Rani kesiangan datang ke kantor diantar oleh Bram. Untung saja Bram membelikan beberapa baju buat ke kantor, jadi Rani tidak perlu pulang ke kosnya untuk mengambil baju ganti.
Bram juga membelikan Rani burger dan susu untuk sarapan di kantor.
"Sarapan dulu biar gak lemes," Rani memakan burger dan meminum susu.
"Wajahmu pucat lo Yang, pakai lipstik atau apa gitu biar gak kelihatan pucatnya," Bram khawatir melihat wajah Rani yang memang terlihat pucat.
"Adanya lipglos nih gak berwarna, masa sih pucat?" Rani melihat wajahnya di kaca spion mobil.
"Iya bener pucat," jawab Bram.
"Ah ntar juga ilang kalau kena panas," jawab Rani,
Rani keluar dari mobil secara kebetulan Pak Hasto bos Rani juga baru saja sampai di parkiran. Dia melihat Rani keluar dari mobil yang sepertinya dia kenal siapa pemiliknya. Rani tidak menyadari akan hal itu, dia terus melangkahkan kakinya masuk ke kantor.
Pak Hasto turun dari mobil dan berjalan melewati mobil yang tadi ditumpangi Rani, benar saja dia kenal pemilik mobil itu, lalu dengan sengaja dia berdiri di depannya. Bram yang menyadari ada Hasto di depan mobilnya melongokkan kepalanya keluar.
"Hai Bro pagi," tegur Bram yang memang sangat mengenal Hasto.
"Eh kog udah disini pagi-pagi? yuk ngopi dulu di atas," Hasto penasaran apa benar tadi Bram mengantar Rani.
"Mmmm, ok lah aku jam sepuluh baru ada rapat di kantor," Bram turun dari mobil dan mengikuti Hasto ke kantornya.
Hasto penasaran bener gak sih tadi Bram bersama Rani, sengaja dia mengajak Bram ke kantor untuk melihat reaksi Rani kalau bertemu dengan Bram. Bram melewati ruangan Rani, tapi Rani tak menyadari karna sibuk dengan berkas-berkas di mejanya, Bram juga pura-pura tidak melihat.
"Duduk dulu Sob, lama gak kelihatan?" tanya Hasto saat sudah berada di ruangan kantornya.
"Iya ada beberapa proyek yang aku urus di Jakarta dan Singapur, jadi ya begitulah keluar terus," jawab Bram dengan santai.
Hasto meraih gawai dan menelpon Rani.
"Ran, bawakan berkas PT Metro ke ruangan Bapak ya,"
Hasto menutup gawainya, Bram terlihat tak bereaksi mendengar nama Rani disebut. Sejurus kemudian Rani mengetok pintu dan masuk ke ruangan bosnya, melihat ada Bram di dalam wajah Rani bersemu merah, dia tersenyum dan meletakkan berkas di meja.
Hasto memperhatikan mimik wajah kedua orang di depannya, Bram menatap wajah Rani seketika wajah Rani langsung memerah.
"Ada lagi Pak yang harus saya siapkan?" tanya Rani pada Hasto.
"Udah cukup itu saja, oh ya Ran sudah kenal Pak Bram kan?" tanya Pak Hasto penuh selidik, Rani agak kaget ditanya bosnya soal itu.
"Kenal Pak," Rani menjawab sambil melempar senyumnya pada Bram.
"Masih jomblo loh Pak Bram?"
Bram tertawa terkekeh mendengar ucapan Hasto. Rani kemudian permisi kembali ke ruangannya. Setelah Rani keluar Hasto sudah tak tahan lagi dengan rasa curiganya.
"Kamu kenal Rani kan Bram?" tanya Hasto.
"Kenal dong kan tiap kesini pasti ketemu dia," jawab Bram datar.
"Tadi pagi lu sama dia kan semobil?" Hasto akhirnya to the point saja.
"Kamu ngliat dia keluar dari mobilku?" Bram balik bertanya, masih dengan wajah datarnya.
"Ya karna gua ngliat dia keluar dari mobil lo, makanya gua tadi sengaja berdiri di depan mobil lo. Gua udah curiga kayaknya kenal ini mobil."
Hasto terlihat sangat serius. Bram hanya tersenyum menghadapi temannya yang sudah mulai kepo.
"Betul kan Bram?" tanya Hasto lagi menunggu jawaban dari Bram.
"Iye... iye... puas sekarang," Bram tertawa.
"Anjrit lo, sejak kapan lo gangguin karyawan gua?" Hasto merasa kecolongan dan geram sudah ditikung sama Bram.
"Eh busyet marah pula Bapak ini, aku gak gangguin dia emang dia cewek gua, lo nya aja kagak tau," Bram membela dirinya.
"Sejak kapan kampret?!" balas Hasto sengit.
"Hampir dua tahunanlah," jelas Bram.
"Pantesan lo kagak pernah lagi jalan sama kita, rupanya ngeremin si Rani," Hasto semakin penasaran.
"Busyet dikata ayam ngeremin, nggak juga Rani pun jarang jalan sama gua, ini aja hampir enam bulan kagak ketemuan, baru tadi malam dia berhasil ku culik,"
"Jadi, kalian udah nganu?" tanya Hasto.
"Nganu apaan?" jawab Bram belagak pilon.
"Nggak usah sok polos, perempuan kalau sama kamu kan ngangkang sendiri tanpa lu minta. Gua kenal lo udah lama Bray," selidik Hasto.
"Ah bisa saja kamu, udah lah gua ada meeting nih, kapan-kapan kita nongkrong bareng."
"Inget jangan ganggu Rani, lo pura-pura kagak tau soal ini!" ancam Bram.
