Arya benar-benar menjemput Rani, sesampainya di Surabaya Rani meminta Arya menyarikannya hotel untuk menginap, dia tidak mau tinggal di rumah Arya seperti tawaran kakak Arya.
"Jadi jadwal kamu kemana saja nanti, biar Mas antar,"
Setelah mendapatkan hotel buat Rani, Arya mengantarkan Rani ke dalam hotelnya membawakan koper Rani.
"Tapi Mas nanti Mas repot malahan, biar Rani saja yang pergi sendiri," tolak Rani.
"Aku bosan di rumah, mamah papahku sibuk nanyain soal kamu terus," kata Arya lagi.
"Ya Mas bilang saja kalau mereka salah paham,"
Rani mengeluarkan berkas dari kopernya. Arya duduk di sofa hotel.
"Mas tau alamat ini?"
Rani menunjukkan pada Arya, alamat yang tertera di berkasnya.
"Tau..., kesana sekarang?" tanya Arya.
"Boleh, tapi aku mandi dulu ya," pamitnya sambil berlalu ke kamar mandi hotel.
Beberapa saat Rani mandi, Arya menunggu sambil menonton TV dan sesekali membuka gawainya.
Rani keluar dengan wajah yang segar, dia sudah berpakaian rapi, aroma sabun menyeruak menusuk hidung Arya. Arya pura-pura tidak melihat Rani.
"Mas kita makan dulu atau jalan dulu ya enaknya?" tanya Rani.
"Kamu lapar?" Arya balik bertanya.
"Belum sih, aku pingin makan kikil," jawab Rani.
"Kikil yang enak bukanya sore, tapi kalau kamu gak tahan ya kita makan aja dulu," kata Arya.
"Nunggu kikil ajalah, nanti beli roti di Alfa buat ganjal perut, yuk jalan," ajak Rani.
Arya berdiri hendak keluar mengikuti Rani yang berjalan lebih dulu, Rani tiba-tiba berbalik hendak mengambil sesuatu dikoper.
Tanpa Rani sadari Arya tepat dibelakangnya, dan akhirnya mereka bertabrakan. Arya memeluk Rani supaya tidak terjatuh, tubuh mereka saling berbenturan. Arya merasakan dada Rani menyentuh tubuhnya. Dia merasa canggung, secepatnya Arya melepaskan pelukannya.
"Hati-hati kalau mau balik kanan," kata Arya.
"Maaf, ada yang ketinggalan," kata Rani gugup.
Selama perjalanan Rani hanya memandangi gedung-gedung di sepanjang jalan kota Surabaya. Arya fokus memperhatikan jalan yang padat merayap. Sampailah dialamat yang dituju, Rani turun dari mobil masuk ke kantor, sementara Arya mencari parkiran.
Arya keluar melihat ke kanan dan ke kiri mencari mini market, rupanya di ujung ruko ada Alfa. Arya pergi ke Alfa untuk membeli sesuatu dan kembali lagi ke mobilnya.
tut
tut
tut
Gawai Arya berbunyi, mamanya yang menelpon.
"Assalamualaikum," salam Arya.
"Kamu dimana Le?" tanya mamanya.
"Ngantar Rani Mah," jawabnya.
"Oh ya sudah, nanti bawa Rani ke rumah, mama mau bicara sama dia," kata mama Arya lagi.
"Bicara apa mah?" Arya curiga.
"Ya tentang hubungan kalian, mau di bawa kemana, kalian kan sudah sama-sama dewasa," kata mama Arya.
"Mah jangan gitu, jangan buru-buru, aku dan Rani mmmm" Arya bingung mau bilang apa.
"Sudah bawa dia kemari pokoknya!" mama Arya mulai kesal.
"Ya Ma, assalamualaikum," Arya menutup gawainya.
Sekarang dia bingung, Rani pasti marah padanya kalau dia menyampaikan hal ini. Padahal dia baru mau memulai mendekati Rani. Satu jam setengah berlalu Rani keluar dari kantor itu, dan mendekati mobil Arya.
"Ok sudah beres, aku pikir butuh waktu dua hari ternyata langsung selesai hari ini juga,"
Rani menyandarkan tubuhnya di kursi, Arya di sebelahnya terlihat bingung mau memulai pembicaran soal permintaan mamanya.
"Mas, Mas... kog nglamun? udah selesai yuk jalan," ajak Rani.
"Mmmm ok, Ran... anu mmmm" Arya ragu.
"Apa?" Rani mengernyitkan dahinya.
"Maafin Mas ya,"
"Ada apa?" Rani penasaran.
Arya mengambil botol minuman mineral lalu meminumnya, tenggorokannya terasa kering saat itu.
"Anu... itu, mama..." Arya masih bingung.
