08.00
Tok Tok Tok......"Non Lisa sudah bangun belum?" Teriak Rena dari luar pintu sembari mengetuk dengan keras.
"Iya Bi, sebentar!" Elisa tampak mengusap kedua mata nya." ya ampun,!" paniknya ketika berada di atas ranjang segera memeriksa tubuhnya yang masih jelas berpakaian lengkap.
"Bodoh,"kemarin aku kan cuma ketiduran di sofa ruang kerjanya saat dia sibuk dengan kerjaannya,Lalu dia mengangkat ku kemari, berati tidak ada yang terjadi kan?, tidak ada tidak ada. Teguh Lisa meyakinkan dalam hati sembari bangkit dari tempat tidur menuju pintu dan membukanya.
" Iya Bi, ada apa? huaammmm" menutup mulutnya yang masih menguap.
"Non Lisa segera lah mandi! Tuan sudah menunggu di bawah, untuk segera berangkat ke kantor !" jelas Rena sembari memberikan pakaian yang di siapkan oleh Edward.
"Aku lupa Bi, jadi sekretaris ya, pria itu benar-benar," menerima pakaian yang di beri oleh Rena.
"Ini baju kantor nya yah?" tambah Elisa lagi menggelar pakaiannya.
"Iya Non, cepat lah !, nanti tuan lama menunggu !" tambah Rena lagi yang memperhatikan Elisa bingung.
"Iya Bibi," Elisa tampak tersenyum dan menutup pintu setelah Rena melangkah pergi.
Meletakkan pakaian di atas tempat tidur dan ia segera menuju kamar mandi.
_
_
_
setelah selesai mandi ia segera memakai pakaian dan menyisir rambutnya."Oke sudah siap, !"teguh nya sembari mengambil ponsel dan tas yang sudah lama tidak ia sentuh beberapa hari ini.
Menuruni anak tangga dengan segera sembari berlari kecil, matanya tertuju pada pria di bawah tangga,yang memang sudah menunggunya dari tadi, Edward tampak sedikit tersenyum melihat Elisa berpenampilan seperti yang ia inginkan.
"Hari pertama saja kau sudah bangun kesiangan?" ujar Edward menatapnya serius sementara Elisa berhenti di tangga terakhir.
"Aku tidak terlalu menginginkan semua ini" pelan Elisa berkata sembari membenarkan rambutnya.
"Itu sudah lebih dari cukup, kemarilah!" Edward tampak menarik Lisa dan memeluknya. ehhh apa yang dia lakukan?
"Tuan , kapan kita berangkatnya?" tanya Lisa risih menerima perlakuan itu di pagi hari.
"Baik lah, ayo kita berangkat kerja!" Edward segera berlalu lebih dulu setelah mengusap lembut kepala Elisa. Oh mom, apa boleh aku menyukainya? sontak pikiran itu terlintas dalam batin Lisa yang terdiam seketika.
"Kau ingin terlambat kah?" teriak Edward yang sudah berada di ujung pintu.
"Baik..." Elisa segera tergugah dan berlari menuju pria di ujung pintu.
Mereka tampak menaiki mobil yang sudah siap di depan halaman rumah.
"Pagi Tuan dan Nona !" sambut pengawal dan supir pribadi Edward sembari membukakan pintu, Elisa tampak sedikit canggung serta dada bergetar menaiki mobil itu.
Namun berusaha bersikap biasa, Edward duduk di sebelahnya yaitu di bangku belakang, kali ini pengawal mengikuti dari belakang dengan mobil lainnya.
Elisa tampak menoleh sesaat ke belakang dan kembali menoleh ke depan.
"Apa yang kau pikirkan?" tanya Edward sedikit heran dengan tingkah Lisa.
"Tidak ada" jawab Lisa singkat sembari mengeluarkan ponsel dari dalam tasnya.
Suara mesin mobil yang menyala kemudian melaju dengan santai,Edward tampak menatap Elisa dengan serius sementara Elisa sibuk mengotak-atik ponselnya ,bukan berarti dia tidak tahu sedang di perhatikan hanya saja ia berusaha menghilangkan kecanggungan nya.
Tidak ada siapapun yang menghubungiku kah? aku lupa bahwa aku tidak memiliki siapapun, seraya bersandar Elisa memejamkan matanya setelah melihat tak ada satupun pesan di dalam ponselnya.
"Apa kau sakit?" Edward tampak memegang kepala Elisa dan mendekatkan bibirnya pada kening Elisa.
"Apa yang anda lakukan Tuan?" Elisa bergerak menjauh seketika karena kaget.
" Aku hanya memeriksa suhu tubuhmu saja" ketus Edward melipat kedua tangannya di depan dada.
Elisa tampak tertunduk malu, tidak kah dia sadar jika di depan ada supir, berbuat seperti itu, sembari menoleh ke arah depan melihat sang supir yang fokus pada jalan di depan.
Dia tidak lihat kah? walaupun lihat juga harus apa? Elisa bodoh sangat bodoh. sembari mengetuk-ngetuk kepalanya sendiri.
"Benarkan sakit kah?" tambah Edward lagi meliriknya aneh.
"Ah... tidak "Benar-benar terlihat canggung Elisa segera memainkan ponselnya kembali, sedang Edward tampak sedikit tersenyum.
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
Perusahaan Edward Manopo.
Turun dari mobil segera setelah supir membukakan pintu, Di depan berdiri gedung yang menjulang tinggi ,Elisa tampak segera melangkah mengikuti Edward yang sudah lebih dulu.
"Pagi pak !" sambut para karyawan sembari menoleh ke arah Elisa yang berusaha bersikap tenang padahal sangat gugup.