Hasto manggut-manggut masih dengan rasa penasarannya. Bram keluar diantar Hasto, saat melewati ruangan Rani sengaja Hasto mendehem, membuat Rani melihat ke arah mereka.
"Ran, pak Bram mau pulang," ucap Hasto. Rani yang mendengar itu berdiri dan tersenyum.
"Selamat siang pak Bram, hati-hati di jalan ya," ucap Rani ramah.
Bram tersenyum dan mengangguk ke arah Rani.
"Busyet cantik kali permainan kalian," bisik Hasto. Hasto menyubit lengan Bram membuat Bram terkekeh geli.
***
Hasto masih penasaran dengan hubungan Bram dan Rani, dia sebenarnya juga menaruh hati pada karyawannya itu, tapi Rani selalu tidak menanggapi signal-signal rayuannya.
Hasto sudah lama berteman dengan Bram, dari jaman Hasto belum menikah hingga mendirikan perusahaan properti yang sekarang dia pimpin. Bram juga turut menaruh sahamnya di perusahaannya sekarang.
Dulu mereka suka nongkrong bareng, pergi karaoke bersama dengan gengnya. Sudah hal biasa kalau mereka bergonta-ganti wanita, apa lagi Bram setiap perempuan yang kenal dengan dia, baru sejam saja sudah berhasil di tidurin.
Tapi dengan Rani, Hasto tidak percaya Bram bisa pacaran dengan Rani begitu saja dan sudah menjalin hubungan sangat lama.
"Ran, nanti temanin Bapak ke proyek kita yang baru, bisa?" pinta Hasto pada Rani.
Rani terkejut tiba-tiba bos nya sudah di depan pintu ruangannya.
"Bisa Pak, ada yang perlu dibawa Pak?" tanya Rani.
"Nggak ada, kamu cukup catat saja keperluan apa saja yang dibutuhkan di proyek nanti," ucap Hasto.
"Baik Pak," Rani mempersiapkan buku catatan dan memasukkan ke tas selempangnya.
"Sepuluh menit lagi kita jalan ya," ucap Hasto. Rani mengangguk.
Hasto mengambil kunci mobil di ruangannya, lalu melangkah keluar menghampiri Rani.
"Yuk!" ajaknya.
Rani langsung mengambil tas dan mengikuti Hasto di belakangnya. Kali ini Hasto membawa mobil pribadinya ke proyek, biasanya kalau urusan proyek dia selalu memakai mobil perusahaan diantar sopir. Dia sengaja membawa mobil sendiri agar bisa berdua dengan Rani.
"Kita nggak naik mobil kantor Pak?" tanya Rani heran.
"Kagak, pakai mobil Bapak saja karna sopir ada jemputan lain," jawab Hasto.
Rani sedikit kikuk masuk ke mobil Hasto, baru pertama kali ini dia naik mobil berdua saja dengan bosnya. Sepanjang jalan Rani membahas rencana rapat untuk besok. Hasto mendengar Rani yang hanya membahas masalah kantor jadi merasa bosan.
Gawai Rani bergetar, Rani sengaja tidak mengaktifkan nada dering selama berdua dengan bosnya. Rani melihat dilayar gawainya Bram yang menelpon, karna masih bersama dengan bosnya Rani tak mau mengangkat gawainya.
"Angkat saja, mana tau penting," kata Hasto.
Gawai Rani kembali bergetar, akhirnya Rani mengangkat gawainya dengan ragu-ragu.
"Lagi sibuk ya Sayang? duh kangen nih masih berasa lo yang semalam,"
Bram menggoda Rani dia tidak tau kalau Rani sedang bersama Hasto. Wajah Rani langsung memerah, Hasto yang mencuri dengar tersenyum sendiri.
"Mmmm lagi mau ke proyek sama bos, nanti saya telpon lagi ya!"
Rani langsung mengakhiri telpon dari Bram. Bram yang tau Rani bersama Hasto jadi curiga, jangan-jangan Hasto juga menyukai Rani. Si kutu kupret itu suka iri kalau Bram punya cewek, kalau yang lain sih Bram gak masalah, tapi kalau Rani awas saja bathin Bram.
"Lo sama Rani Nyet?" isi pesan WA dari Bram.
"Sibuk kali Bos, dia kan staf gua ya kalau aku butuh kubawa dong," balas Hasto, bibirnya tersenyum puas melihat kawannya mulai cemburu.
"Jangan macam-macam Nyet!!" balas Bram.
"Kagak cuma se macam aja," balas Hasto lagi.
"Mau kubikin babak belur," ancam Bram, Hasto tak membalas lagi Bram tambah kesal dibuatnya.
Sesampainya di proyek, Rani dan Hasto berkeliling proyek ditemani manager proyek, Rani mencatat segala sesuatu yang di perlukan. Setengah jam berlalu mereka pun kembali ke mobil.
"Makan siang dulu yuk Ran," ajak Hasto.
"Apa nggak sebaiknya makan di kantor saja Pak," jawab Rani.
"Bosen makanan kantor, kamu suka makan apa? sekali-sekali gitu kita makan berdua," rayu Hasto.
"Terserah Bapak sajalah, Rani apa aja suka," jawab Rani yang gak bakalan bisa menolak ajakan bosnya itu.
Hasto membawa Rani ke rumah makan Saung Sunda, tempatnya cukup privasi karna makannya di pondok-pondok, Hasto bisa dengan puas memandangi wajah Rani.
***
Note : kalau suka dengan cerita ini jangan lupa like dan komen ya. Trimakasih sudah membaca.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments
W.Willyandarin
Semangat kak
2020-09-13
0