Ruang Makan.
Setelah memasuki ruangan pertama Elisa menuju ruangan di bagian tengah yaitu ruang makan.
Mata nya yang terus curi-curi pandang ke sekeliling terpana kagum serta keheranan,Vila itu begitu megah baik dari setiap ruangannya maupun segala sesuatu yang ada di sana sangat mewah berkelas tinggi. Tapi satu yang ada di pikirannya, di Vila itu tidak ada keluarga Edward kah? bukannya dia sudah punya istri. tapi di sini dari tadi hanya ada pelayan dan pengawal, kemana keluarga yang lainnya?Tapi jika sampai istrinya berada disini ,bukankah ini akan sangat buruk membawa wanita lain secara terang-terangan begini, pertanyaan yang tak dapat terjawab karna tak terucap keluar.
"Silahkan Nona!" salah seorang pelayan menggeser kan kursi.
Di ruangan yang cukup besar itu, Terdapat sebuah meja makan yang sangat besar dan panjang, di atasnya telah tersedia hidangan mewah yang berbaris rapi.
Sekali lagi Elisa sedikit terperangah melihat semua itu, wajar seja demikian ,biasanya dia hanya makan seadanya bahkan semangkok mie instan saja sudah bisa sangat mewah, jarang sekali menemukan makanan yang seperti di hadapannya saat ini.
Semua itu juga bisa ia temui jika makan di luar bersama tamunya yang lumayan tajir.hanya saja ia tidak bisa begitu menikmati makannya jika sedang bekerja, jadi hampir lupa akan semua rasa makanan mewah itu.pikirnya kesal dalam hati.
"Duduk lah !'' seru Edward yang sudah duduk lebih dulu di ujung meja.
"Baiklah " Dengan segera Elisa duduk di kursi di ujung meja ,mereka berhadapan meja itu terlalu panjang, sehingga jarak mereka begitu jauh.
Elisa tampak melirik ke arah kedua pelayan wanita di sebelahnya.
"Apa kalian tidak ikut makan?" Tanya Elisa sedikit ragu.
"Tidak Nona, silahkan anda makan saja bersama Tuan !" ujar salah seorang pelayan.
"Tuan apa ada hal lain yang bisa saya bantu?" tanya Pak Wisnu pada Edward sembari menunduk.
"Tidak ada, ini sudah cukup."jawab Edward dengan muka datarnya.
"Baiklah ,kalau begitu kami permisi dulu Tuan." tambah pak Wisnu sembari memberi kode pada kedua pelayan wanita untuk meninggalkan Tuannya yang sedang makan.
_
_
_
_
_
Suasana begitu sunyi saat itu, Edward tampak fokus pada makanan yang ia makan, tanpa bersuara sedikitpun, sementara Elisa hanya memainkan garpu serta sendok nya, hanya sedikit yang masuk pada mulutnya, di rasanya kini telah kenyang, sementara tangan kirinya masih sedikit ngilu di rasa.
"Apa kau sudah makannya?" Tanya Edward di ujung meja sembari menatap Elisa tanpa senyuman.
"sudah" jawab Elisa sembari berusaha tersenyum.
ayo Lisa ini bukan gayamu, jadilah seperti biasanya,ujarnya memantapkan hati .
"Oke, kalau begitu sebaiknya kau beristrirahat di kamar !" tambah Edward sembari berdiri.
"Dimana kamarnya?" Tanya Lisa mendekati Edward .
"Bibi Rena, teriak Edward memanggil salah seorang pelayannya.
"Iya Tuan ada apa?" Bibi Rena datang sedikit berlari menuju Tuannya.
"Bawa Nona Elisa ke kamarnya !"perintah Edward begitu tegas.
"Baik, ayo Non, kita ke kamar atas!" Bi Rena mempersilahkan Elisa melangkah lebih dulu menuju tangga untuk ke kamar atas, Elisa segera berlalu meninggalkan Edward yang masih berdiri di sana, dengan di ikuti oleh BI Rena.
_
_
_
_
_
_
Sesampainya di kamar, Elisa sedikit terdiam.
Di kamar yang besar itu terdapat tempat tidur yang begitu besar di tengah ruangannya, serta lemari pakaian lengkap di dalamnya.
Juga beberapa buku berbaris rapi pada rak buku yang tinggi, serta sebuah meja rias berkaca besar di sudut kanan dekat jendela yang menuju ke arah kebun Vila di sana.
Sedang di sebelah kiri terdapat sebuah pintu, yaitu pintu kamar mandi.
"Nona, sebaiknya mandi dulu, tadi Bibi sudah siapkan air hangatnya!" Bibi Rena melangkah mendekati Elisa yang tak bergeming.
"Non" tambah Rena lagi menyapa Elisa sedikit keras, karna mengetahui gadis di hadapannya seperti tengah melamun.
"emm.. iya Bi, Makasih ya !" jawab Elisa sedikit terbata.
"Pakaian Non Lisa sudah siap di lemari semua,kalau begitu Bibi permisi dulu Non, kalau ada hal lain yang Non Lisa butuhkan, panggil Bibi saja ya !" tambah Rena lagi panjang lebar, sembari berlalu meninggalkan Elisa..
"ehh, Bibi tunggu sebentar!" cegah Elisa tergugah dari lamunannya.
"Iya Non, ada apa?"jawab Bi Rena penasaran.
"Apa Tuan Edward sudah Menikah?"Tanya Lisa ragu .
"Maaf Non, itu bukan urusan Bibi, Kalau tidak ada yang lain bibi permisi" sedikit menunduk Rena pergi segera meninggalkan Elisa.
"Aneh" Masa diam di rumah ini bukan urusan siapa-siapa sih? jadi terserah gitu,gak mungkin lah Bibi Rena gak tau.
Elisa tampak menggerutu sembari menutup pintu kamarnya. Matanya tertuju pada tempat tidur yang dirasanya sangat nyaman, tapi Elisa malah melewatinya menuju kamar mandi.
Didalam kamar mandi yang bersih dan begitu mewah itu, Elisa segera melepaskan pakaiannya menuju badhtup dan segera merendam tubuhnya dalam air hangat yang sudah di siapkan Bi Rena.
"Huhggg... sakit banget" Elisa mengangkat tangan kirinya yang terendam air, ia lupa bahwa tangan kirinya masih sedikit bengkak.
sakitnya kian terasa menyentuh air hangat itu.
"Bodoh, kenapa sampai lupa, ini pedih sekali " segera ia bangkit dari sana dan mengambil handuk yang sudah tersedia di sana.
Setelah memakai handuk, Elisa meninggalkan kamar mandi sembari memegang tangan kirinya.
Kini ia menuju lemari pakaian,saat di bukanya pakaian yang ada di lemari itu begitu banyak dan tersusun rapi di sana, Elisa tampak mencoba memilih baju yang mudah ia kenakan saat keadaan seperti itu.
Ditemuinya gaun tidur merah bertali, gaun itu di ambilnya dan langsung dikenakan pada tubuhnya.
Elisa tampak cantik dengan balutan gaun tidur itu, hanya saja ia sedikit risih mengenakannya, bukan karna tidak terbiasa memakai pakaian tipis dan terbuka, hanya saja ia sadar sekarang berada dimana, takut berbeda lingkungan akan membuatnya sedikit tidak nyaman.
_
_
_
"Kau sedang apa?" suara pria yang tak asing tiba-tiba saja muncul dari balik pintu.
Edward, " itu.. maaf tuan , aku memakai pakaian yang ada di lemari ini, habis pakaian ku kan tertinggal kemarin di tempat Tante Dona." Gara-gara Nisa ,jadi pakaianku tidak terbawa, aduhh aku lupa ,jangan-jangan ini pakaian istrinya lagi.mati aku? .Elisa tampak sedikit menunduk.
"Besok aku akan menyuruh pak Wisnu mengambilnya!" Tambah Edward melangkah mendekati Elisa.
"Jadi tuan tidak marah kan?" tambah Elisa menatap pria yang kini berada di hadapannya.
"Minggir , aku mau mandi !" sambung Edward dengan senyuman sinis nya.
Uhh.. dasar pria aneh, Elisa tampak mengejek Edward dari belakang, sementara Edward tampak tersenyum sembari menuju kamar mandi.
kini Elisa duduk di sebuah kursi di depan meja rias,Menatap dirinya yang berada di depan cermin, sembari menyisir rambutnya yang sedikit basah,tubuhnya masih sedikit lengket di rasa, karena tadi tidak jadi mandi akibat tangannya yang tiba-tiba saja terasa sakit oleh air hangat.
"Ngomong-ngomong apa yang terjadi pada Nisa ya?" berkata pelan sembari mengelus tangannya.
Sementara di telinga tak lagi terdengar suara air dari sopware di kamar mandi.
Elisa tampak menoleh ke arah belakang tepat ke arah pintu kamar mandi, didapatinya Edward yang sudah selesai mandi kini tampak memakai celana tanpa memakai baju, hanya mengalungkan sebuah handuk pada lehernya.
Kapan dia keluar, Elisa tampak tertunduk dan sedikit memalingkan wajahnya kembali, karena dirasanya Edward menatapnya tajam.
"Apa tanganMu masih sakit?" tanya Edward mendekat.
"Emm, tidak juga." jawab Lisa pelan.
"Apa kau tidak ingin istrirahat?" tanya Edward lagi lebih dekat.
Elisa mengangkat kepalanya dan menatap pria yang berada di hadapannya, pria itu juga menatapnya serius.
