kota T_. 19.00
Suasana sekitar yang begitu sunyi, hanya ada beberapa rumah di dalam gang sempit di pinggiran kota, tak ada kendaraan yang sibuk lalu lalang, hanya kendaraan roda dua saja yang bisa melintas.
Rumah Elisa peninggalan orangtuanya, rumah itu sangat sederhana, dua kamar satu ruang tamu beserta dapur dan kamar mandi.
bangunannya sudah usang di makan usia.terang saja rumah itu sudah 30 tahun berdiri kokoh di sana.
Dengan kembalinya ke rumah ini, pasti sangat susah, mengingat tante Dona yang tak mengizinkan aku pulang, ujar Lisa lirih dalam hati.tapi berhubung ini adalah hari kematian ibuku, ingin rasanya aku ziarah ke makam ibu.
syurlah akhirnya Tante Dona mengizinkan juga, Elisa tampak membuka pintu kecil rumahnya,
kreeeeettttt......suara pintu yang sedikit nyaring terdengar.ruang pertama yang di masuki adalah ruang tamu, keadaan sangat gelap gulita, sialnya malam itu mati lampu di sekitar. Dipikir sudah sebulan tak pulang ke rumah, saat pulang gelap begini hanya mengingatkan kehidupanku yang memang begitu kelam.
Elisa tampak berjalan pelan meraba-raba hampir saja ia menabrak meja di ruangan itu.
"ya ampun, kan ada handphone !" Mengeluarkan handphone dari dalam tas sandangnya, ia bergumam seolah merasa sangat pikun.
Sepintas cahaya dari handphone nya sudah cukup untuk menerangi ruang yang sangat gelap. kini Elisa tampak duduk di sofa kecil dalam ruang tamu itu, dirasanya tubuhnya yang begitu lelah hingga sesaat kedua matanya sedikit terpejam kemudian terbuka kembali.
"Lebih baik aku mandi dulu, perjalanan tadi sangat menguras tenaga, "gerutunya kecil sembari menuju kamarnya untuk bersiap mandi, Elisa tampak membuka laci kecil dalam lemari di kamarnya
"Ini dia ". 3 batang lilin yang ia temukan. persiapan di saat genting seperti ini, untungnya masih ada, pikir Lisa dalam hati.
19.40
"Malam gelap gulita. lampunya tidak juga hidup, "Elisa tampak keluar dari kamarnya mengenakan gaun tidur tipis yang pendek, sayangnya mati lampu, tubuh mulusnya tak tersentuh cahaya . sembari membawa lilin di tangannya kemudian meletakkannya di atas meja depan sofa.
kini ia Merebahkan tubuhnya di atas sofa itu, terlihat sangat santai sekali, sembari memainkan ponselnya .
drrrmmmmmm...terdengar suara mesin mobil
yang berhenti tidak jauh dari gang.
Beberapa Menit kemudian.
tok.. tok... tok .....
Suara pintu rumah yang di ketuk, siapa yang bertamu malam begini. perasaan baru saja tiba sudah terima tamu, atau jangan -jangan Bibi Deti ,tetangga belakang. Elisa tampak ragu, dan bangkit berdiri melangkah menuju pintu.
"Siapa ya ?" sedikit teriakan kecil nya memecahkan keheningan, tak segera ia membuka pintu ,karna ada ketukan lagi maupun sahutan dari pertanyaannya tadi. tapi dengan sangat penasaran ia akhirnya membuka pintu.
ckrettttt... pintunya berisik sekali, tukas Lisa .
wajah Elisa sedikit kaget, bahkan ia sedikit mundur selangkah, setelah membuka pintu di dapatinya seorang pria bertubuh tinggi yang sepertinya menatapnya begitu tajam.
wajah pria itu tidak begitu tampak jelas, karna keadaan malam itu gelap, hanya sedikit cahaya lilinnya yang terpancar dari dalam.
"Cari siapa ya ?" Tanya Lisa kian ragu.
"Apa kau Elisa ?" Suara pria itu begitu berat, tapi sangat enak di dengar, pikir Lisa heran.
"ya, aku Elisa, ada perlu apa ?" sambung Lisa penasaran.
"Boleh aku masuk ?" tambah pria itu melangkah masuk ke dalam, Elisa tampak memberinya jalan meski tanpa ucapan.
bagaimana jika dia orang jahat, aduh kok malah aku buatin masuk sih, ujarnya dalam hati sedikit khawatir.
Pria itu tampak langsung duduk di sofa tanpa di suruh, Elisa masih berdiri di dekat pintu sedikit was-was.