"Kenapa mamamu sakit?" Rani melihat Arya wajahnya sangat cemas.
"Maafin Mas sebelumnya ya, jangan marah padaku, bukan maksudku,"
Arya menelan ludahnya, susah untuk merangkai kata saat itu, dia takut Rani marah padanya.
"Apaan sih, cepetan ngomong biar gak bikin aku pusing," Rani mulai kesal.
Arya semakin ragu-ragu melihat ekspresi Rani yang mulai kesal padanya.
"Mama menyuruhku membawamu ke rumah, mama mau..." Arya melirik Rani melihat ekspresinya.
"Mau apa," tanya Rani.
"Membahas soal kita," Arya menahan nafas.
"Soal kita! maksudnya?" Rani tak mengerti.
"So.. al hub..bungan kita," Arya terbata.
"Kita! hubungan? ah... Mas kepalaku tiba-tiba sakit," Rani memegangi kepalanya.
Apa lagi ini bathin Rani bergejolak, apa yang keluarga Arya mau darinya.
"Kita ngapain Mas?" tanya Rani.
"Aku nggak tau Ran," jawab Arya singkat.
"Mas nggak jelaskan sama mereka tentang kita," ucap Rani, dia membuang wajahnya ke samping.
"Aku..., aku belum bagaimana ya, ku pikir setelah ini semua akan selesai, tapi mamaku terlanjur senang padamu Ran,"
Arya menghela nafas panjang, menunggu Rani berbicara.
"Mas Arya gak punya pacar?" tanya Rani pelan.
"Aku..., sudah lama putus lima tahun lalu,"
Arya menceritakan kisah cintanya dengan Cintia yang kandas begitu saja, tanpa dia tahu salahnya apa.
"Aku punya pacar Mas," ucap Rani lirih.
"Oh maafkan aku Ran, aku sudah menyusahkan mu," Arya menyembunyikan kecewanya.
"Tapi Bapak tidak merestui karna pacarku bukan orang jawa,"
Rani diam tak melanjutkan cerita tentang pacarnya.
"Maksudnya?" tanya Arya.
"Bapak hanya akan setuju kalau aku menikah dengan orang jawa, aku tidak tahu alasannya apa,"
Rani menghela nafas panjang, wajahnya murung membayangkan wajah Bram.
"Apa pacarmu belum kamu kenalkan sama orang tuamu?" tanya Arya lagi.
"Boro... boro..., baru ku bilang orang Medan aja langsung bilang emoh," Rani bersungut-sungut.
Arya tersenyum, entah mengapa dia merasa kali ini ada peluang untuk mendapatkan Rani. Dia hanya butuh waktu buat mendekatinya. Sejenak mereka terdiam larut dalam pikirannya masing-masing. Tiba-tiba Arya mendapatkan ide.
"Ran, bagaimana kalau kita jalani dulu," Arya ragu.
"Maksudmu?" tanya Rani.
"Ya berilah aku kesempatan untuk mencintaimu," jantung Arya berdetak mengatakan kalimat itu.
"Terus apa alasanku meninggalkan pacarku Mas, dia baik dan aku juga menyukainya,"
"Berilah aku kesempatan agar kau bisa mencintaiku juga," kata Arya.
"Bagaimana bisa," kata Rani.
"Please..." Arya memohon.
"Jika kamu memang tidak bisa mencintaiku aku gak apa-apa,"
"Kita kerumah nanti kita bilang ke mama kita masih butuh waktu, bagaimana?" tanya Arya
"Tapi aku gak janji Mas, aku juga gak bisa meninggalkan Bram begitu saja," jawab Rani.
"Ok aku paham, tapi tolonglah aku kali ini yah?" Arya memohon.
"Baiklah, tapi jangan terlalu berharap, aku takut kamu kecewa,"
"Ok trimakasih, sekarang kita kerumah biar mamaku gak nanya terus, kamu siap?" tanya Arya
Rani mengangguk setuju, Arya segera menghidupkan mesin mobilnya, menuju ke rumahnya. Diperjalanan dia mengabari Adeknya kalau mau datang dengan Rani. Dia minta untuk menyiapkan kikil kesukaan Rani.
Langkah awal Arya mencoba membuat Rani menyukai dirinya. Dia ingin Rani benar-benar menerimanya dengan senang hati.
***
Note : kalau suka dengan cerita ini jangan lupa like dan komen ya. Trimakasih sudah membaca.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments
Riyanti
Koq bisa samaan ya... Aku jg suka kikil loh😁
2020-09-09
1
Fitri Alfi Chantika
seneng rani sama arya tp rani sikap rani saat kecwa sama rani yg gak bisa jga kehormatan buat suami y ntar..
2020-05-27
2