Enam bulan berlalu Hani menikmati hidupnya bersama Ricko, meskipun Ricko kadang hanya mengunjunginya seminggu sekali.
Hani juga mulai menabung uang pemberian Ricko, dia teringat pesan sahabatnya Rani bahwa dia harus berubah.
Hari ini adalah jadwal kunjungan Ricko. Hani sudah bersiap diri menyambut kedatangan Ricko. Dia berdandan secantik dan seseksi mungkin.
tut
tut
tut
Gawai Hani berbunyi, rupanya panggilan dari Ricko, Hani segera menerima panggilan itu.
"Iya Sayang, aku sudah menungumu disini," Hani menggoda Ricko.
"Aku mau mengabari kalau aku tidak bisa datang Sayang, mertuaku sedang kritis di rumah sakit,"
Jawaban Ricko membuat kaki Hani lemas. Mertua berarti Ricko sudah punya istri. Pupus sudah harapan Hani. Di ujung sana Ricko sudah mematikan ponselnya.
Hani terduduk di ranjang, hatinya sedih harapannya terlalu tinggi. Dia cuma menjadi simpanan Ricko selama ini. Ingin menangis tapi tak bisa.
Sadarlah Han ini memang sudah pekerjaanmu jangan mengharap lebih, bisik hati Hani pada dirinya sendiri.
"Bik..., tolong panggilkan Agus untuk benerin lampu dikamar mandiku," Hani menelpon bibik dari kamar.
"Baik Mbak,"
Sejurus kemudian terdengar suara langkah kaki dan pintu kamar Hani diketuk.
Tok
tok
"Masuk,"
"Lampu dimana yang rusak Non?" tanya Agus sambil membawa masuk tangga ke kamar Hani.
"Di kamar mandi, dari tadi berkedip terus," jawab Hani.
Agus memeriksa lampu di kamar mandi, dan benar memang berkedip. Agus segera mengganti lampu dengan lampu baru yang dia bawa.
"Gimana Gus,"
suara Hani mengejutkan Agus, Hani tiba-tiba sudah berada dibelakangnya saat dia menuruni tangga dan hampir membuatnya jatuh.
Spontan saja dia menubruk Hani saat badannya berbalik. Hani hanya diam saat Agus tak sengaja menabraknya. Wajahnya murung karna hatinya masih kecewa denga Ricko.
"Maaf Non, saya kaget tiba-tiba Non disini,"
"Hmmm, tak apa Gus,"
Agus baru memperhatikan kalau Hani saat itu memakai baju sangat seksi. Dia menelan ludah mengagumi tubuh Hani.
Duh sadar Gus sadar, bisik hati Agus. Dia membuang wajah menghindari menatap tubuh pacar bosnya itu.
"Gus, kamu tau kalau pak Ricko sudah punya istri?"
"Mmmm tau Non," jawab Agus ragu.
"Bibik juga tahu?"
"Tau Non,"
"Apa pernah datang kesini istrinya?" tanya Hani penasaran.
"Oh tidak pernah Non, sepertinya Nyonya tidak tau kalau Tuan punya villa disini,"
"Jadi villa ini memang khusus buat simpanannya?"
"Mmmm," Agus tak menjawab.
Dasar laki-laki di mana-mana sama saja, bathin Hani mengumpat.
"Saya keluar dulu Non, sebentar lagi Tuan datang," pamit Agus.
"Dia nggak datang Gus, barusan dia ngasih kabar, " Hani merengut.
"Gus..,"
"Iya Non,"
"Aku pusing, bagaimana kalau kita jalan-jalan,"
"Hmmm kalau Non minta antar sih saya bisa Non, asal bener Tuan Ricko gak jadi datang, nanti saya dipecat Non,"
"Bener dia gak jadi datang, makanya aku kesel,"
"Ya udah, saya siapkan mobilnya ya Non,"
Baru saja Agus mau melangkah. Hani sudah mencegahnya.
"Eh Gus tunggu, gak jadi!"
"Baik kalau begitu Non, saya permisi,"
"Tunggu!" Hani sedikit membentak
Aguspun menoleh pada Hani dia takut pacar bosnya itu marah.
"Aku butuh melepaskan kekesalanku Gus,"
"Silahkan Non kalau marah bisa buat Non Hani lega,"
Agus menunduk siap-siap menerima kemarahan Hani. Dia pikir Hani akan marah padanya sebagai pelampiasan kekesalannya pada Ricko.