"Aku minta alamatmu dari Tante Dona." tambah pria itu.
Tante Dona, apa dia adalah tamuku, ya ampun Tante, aku baru saja pulang udah di kasih job aja. gadis itu kini tampak tersenyum manis sembari menutup pintu.
" Kenapa gak bilang dari tadi ,? seketika saja Elisa mendekati pria itu kemudian langsung duduk di pangkuan pria itu, dengan kelakuan centilnya Elisa membelai wajah pria yang kala itu hanya diam saja tanpa suara maupun gerakan.
Kenapa harus mati lampu sih, jadi gak bisa lihat wajahnya dengan jelas, tapi tubuh pria ini sangat wangi ,tidak seperti aroma tubuh pria lain pada umumnya,jelas sangat berbeda
"Duduk lah dengan baik di sofa " tegas pria itu membuyarkan pikiran Lisa, dengan seketika Elisa berdiri menuju sofa di sebelah pria itu.
"Jadi pria jangan jutek gitu, " ketus Lisa sembari mengambil sebatang rokok beserta korek api di atas meja yang dari tadi sudah tersedia .
"Sudah lama lampunya mati?" tanya pria itu kembali dengan santainya.andai saja lampunya hidup, ku pastikan wajah pria ini sangat menyebalkan .pikir Lisa sedikit kesal dengan tingkah pria yang berada di hadapannya dalam keremangan.
"Apa tujuanmu kemari?" tanya Lisa yang sedikit jutek sembari menghisap rokoknya.
"Buanglah rokoknya ! asap nya sangat menggangu udara." sambung pria itu sedikit mengejek.
"Oke fine, " menghempaskan rokok itu ke lantai. Elisa tampak sangat kesal, baru pertama kali bertemu tamu yang sangat menyebalkan pikirnya lagi menggerutu .
21.00
Tampaknya Malam yang begitu melelahkan akan sangat panjang.Elisa heran bercampur kesal, pria yang menjadi tamunya hanya duduk diam tanpa bicara. sebenarnya pria ini mau apa sih, ?tidak jelas sekali.gadis itu tampak bergumam sembari memainkan ponselnya yang daya nya berada di ujung tanduk.
"Kalau tidak ada yang bisa ku bantu , Tuan sebaiknya pulang saja , hari sudah larut, aku juga sudah lelah, mau tidur !" Elisa tampak santai berucap, berharap pria tanpa tujuan itu pulang dengan sindiran lembutnya.
Tampaknya pria itu tak berniat menjawab, malah menarik nafas panjang, sesaat kemudian lampu tiba-tiba menyala dengan sangat terang, Ruangan itu tampak dengan jelas. tatapan Elisa segera tertuju pada saklar listriknya, kemudian ia bangkit menuju kamarnya, Mengambil carger dan keluar kembali menuju saklar listrik di dekat meja tv,
tujuannya ialah mencarge ponselnya .
Setelah dirasanya ponselnya terisi ia kembali Melangkah menuju..langkahnya tiba-tiba saja terhenti, di lihatnya pria yang duduk di sofa berada di hadapannya kini telah menatapnya dengan tajam.
pria itu tampak tak berkedip, menatap seluruh penjuru tubuhnya, entah itu perasaan terpesona atau jijik, wajahnya sangat tampan di balik cahaya namun begitu datar melihatku.
"Apa kau mau minum tuan?lampunya sudah hidup , sekarang aku bisa buatkan secangkir teh atau kopi barangkali," tawaran itu agaknya membuat kecanggungan sedikit berkurang.
"Boleh ,buatkan kopi saja " jawab pria itu dengan nada lembut. berubah drastis. dia bisa sedikit sopan, ntah mengapa kata itu sangat terdengar tidak pantas untukku.
Elisa tampak menuju dapur, ia mencoba mencari kopi , yang untungnya masih ada, di lihatnya belum exp, kini ia tampak membuat secangkir kopi dan membawakannya ke pria yang ada di ruang tamunya.
Pria itu masih saja memperhatikan Elisa dengan sangat serius, sementara Elisa kini tampak begitu canggung untuk yang pertama kalinya bisa berhadapan dengan tamu yang seperti itu. entah apa maksud hatinya, perasaan itu dirasanya sangat janggal.
Lanjut ..... ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 116 Episodes
Comments
Boundae Adit Rustiah
visual thor
2020-07-28
3
Siti Asmaulhusna
😡😡😡
2020-06-19
1
Nabila Musthofa
klau da gambarnya lbih seru thor
2020-04-17
3