"Tuan ,boleh aku bertanya?" ujar Lisa sedikit percaya diri.
"Tanya apa?"tambah Edward masih menatapnya.
"Benarkah kamu sudah menikah?"tanya Lisa lagi kian ragu sembari menunduk.
"Kau berbicara seperti pengantin baru saja,"sambung Edward tertawa licik.
"Apanya yang seperti pengantin baru, perkataan ku itu lebih cocok untuk seseorang yang kau bohongi!" tiba-tiba nada bicara Elisa sedikit berubah.
"Hey, siapa yang membohongi siapa?, "jawab Edward mengetuk kepala Elisa.
"sakitt..." Elisa segera mengelus kepalanya.
"Aku sudah menikah" sambung Edward lagi melangkah menuju tempat tidur.
"Apa istrimu jelek, sampai-sampai kau harus menyimpan seorang wanita?,tepatnya berselingkuh?" tambah Lisa mantap.
"Memangnya kita terlihat seperti berselingkuh apa? jawab Edward sinis.
Mendengar perkataan itu Elisa yang tadinya percaya diri mendadak berubah jadi pendiam dan takut.
"Kenapa diam?" Edward tampak berdiri kembali dan melangkah mendekati Elisa yang masih duduk di depan meja rias.
"Apa yang mau kau lakukan?" ujar Lisa lagi ketika Edward semakin dekat di hadapannya.
"hey Tuan, apa yang kau lakukan? turunkan aku!" teriak Lisa panik ketika Edward tiba-tiba saja mengangkatnya.
"Aku hanya mengikuti kata-katamu tadi" Edward tersenyum sembari membawa Elisa ke tempat tidur, Kemudian Edward menurunkan pelan tubuh Elisa dari gendongannya ke atas tempat tidur itu,Elisa hanya diam saja saat itu sembari menoleh pada pria di hadapannya itu.
Memang tempat tidurnya sangat nyaman, berasa berada di atas tumpukan kapas yang begitu tinggi, Elisa tampak memejamkan kedua matanya sembari tersenyum manis, ia Lupa bahwa ekspresi wajahnya jelas terpandang oleh kedua mata pria yang masih berada di atas tubuhnya saat ini.
Edward tampak tersenyum saat itu, perlahan tangannya menyentuh lembut wajah Elisa yang masih terpejam.
"Tuan, emm" sontak Elisa tersadar dalam kenyamanannya , Bola mata pria ini begitu hitam, seperti tak ada sedikitpun bayangan di dalamnya.
Oh Mom, Edward mengecup lembut bibir Elisa ,dengan satu tangannya yang meraba menyentuh paha Elisa yang sedikit terbuka,saat itu Elisa tampak ngeliat geli menerima sentuhan Edward.
" Maaf Tuan, tanganku sakit jika anda menimpanya seperti ini!" Elisa berusaha bergerak menyudahi kecupan Edward.
"Tidur la kalau begitu!" Edward bangkit dari tubuh Lisa, tampak raut wajahnya berubah seperti kecewa, mendengar pernyataan gadis dalam pelukannya itu, kemudian berbaring sedikit ke arah pinggir tempat tidur.Elisa tampak membenarkan posisi tubuhnya, sekarang ia menoleh pada Edward yang tengah berbaring dengan menutupkan satu tangan di wajah ,tepat di sebelahnya.
Apa dia marah, aku benar-benar tidak siap jika harus menyerahkan tubuhku ini pada ..
"Jika kau tidak tidur aku akan mengulang perbuatan ku tadi!" Edward menoleh pada Elisa yang terdiam menatapnya.
"pria aneh " suara Elisa tampak pelan sembari beralih membelakangi Edward yang masih melihatnya dengan sedikit tersenyum.
sebenarnya pria seperti apa dia ini? sejak awal bertemu dia bersikap dingin, dan saat aku terluka dia terlihat sedikit peduli, tapi terkadang lagi dia kembali dingin, dia menyentuhku tidak dengan memaksa juga tidak dengan nafsu yang menggebu seperti yang selalu ku lihat. lalu dia menginginkanku untuk apa??
Oh Mom, apa yang ku temui sekarang.....
_
_
_
penjaranya begitu dingin, namun sedikit nyaman ketika melihat tatapannya.
Terimakasih sudah baca, tinggalkan jejak ya! Like Like komen, vote juga.
Sabar menunggu kelanjutannya!!!!!favorite
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 116 Episodes
Comments
Anita Marsya
lanjut
2021-03-22
0
Feby Astutie
sopware di kamar mandi...maksudnya apaan yah😅😅
2020-11-03
0
Naoki Miki
haii mampir yuk ke krya q 'Rasa yang tak lagi sama'
cuss bacaa jan lupa tinggalkan jejaakk🤗
Tkan prgil q ajaa yaaa😍
vielen danke😘
2020-10-18
0