Bersama Rani

Semenjak hari itu Hani menghilang tanpa kabar. Sudah tiga hari Rani tidak melihatnya. Tiap lewat depan kosan Hani tidak kelihatan batang hidungnya, Rani mencoba mencarinya.

"Bu dhe mana Hani, kog gak pernah kelihatan lagi?" tanya Rani pada Bu dhe penjaga kos.

"Lah sudah tiga hari Bu dhe gak liat dia Neng, kamarnya juga gak ada suara, lampunya mati,"

"Oh, baiklah Bu dhe mungkin dia kembali ke tempat lamanya,"

"Hmmm mungkin juga ya Neng,"

"Permisi dulu ya Bu dhe, kalau dia datang suruh main ke tempat Rani,"

"Iya Neng,"

Rani beranjak kembali ke kosannya.

tin...

tin...

tin..

Terdengar suara klakson mobil, Rani menoleh ke belakang. Ada mobil pick up membawa barang sepertinya ada orang sedang pindahan.

"Raaan!"

Rani menghentikan langkahnya berbalik ke arah suara yang memanggilnya.

"Hani, dari mana saja kamu?"

Rupanya mobil pick up tadi adalah Hani. Rani akhirnya kembali ke tempat itu menemui Hani.

Hani menginstruksikan agar sopir pick up memasukkan barang-barangnya ke dalam kamarnya.

Rani hanya memperhatikan menunggu sampai sopir itu selesai melakukan pekerjaannya, kemudian dia ikut masuk ke kamar Hani.

"Kamu habis belanja?"

Rani melihat banyak barang-barang baru di kamar Hani.

"Iya aku mau mengisi kamar kos ku biar layak ditempati,"

Hani mulai menata barang-barang dikamarnya, Rani ikut membantu agar cepat selesai.

"Aku pikir kamu hilang?"

"Ha ha ha, masa segede ini bisa hilang, kamu tenang saja, setiap sudut kota ini aku udah paham,"

Setelah rapi dia pun duduk menyalakan rokoknya dan menawari Rani, Rani menggeleng karna dia tidak bisa merokok.

"Makan yuk, aku baru beli makan kamu pasti lapar,"

"Ah kamu memang sobat yang baik, tau aja saat aku sedang lapar,"

"Cuma sebungkus, kalau kurang nanti kita bikin mie cup dikamarku ha ha,"

Mereka menikmati makan sambil bercerita. Hani menceritakan kalau tiga hari ini dia habis di booking orang Jepang dengan bayaran yang lumayan besar.

Rani mendengarkan cerita Hani dengan seksama. Sesekali mereka tertawa lepas.

"Kamu gak mencari pekerjaan biasa saja Han?"

"Duitnya kecil malas aku," jawab Hani.

"Hmmm ya tapi ini kan beresiko, kalau kamu hamil gimana?"

"Aku kan pakai pengaman, jadi dijamin aman kog,"

Rani tak meneruskan, dia tau Hani pasti sudah tau konsekuensi dari pekerjaan pilihannya.

"Kamu kenapa bisa sampai di kota ini Ran?" tanya Hani.

"Oh dulu aku iseng-iseng ikut rekrutan dan aku lolos ketrima disalah satu PT disini,"

"Kamu pasti pintar waktu sekolah," kata Hani.

"Kalau kamu aslinya dari mana Han?"

"Orang tuaku terakhir berada di Aceh, aku udah kabur dari rumah sejak kelas tiga SMA,"

Hani menceritakan kisah hidupnya, bagaimana dia bisa meninggalkan orang tuanya sampai menjadi seperti ini.

"Kamu gak pingin pulang Han?"

"Ah nantilah aku belum jadi orang sukses, malu aku kalau pulang seperti ini,"

"Oh ya Ran ini uang mu yang kemarin trimakasih ya Ran,"

Hani menyodorkan uang seratus ribu pada Rani.

"Aku juga sudah punya HP, nanti kamu kasih nomormu ya, biar mudah kalau mau nyari kamu,"

Hani menyodorkan gawainya, Rani menerima lalu menyimpankan nomor miliknya ke gawai Hani.

"Malam ini kamu kerja?" tanya Rani.

"Nggak aku gak ada tamu, lagian aku mau istirahat, tiga hari si Jepang itu gak biarin aku istirahat,"

"Ya udah istirahatlah, aku mau ngajak kamu nonton nanti malam, ada film bagus di bioskop,"

"Hmmm aku gak pernah nonton film, baiklah nanti aku ke kosanmu ya," ucap Hani.

Rani kembali ke kamar kosnya, ada beberapa pekerjaan kantor yang sengaja dia bawa untuk dikerjakan di rumah.

***

Malam harinya Rani dan Hani pergi menonton. Seumur-umur ini lah kali pertama Hani menonton film di bioskop.

Hani sangat senang, biasanya kawan-kawannya mengajaknya pergi mabuk dan dugem. Rani beda dari teman yang pernah dia kenal. Hani merasa senang dan menganggap Rani seperti saudara sendiri.

"Ran..., kau akan selalu menjadi temanku kan?" tanya Hani.

Rani tersenyum, mendengar pertanyaan Hani.

"Kenapa Han," tanya Rani

"Aku sudah menganggapmu seperti saudaraku. Kamu menolongku saat aku terpuruk, padahal banyak kawanku tapi saat aku susah tak ada satupun yang menolongku,"

"Kamu seperti malaikat yang datang saat aku sekarat, kamu tidak malu kan berteman denganku?" tanya Hani lagi.

"Kenapa harus malu, kamu cantik dan asik diajak ngobrol," jawab Rani.

"Walaupun aku seorang..., kamu tau kan?"

"Aku tidak mencampuri pilihan hidupmu Han, kamu pasti punya alasan sendiri menjadi seperti itu," jawab Rani.

"Jika aku meninggalkan kota ini, kelak kalau aku kembali aku akan mencarimu Han,"

Hani dan Rani tertawa mereka melanjutkan menghabiskan malam. Rani juga senang berteman dengan Hani, tidak tahu kenapa mereka langsung cocok meskipun mereka mempunyai latar belakang berbeda.

***

Note : kalau suka dengan cerita ini jangan lupa like dan komen ya. Trimakasih sudah membaca.

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!