Bram meletakkan belanjaan Rani di meja, diapun membuka sepatu dan kemejanya, lalu membuka kulkas dan mengambil minuman kaleng untuk Rani.
"Minum apa Sayang?" tanya Bram.
"Apa aja asal bukan racun dan obat perangsang," jawab Rani.
Bram tersenyum dan menyodorkan coca colla kaleng pada Rani.
"Mandilah dan ganti bajumu Sayang, aku mau menyelesaikan pekerjaanku dulu."
Bram mengambil laptopnya dan membuka email pekerjaan, Rani memasuki kamar mandi dan mengisi bath up dengan air hangat, dia berendam melepas penat menghilangkan stress dan lelahnya.
Rani menyandarkan tubuhnya yang telanjang di bath up, tubuhnya terendam kepalanya bersandar. Ia memejamkan matanya menikmati hangatnya air dan wanginya sabun yang sudah dia campurkan.
Rani hampir terlelap, tanpa dia sadari Bram sudah di dalam dan menikmati pemandangan tubuh Rani yang telanjang, Bram juga sudah telanjang tanpa sehelai benang di badannya, perlahan dia membelai Rani, membuat Rani terkejut dan membuka matanya. Melihat Bram sudah telanjang Rani menutup matanya karna malu.
"Ah kog kamu ke sini sih."
Rani duduk mencoba menghindari memandang tubuh Bram, Bram yang melihat Rani salah tingkah jadi gemas.
"Kan mau mandi bareng, nggak boleh?"
Bram ikutan masuk ke bath up.
"Ya gak boleh lah!"
Rani beringsut mencoba menjauhi Bram, Bram mengambil sabun cair dan menggosok lembut lengan Rani dengan sabun.
"Sini aku sabunin sandarkan tubuhmu kayak tadi."
Bram membenarkan tubuh Rani seperti tadi. Rani diam menahan malu, Bram mengecup lembut bibir Rani.
Ini kali pertama mereka saling telanjang, biasanya mereka hanya sekedar berciuman dan hanya saling meraba.
Kali ini Bram menyabun dari kaki hingga kepangkal paha. Rani mendesah membiarkan pria itu membelai tiap lekuk tubuhnya. Rani menggigit bibirnya, darahnya berdesir nafasnya mulai tidak teratur.
Bram mengangkat Rani supaya berdiri lalu menghidupkan shower, sambil terus menggosok tubuh Rani yang masih ada busa sabun di tubuhnya.
Rani memejamkan matanya membiarkan Bram melakukan apa yang dia mau. Bram mendorong tubuh Rani merapat ke tembok dan mencium bibir Rani dengan lembut.
Tiba-tiba gawai Bram berbunyi, Bram mengabaikan nya karna sedang asik menikmati lekuk tubuh Rani. Dering gawai Bram tak juga berhenti, dengan agak kesal Bram pun menghentikan kegiatannya.
Bram mengumpat dalam hati sambil mengambil handuk dan menutup tubuhnya, lalu keluar mengambil gawainya. Rani terhenyak dan segera menyelesaikan mandinya saat Bram sedang keluar, dia tak mau terlalu jauh melangkah.
Cepat-cepat Rani mengeringkan badannya lalu keluar dan mengambil baju ganti. Bram yang melihat Rani keluar dan sedang memakai baju langsung kecewa, tapi karna dia masih menelpon jadi cuma ngasih kode ke Rani agar jangan memakai baju dulu, Rani tetap memakai bajunya sambil menjulurkan lidahnya mengejek Bram.
"Kog udah pakai baju sih kan belum selesai mandinya."
Bram menutup gawainya, dia kecewa karna belum tuntas bermain dengan Rani.
"Udah ah nanti masuk angin," jawab Rani sambil mendekapkan tangannya ke dada, lalu duduk di sofa menghidupkan tv.
"Nakal kamu ya," Bram mencubit pipi Rani dengan lembut dan dia melanjutkan mandi.
Selesai mandi Bram memakai celana dan kaos, lalu membuka brankas dan mengambil berkas.
"Aku turun bentar ya ada yang mau ambil berkas di bawah. Jangan kabur!"
Bram mengambil gawainya dan beranjak keluar apartemen, Rani hanya menoleh melihat Bram keluar, dia lalu membaringkan kepalanya di sofa, kegiatan tadi membuat Rani lemas dan jantungnya masih berdetak kencang.
Dia berfikir apa lagi nanti yang akan terjadi, haruskah malam ini pertahanannya akan di bobol Bram, jujur saja tadi dia juga sangat menikmati dan ingin merasakan lebih jauh lagi.
Bram bertemu seseorang di lobi, setelah berbincang serius pria itupun pergi, Bram kembali naik ke apartemennya menemui Rani.
Rani masih di sofa sedang menonton tv Bram datang mendekatinya, Rani bangun dari tidur dan memberi ruang untuk Bram duduk di sampingnya.
Bram meletakkan gawainya di meja sudut, setelah mematikan suaranya, dia tak mau terulang lagi gangguan seperti tadi.
"Belum ngantuk kan?" Bram memeluk Rani dan membelai rambutnya.
"Ngantuk sih sebenarnya," jawab Rani berbohong, padahal dia belum ngantuk, jantungnya berdebar-debar dia takut tapi juga penasaran.
"Ya sudah sini biar cepat bobok,"
Rani kaget saat Bram dengan cepat menindih tubuhnya, dia tidak bisa bergerak dirasakannya ada yang sudah mengeras di bawah sana.
"Aku cinta kamu Sayang," bisik Bram.
Nafas Bram yang panas menyapu telinga Rani membuat Rani bergetar, ciuman demi ciuman mendarat di wajah dan leher Rani, Rani memejamkan mata dan menggigit bibirnya.
Perlahan Bram membuka kancing baju Rani, membuat dadanya yang terbalut bra kelihatan, sekali sentak bra itupun terlepas, dada ranum Rani terpampang indah, Bram meremas dan mencimi bergantian, lenguhan Rani membuat Bram semakin menggila.
Rani ingin menolak tapi sudah terlanjur nikmat, Bram berhenti dan melihat Rani yang sudah sangat pasrah, dia tersenyum puas melihat gadisnya sudah mulai terlena.
Rani membuka matanya saat Bram tak lagi beraksi, dia masih ingin melanjutkan dan tak mau berhenti, Bram tertawa menggoda dan menggendong Rani ke kamar, membaringkan tubuh Rani di ranjang, lalu mengecup lembut kening Rani.
Rani memeluk erat tubuh Bram, ingin rasanya dia berkata pada Bram untuk tidak mengakhiri semua ini, namun dia terlalu malu mengutarakan itu. Bram menarik selimut dan menutupi tubuh mereka, Rani mulai mengatur nafas dan detak jantungnya.
"Tidurlah sayang, kamu pasti capek," bisik Bram.
Rani memejamkan matanya dia masih penasaran dengan rasa yang satu itu. Masih dirasakannya milik Bram mengeras di bawah sana, membuat Rani semakin tidak bisa tidur.
Bram yang terlelap terbangun karna merasa ada yang meremas miliknya.Tangan Rani menggenggam miliknya hingga adeknya tegang membuat Bram kelimpungan.
Bram menaiki tubuh Rani, Rani memeluknya dan merekatkan tubuhnya, dia ingin segera menyatukan hasratnya.
"Boleh masuk Sayang?" bisik Bram di telinga Rani.
Rani sudah tak kuasa menolak dia memejamkan matanya pasrah, Bram tersenyum memandang wajah Rani yang terlihat sangat tegang.
"Rileks Sayang jangan tegang," bisik Bram,
Rani berkali - kali menjerit tertahan saat tidak kuat lagi menahan luapan hasratnya. Bram mengakhiri permainannya setelah Rani benar benar terpuaskan. Mereka terus mengulang sampai ke duanya tertidur karna kelelahan, tak peduli esok bisa berangkat bekerja apa tidak. Rani benar - benar tak membiarkan Bram beristirahat.
***
Note : kalau suka dengan cerita ini jangan lupa like dan komen ya. Trimakasih sudah membaca.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments
W.Willyandarin
like
2020-09-13
0
Sari Istiqomah
Assalamualaikum semangat thor
aku sudah boom like ya,
jangan lupa mampir keceritaku, Dia Untukku
Terimah Kasih
2020-08-25
1
Anastasia Erdina
Haloo..
Aku udah mampir di cerita kamu
Ditunggu feedbacknya yaa
Makasih
2020-05-26
1