Seorang wanita duduk di depan kos Rani, di sampingnya ada sebuah koper besar. Ya itu Hani yang sedang menunggu kedatangan Rani.
Rani yang baru saja datang dengan ojek, melihat temannya sudah menunggu langsung melangkah cepat mendekatinya setelah membayar ongkos ojek.
"Duh sorry lama ya Han, tadi lagi ngantri di ATM ambil duit mau bayar kos,"
Rani memeluk Hani, lalu mengajak sahabatnya itu masuk ke kamar kosnya. Beberapa hari ini dia nggak pulang, kamar kosnya terasa sangat pengap.
Rani menyingkap horden dan membuka jendela kamarnya, agar udara bisa masuk ke kamarnya.
Hani agak heran melihat kamar Rani yang seperti lama gak ditinggali. Setelah meletakkan koper bawaannya, Hani membuka baju karna kegerahan dan menghempaskan tubuhnya di ranjang.
"Mau makan apa Han? biar ku pesanin gofood,"
Rani kemudian meraih gawainya dan memesan makanan lewat aplikasi gofood.
"Apa aja yang penting makan, nanti malam baru kita jalan, aku kangen makan seafood di tempat biasa,"
"Aku mandi dulu, nanti kalau bang gojeknya datang tolong ambilin ya, duitnya ada di atas kulkas,"
Rani mengeluarkan handuk dari dalam lemarinya, kemudian menutup kembali jendela kamar, lalu menghidupkan AC dan berlalu kekamar mandi.
Rani melepas bajunya melihat tubuhnya di kaca dia tersenyum sendiri, busyet kelakuan Bram badannya dibuat merah-merah semua, umpatnya dalam hati.
"Udah datang makanannya Han,?" tanya Rani setelah keluar dari kamar mandi.
"Udah ini, oh ya bebebmu tadi nelpon, kubilang aja kamu lagi mandi,"
"Lagi sangek kayaknya dia ha ha," Hani tertawa.
"What! sangek gimana?" Rani jadi penasaran mendengar ucapan Hani.
"Tadi sampai lima kali nelpon, terpaksalah ku angkat eh lagi sangek rupanya, disangka ngomong sama kamu kali ha ha," Hani tak bisa berhenti tertawa.
Kebiasaan Bram kalau nelpon suka bicara mesum rupanya salah ngomong sama orang, Rani jadi malu sama Hani.
"Terus apa lagi katanya?" Rani makin penasaran.
"Denger suaraku dia langsung kaget ha ha, ku bilang Mas Raninya masih mandi nanti telpon lagi ya, dia langsung matikan hp ha ha," Hani masih terkekeh, mengingat kejadian tadi.
"Ah dia memang suka begitu, agak resek orangnya. Yuk ah kita makan, nanti keburu dingin ikannya!"
Rani menyiapkan piring untuk mereka makan berdua, dia membeli ikan bakar sambal petai, makanan kesukaan Hani.
"Orang mana dia?" tanya Hani disela-sela makan.
"Siapa?" jawab Rani.
"Bebeb mu itu?" tanya Hani.
"Oh, dia orang Medan," jawab Rani singkat.
"Wah orang aku dong, aku kan Medan juga," kata Hani semangat.
"Kamu mah Medan palsu, numpang lahir aja disana, kagak jelas asli orang mana," sambung Rani.
Hani memang kelahiran Medan, ayahnya Aceh ibunya Bandung, dia lahir di Medan waktu ayahnya sedang dinas disana.
"Ganteng orangnya?" bisik Hani.
"Ih apaan sih, bahas dia terus,"
Rani jadi malu dan salah tingkah karna di interogasi terus sama Hani.
"Cerita dong, aku juga pingin kamu cerita soal kehidupanmu Ran. Selama ini aku gak pernah tau siapa yang jadi pacarmu, padahal semua tentangku kamu tahu," protes Hani.
"Ya karna gak semua harus diceritakan Neng,"
"Jadi berapa ronde semalam?" desak Hani lagi.
What, apasih yang dikatakan Bram sampai Hani bertanya seperti itu. Dasar mulut mesum bikin malu saja, awas saja nanti kalau ketemu. Hani mengumpat dalam hatinya mukanya berubah memerah.
"Ngomong apa sih dia? ampun dah orang ini!" Rani tambah sewot.