"Bukan begitu, aku mau yang lain,"
Hani mendekati Agus, dia ingin bermain-main dengan pria itu. Sekalian membalas dendam pada Ricko yang sudah mengecewakannya.
Hani memegang tangan Agus menuntunnya pada dadanya. Agus kaget dengan sikap Hani yang begitu.
"Non, maaf," Agus menarik tangannya.
"Gus, aku butuh kamu," bisik Hani.
"Tapi Non,"
Agus tak tau harus berbuat apa, sebagai lelaki normal tentunya dia tak bisa menolak apa yang tersaji didepannya. Tapi mengingat Hani itu siapa nyalinya langsung ciut.
Hani tak sabar akhirnya dia yang menyerang Agus duluan. Agus tak bisa menolak apa lagi Hani semakin ganas menyerang.
Kelelakiannya tergugah, kapan lagi bisa menikmati ini. Biasanya dia melampiaskan hasratnya dikamar mandi, kali ini bisa merasakan yang asli.
Hani sangat menikmati, rupanya pria lugu ini mantap juga pikirnya. Desahan dan lenguhan mereka beradu. Hingga keduanya mencapai puncaknya.
"Duh Gus, kamu harus sering melakukan ini denganku," bisik Hani.
"Nanti takut ketahuan Non," Agus merapikan bajunya.
"Pinter-pinter kita dong nyuri waktu," kerling Hani.
"Mmmm baik Non, saya keluar dulu,"
Agus cepat-cepat keluar dari kamar Hani, hatinya berdebar takut ada yang melihat kegiatan mereka.
Setiap ada kesempatan Hani dan Agus melakukan itu. Hani merasa tak kesepian lagi, sedangkan Agus juga mulai ketagihan. Kucing dikasih ikan ya diembat.
***
Hari itu Ricko datang dihari yang tak biasa dia berkunjung. Keadaan rumah yang sepi tidak sedikitpun membuatnya curiga.
Bibik sedang keluar dan Hani sedang berduaan dengan Agus didapur memanfaatkan waktu yang ada.
Ricko langsung menuju kamarnya mau memberi kejutan pada Hani. Hani tidak ada di kamar saat itu karna sedang bergulat didapur bersama Agus.
tut...
tut...
telepon dapur berbunyi, Hani dan Agus yang berada didapur langsung menghentikan kegiatannya.
"Hallo," jawab Agus setengah terengah, nafasnya masih belum teratur.
"Hmmm Non Hani dimana?" tanya Ricko.
"Mmmm Tuan!"
Agus terkejut dan memberi kode pada Hani kalau ada Ricko di atas. Hani yang paham segera merapikan bajunya dan berlalu meninggalkan Agus.
"Non, Non Hani barusan dari bawah Tuan, sebentar Agus carikan,"
"Ok," Ricko menutup telponnya.
Sementara Hani segera memasuki kamarnya, agar Ricko tidak curiga.
"Hah..., kapan Sayang datang?"
Hani pura-pura tidak tahu kedatangan Ricko.
"Hmmm aku mau memberimu kejutan Sayang,"
Ricko langsung mendekati Hani hendak memeluknya.
"Mmm bentar Sayang aku cuci badanku dulu,"
Hani menghindar dia takut aroma tubuh Agus menempel dibadanya. Cepat-cepat dia masuk ke kamar mandi, membersihkan badannya menghapus jejak permainannya dengan Agus.
Ricko tertegun dan menunggu Hani keluar dari kamar mandi.
"Maaf sayang aku belum mandi tadi aku habis lari-lari di belakang, tubuhku keringetan,"
Hani memberi alasan supaya Ricko tidak curiga padanya.
"Hmmm kamu gak mandipun aku suka Sayang," bisik Ricko sambil memeluk Hani.
"Aku belikan kamu hadiah, maaf kalau aku kadang gak bisa datang menemuimu,"
Ricko mengeluarkan bungkusan dari saku celana, sebuah kalung bertahta berlian. Ricko memakaikannya keleher Hani.
Hani melonjak girang, ah Ricko memang pintar menyenangkannya. Tentu saja sekarang Hani akan melayaninya. Lumayan juga pikir Hani, tadi sama Agus belum tuntas masih nanggung.
***
Note : kalau suka dengan cerita ini jangan lupa like dan komen ya. Trimakasih sudah membaca.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments