Enam bulan berlalu sejak perkenalan Rani dengan Arya di pesawat, Rani sudah melupakan pertemuan itu. Dia sibuk dengan pekerjaannya, dan Arya juga sama dia harus mengurus pekerjaannya di Singapura.
Rani saat itu memiliki seorang kekasih, akan tetapi karena ayah Rani tidak setuju kalau Rani menikah dengan pria yang berasal dari daerah lain Ranipun mencoba menjaga jarak dari kekasihnya Bram.
Bram kekasih Rani berasal dari Medan, ayahnya Medan ibunya Jakarta, dia lahir dan besar di Medan, dia juga salah satu pemilik saham di tempat Rani bekerja saat ini.
Hubungan Rani dan Bram tidak diketahui orang di kantor Rani, Bram juga hanya ke kantor Rani kalau sedang ada rapat pemegang saham.
Rani tipe orang yang tidak suka memamerkan hubungannya, dia sangat tertutup untuk masalah pribadinya. Banyak pria berusaha mendekati Rani karna mengira Rani masih sendirian, akan tetapi Rani sangat sulit didekati.
Sudah beberapa kali Rani menghindari ajakan Bram, Rani cuma tidak ingin hubungan mereka semakin dalam, dan hanya berakhir kecewa karna tak bisa bersatu juga pada akhirnya.
Siang itu Bram menghubungi Rani, beberapa kali Rani mengabaikan telpon dari Bram, kali ini Rani tak tega dan memilih untuk mengakatnya.
Rani sebenarnya sudah sangat rindu. Bram pria yang baik dan sangat romatis, dia selalu memberi Rani kejutan-kejutan kecil yang membuat Rani bahagia. Tidak ada yang buruk menurut Rani, Bram pria yang sempurna, yang kurang hanyalah satu dia bukan orang Jawa.
Gawai Rani kembali berdering, akhirnya Rani mengangkat gawainya.
"Hallo Yang," sapa Rani mesra.
"Hai Sayangku, tumben mau ngangkat telponku, kirain kamu sibuk jadi gak bisa angkat telpon dariku."
Bram sudah sangat rindu, sejak Rani balik dari kampungnya mereka belum berjumpa langsung, hanya saling telpon itupun sangat jarang.
"Kan ini lagi jam istirahat. Kamu lagi dimana?" tanya Rani.
"Di hatimu dong beb mmmmuah," Bram merayu membuat Rani tersenyum sendiri, Bram memang selalu genit dengannya.
"Idih kagak muat, hatiku kan kecil," Rani tertawa menggoda.
"Muat sini ku masukin, muat kog sayang mau dicoba?" rayu Bram sambil cengingisan.
"Mulai deh siang-siang ngomong mesum," jawab Rani malu sendiri.
"Sudah lama aku gak ketemu kamu, udah pusing kepalaku, yuk keluar aku udah menunggu di parkiran ini."
"Hah di parkiran?" Rani masih tidak percaya.
"Iya bener, kamu gak percaya aku naik ya ke kantormu, sini cepetan turun!" ancam Bram.
Rani bangkit dan mengemasi berkas di mejanya, kemudian dia meraih tas kecil dan segera melangkahkan kakinya menemui Bram.
Sesampainya di parkiran Rani langsung masuk ke mobil Bram. Bram langsung mendaratkan ciumannya pada bibir Rani membuat Rani gak bisa bernafas karna kaget mendapat serangan dari Bram yang tiba-tiba.
"Ah sudah dong, nanti dilihat orang malu," Rani mendorong tubuh Bram.
"Aku kangen banget sayang, kamu jahat sih menghindariku."
Bram masih terus memagut bibir Rani, Ranipun membiarkan dan membalas ciuman Bram. Nafas mereka beradu Bram meremas pinggang Rani, tangannya mulai berpindah meraba paha.
"Sudah ah, jangan macam-macam, yuk jalan."
Rani memperbaiki baju dan roknya yang acak-acakan karna ulah Bram. Bram tersenyum mengerlingkan matanya dengan genit, lalu menghidupkan mobilnya dan membawa keluar dari parkiran.
***
Bram membawa Rani ke sebuah restoran sea food di pinggir pantai. Sesampainya disana Bram memilih tempat yang paling ujung dan sepi agar bebas berbincang berdua.
Setelah memesan makanan dan menunggu pesanan datang, Bram duduk di sebelah Rani, dia menggenggam tangan Rani dan mengelusnya mesra.
"Kapan aku boleh ketemu orang tuamu Sayang?" tiba-tiba Bram membuka pembicaran.
"Hah, hmmm buat apa?" Rani tidak menyangka Bram akan bicara soal itu dengan tiba-tiba.
"Ya apa lagi, karna aku mau serius sama kamu,"
Pembicaraan merekapun terhenti saat pelayan resto datang menyajikan pesanan mereka. Bram dan Rani kemudian menikmati makanan di depannya, sesekali Bram menyuap Rani seperti menyuap anak kecil membuat iri orang yang melihat kemesraan mereka.
Setelah makan siang Bram mengantar Rani ke kantornya. Sebelum turun Bram mengecup mesra kening Rani dan mencium lembut tangan Rani.
"Nanti sore ku jemput yah," ucap Bram sebelum Rani turun.
Rani mengangguk dan tersenyum, kemudian dia keluar dari mobil Bram menuju ke kantornya. Wajah Rani merona bahagia, dia tersenyum sendiri jika mengingat perlakuan Bram padanya.