"Ha ha ha, kamu lucu sekali Ran, kapan-kapan kenalin ya, sepertinya dia pria yang sangat menyenangkan," ledek Hani.
Rani melotot, Hani masih tertawa terpingkal-pingkal.melihat sahabatnya yang salah tingkah menahan malu.
***
Malam harinya Hani mengajak Rani jalan-jalan, dia sudah sangat rindu dengan suasana kota ini. Sudah setahun dia meninggalkan kota ini mengikuti Ricko kekasihnya ke Jakarta.
"Food court A3 masih ada Ran?" tanya Hani.
"Sudah nggak ada lagi, udah digusur jadi Mall sekarang,"
"Wah ditinggal setahun saja sudah banyak yang berubah disini," Hani merasa kecewa.
"Aku tau kog mereka pindah dimana, yuk kita kesana," ajak Rani.
Hani melonjak girang, membayangkan bisa menikmati makanan kesukaannya.
Hani dan Rani memesan makanan sea food, mereka menikmati malam sambil bercerita, tanpa mereka sadari ada sepasang mata yang memperhatikan mereka dari jauh.
"Hai Ran,"
Seorang lelaki datang mendekati dan menyapa, Rani dan Hani sama-sama menoleh ke arah pemilik suara.
" Ah..., hai Mas?" Rani mencoba mengingat nama lelaki yang menyapanya itu.
"Arya," kata pria itu.
"Oh ya, maaf sampai lupa namanya,"
"Sendirian saja?" tanya Rani.
"Tadi sama tamu, tapi udah pada balik ke hotel terus gak sengaja aku melihat kamu," sambung Arya.
"Duduk dulu Mas, yuk makan bareng kami,"
Hani menarik kursi di dekatnya dan mempersilahkan Arya untuk duduk. Arya kemudian duduk.
"Kenalin ini Hani teman Rani,"
Rani memperkenalkan Hani pada Arya. Mereka berdua kemudian bersalaman.
"Mas Arya udah makan?" tanya Hani.
"Udah barusan, kalian makan saja dulu," kata Arya.
Arya tidak menyangka bisa bertemu dengan Rani lagi setelah sekian lama, nomor hand phone Rani hilang gara-gara gawainya kereset.
Mereka berbincang hingga malam semakin larut. Saat mau pulang Arya menawarkan diri untuk mengantarkan mereka pulang.
"Ku antarin ya, tinggal dimana sih kalian?" tanya Arya.
"Kami tinggal di Family Garden," jawab Hani.
"Kami naik taksi aja Mas,"
Rani sebenarnya nggak mau, tapi Hani gak mau menyia-nyiakan kesempatan dia selalu gerak cepat kalau urusan mendekati cowok.
"Ah kalau Family Garden aku tahu, tiap hari aku kesitu malahan," kata Arya.
"Hah masa sih Mas?" Rani tak percaya.
"Iya istri bosku tinggal disitu di blok G, kalian di blok apa?" tanya Arya.
"Blok D," Hani yang menjawab.
"Kog bisa kita gak pernah ketemu ya," kata Arya.
"Belum jodoh kali, nah sekarang mungkin kita sedang berjodoh ha ha," Hani berkelakar.
Padahal setiap hari Arya masuk ke perumahan Rani, tapi tak pernah sekalipun berpapasan dengan Rani.
Malam ini dia sangat senang sekali, seperti mendapat durian runtuh bisa bertemu Rani dan tau dimana Rani tinggal.
***
"Ganteng banget cowok tadi ya Ran," kata Hani saat sudah di kamar kos.
"Hmmmm,"
Rani merebahkan tubuhnya di ranjang setelah membersihkan dirinya, sementara Hani masih terpesona mengagumi ketampanan Arya.
"Sudah lama kamu kenal dia Ran?" tanya Hani penasaran.
"Waktu aku pulang kampung, satu pesawat sama dia," jawab Rani singkat.
Rani sedang mengirim WA pada Bram, ada Hani dia gak bisa menelpon karna Bram pasti bicara mesum, Rani malu kalau sampai didengar lagi sama Hani.
Sedangkan Hani rupanya dia sudah mendapatkan nomor Arya. Dia langsung mengirimi Arya ucapan selamat malam.
***
Note : kalau suka dengan cerita ini jangan lupa like dan komen ya. Trimakasih sudah membaca.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments