersenyum getir. Mimpi apa dia semalam pikirnya.
***
Note : kalau suka dengan cerita ini jangan lupa like dan komen ya. Trimakasih sudah membaca.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments
Riyanti
Ceritanya bagus koq... Aku suka thor👍
2020-09-09
2