************
Seperti janjinya Bram sudah menunggu Rani di parkiran, dia merebahkan kursi mobilnya menunggu Rani datang, Bram mengirimkan pesan singkat pada Rani.
"Kanda sudah di bawah ya Dinda."
Rani tersenyum membaca pesan yang masuk di gawainya.
"Tunggu bentar ya Sayang," balas Rani.
Setelah membereskan berkas-berkas di ruangannya Rani segera turun menemui Bram.
"Aku pulang duluan ya Sob,"
Sapa Rani pada teman-teman kantornya yang belum pulang.
"Mau dianterin Ran?"
Robi menawarkan diri, Robi ini salah satu cowok di kantornya yang juga menyukai Rani.
"Makasih Rob, aku pulang bareng teman udah ditunggu di bawah," balas Rani ramah.
"Malem minggu kita nonton yuk Ran?"
Rani tak menjawab hanya melempar senyum dan melambaikan tangannya pada Robi. Teman-teman Robi yang di ruangan cekikikan melihat Robi yang terus mengejar Rani tapi selalu ditolak.
"Kejar terus Rob, jangan kasih kendor!" celetuk Firman saat Rani sudah menghilang di balik pintu.
"Pokoknya sebelum janur kuning melengkung masih ada harapan coi." Robi mengepalkan tangannya, disambut gelak tawa orang di ruangan itu.
Rani masuk ke dalam mobil Bram, Bram yang hampir ketiduran langsung menegakkan kursi mobilnya.
"Lama nunggunya ya? harusnya tadi kamu pulang aja, kayaknya kamu capek banget Sayang," Rani membelai rambut Bram.
"Kan aku udah janji mau jemput kamu. Sudah lama kita gak bersama, kita pulang ke apartemenku ya sayang?" Bram mencolek lembut pipi kekasihnya.
"Ngapain?" tanya Rani.
Rani agak enggan kalau Bram mengajaknya ke apartemennya, dia takut terjadi hal yang di luar kendali kalau hanya berduaan di apartemen.
"Bikin anak, masa mau main masak-masakan sih Yang." Bram menggoda Rani.
"Ogah ah, mulai lagi deh," Rani cemberut kesal.
"Ya udah main kuda-kudaan aja gimana yah yah," Bram kembali terkekeh senang.
"Isshh kamu nakal deh ah." Rani mencubit Bram wajahnya langsung memerah, Bram tertawa puas menggoda Rani.
Mobil Bram terus melaju dan memasuki sebuah mall, Rani hanya diam menikmati lampu kota yang mulai menerangi sepanjang jalanan. Bram memarkirkan mobilnya, dan mengajak Rani keluar.
"Yuk makan, terus cari baju," ajak Bram.
Bram menggamit tangan Rani dengan mesra. Rani mencoba menarik tangannya karna masih kesal tapi Bram memegang tangan Rani dengan erat.
Mereka makan di salah satu restoran di mall, Rani masih irit bicara, dia merasa kesal dengan candaan Bram padanya. Bram memang selalu bicara vulgar kalau sudah bersama Rani, kadang Rani merasa tidak nyaman dan merasa malu.
Setelah makan Bram mengajak Rani ke toko baju, dan menyuruh Rani memilih baju yang dia sukai, Rani sebenarnya tidak mau karna belum butuh baju baru.
Bram terus memaksa dan memilihkan beberapa baju formal dan baju santai. Bram juga membelikan baju tidur yang cukup seksi, Rani tidak bisa menolak keinginan Bram, akhirnya dia diam saja menerima apa yang dibelikan Bram untuknya.
Itulah istimewanya Rani di mata Bram, dari sekian perempuan yang pernah dia kencani Ranilah wanita yang tidak pernah meminta apa pun dari Bram. Bram selalu membelikan barang-barang buat Rani, bahkan kartu kredit pemberian Bram juga jarang Rani gunakan.
Bram pernah menawari mobil buat Rani tapi dia menolak, padahal kalau Rani mau apapun yang dia minta pasti akan Bram kasih.
Bram benar-benar membawa Rani pulang ke apartemennya, Rani menoleh pada Bram alisnya mengernyit seolah berkata tidak saat mau masuk kesana.
"Yang!" Rani kesal.
"Apa? yuk keluar," Bram mengeluarkan belanjaan Rani dari mobil.
"Aku gak mau!" ucap Rani kesal, pada sikap Bram.
"Nggak apa-apa, aku gak bakalan perkosa kamu, kecuali kamu yang minta heh heh," Bram menggoda Rani yang tidak mau keluar dari mobil.
"Ayok, disini banyak nyamuk cepet masuk, mau ku gendong kayak bayi." seru Bram.
"Aku gak mau pokoknya!" jawab Rani ketus.
"Gak diapa-apain juga kog. Ayolah Sayang masuk yuk, jangan kayak anak kecil, malu sama orang nanti ada yang lihat," rayu Bram pada Rani.
Rani mendenguskan nafasnya lalu keluar sambil membanting pintu mobil, Bram hanya tersenyum melihat tingkah Rani yang sedang marah. Bibir Rani yang manyun malah membuat Bram semakin gemas dibuatnya.
Bram dan Rani memasuki lift menuju kamar apartemen. Di dalam lift Rani hanya diam memalingkan wajahnya dari Bram, sampailah mereka di apartemen Bram, dia membuka pintu dan mempersilahkan Rani masuk setelah menghidupkan lampu di apartemennya.
***
Note : kalau suka dengan cerita ini jangan lupa like dan komen ya. Trimakasih sudah membaca.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments
W.Willyandarin
Seru kak
2020-09-13
0