"Pagi , Oh ya Delta nanti tolong kumpulkan para staf di ruang meeting ,ada yang mau saya sampaikan !" Edward berkata pada seorang wanita berpakaian rapi serta berambut pendek tergerai sebatas bahu.
"Baik pak!" jawab delta tersenyum ramah,Edward kembali melangkah pergi meninggalkan barisan karyawannya begitu juga dengan Elisa yang menurutinya tanpa berkata.
Mereka menuju lip ke lantai 11 ,nampak beberapa karyawan yang lewat dan menyapa.
Edward dan Elisa hanya berdua saja tanpa di ikuti oleh pengawal, karna para pengawal hanya berjaga di luar, perusahaan itu milik Edward jadi tidak begitu khawatir akan keamanan tuannya itupun Edward yang memerintahkannya.
"kau satu ruangan denganku!" ucap Edward di tengah keheningan mereka.
Sementara pintu lip terbuka mereka melangkah menuju satu ruangan .
"Mejanya sudah saya siapkan pak !" seorang pria sebaya berdiri di depan pintu ruangan menyambut kedatangan mereka. pria itu adalah Adnan sekretaris lama Edward.
"Elisa dia adalah Adnan, sekretaris lamaku,dan Adnan dia adalah Elisa yang akan menggantikanmu" kata Edward sembari menoleh pada Lisa.
"Aku Elisa tuan !" mengulurkan tangan pada Edward, tidak marah kah jika posisinya ku gantikan.
"Aku Adnan nona Elisa !" menjabat tangan Lisa dengan sangat ramah, agaknya Adnan sudah mengerti dari semula.
"Oke baiklah, kau boleh pergi Nan !" perintah Edward segera.
"Baik pak !" jawab Adnan bergegas pergi meninggalkan Elisa dan Edward.
(((((((o)))))))
Membuka pintu ruangan, terdapat dua meja kerja yang saling berhadapan dengan jarak sekitar tiga meter dalam ruangan itu, satu meja lengkap kerja di pojok kiri dekat jendela bertuliskan Direktur, sedang di depannya lagi dekat lemari buku berkas bertuliskan sekretaris.
Elisa tampak diam saja kala itu, bagaimana ia bisa kerja jika harus satu ruangan seperti ini dengan Edward terlebih lagi meja mereka yang saling berhadapan membuatnya merasa semakin canggung.
"Apa tuan yakin?" kata itu keluar begitu saja dari bibir Elisa membuat Edward menatapnya aneh.
"Apa yang kau katakan?" tanya Edward yang sudah berdiri di hadapannya.
"Kenapa kita satu ruangan tuan?, kenapa aku tidak di ruangan yang lain saja!" kata Lisa sedikit pelan.
"Kenapa harus beda ruangan kalau bisa satu ruangan" ketus Edward melangkah menuju mejanya di sebelah kiri.
"Kau kan sekretaris ku ,jadi harus satu ruangan denganku!" tambah Edward lagi tersenyum licik.
"Apa istrimu tidak keberatan jika begini?" kata itu terucap begitu saja dari bibir Elisa setelah matanya tertuju pada bingkai foto besar terpampang disana.
Baru saja Elisa mengangkat wajahnya yang tadi tertunduk kemudian harus langsung menatap foto Edward bersama seorang wanita berpakaian pengantin, itu adalah foto pernikahan Edward dengan Belinda.
"Istri anda sangat lah cantik tuan!" tambahnya lagi melihat jelas foto itu, bagaimana bisa aku bekerja jika harus berada dalam situasi seperti ini, itu sama saja di lihat oleh sepasang wanita yang ku rebut suaminya bukan. entah apa yang akan terjadi nanti.
"Aku akan melepasnya jika kau tidak suka!" sambung Edward bangkit mendekati Elisa.
"Ahhh apa, itu tidak perlu! aku tidak berhak tidak suka, oke baiklah kita ke topik lain saja ya!" Elisa malah melangkah jauh dari Edward menuju meja sekretaris.
"Jika aku bekerja jadi sekretaris tentu akan di gaji bukan?" tambah Lisa lagi sembari duduk di kursi putar, sesekali ia berputar dan mengambil pulpen lalu mencoret-coret kertas yang ada di atas meja.
"Berapa yang kau mau?" Edward tersenyum sembari mendekati Elisa.
"Bagaimana jika aku tidak mau uang!" tambah Lisa menatap tajam Edward.
"apa yang kau inginkan?" jawab Edward mendekat dan duduk di atas meja Lisa sehingga mereka berhadapan.
Begitu serius kah? baik. "Aku ingin posisi istrimu bagaimana Tuan?" tantang Lisa mengangkat wajahnya membuat Edward sedikit diam seketika.
"hmppp ha ha ha haha ,Tuan aku hanya bercanda, bagaimana bisa ekspresi wajahmu berubah seperti itu... hahaha " Elisa tertawa geli melihat wajah angkuh Edward berubah lugu seketika, membuatnya terbahak hingga memegang erat perutnya karna merasa tidak tahan.
"Itu tidak lucu" Edward segera turun dan berlalu keluar.
brakkkkkk.....suara pintu yang di tutup keras, agaknya dia terlihat tidak suka dengan apa yang di lakukan Elisa.
Kalau Tidak suka bilang saja, kenapa pakai acara punya simpanan segala, jelas-jelas kau sangat menyukai istrimu itu..Elisa tampak berdiri menghadap ke arah foto besar di kanannya.
"Belinda" Apa yang ada di pikiran suamimu itu sih? apa kamu tidak tau aku ini siapa? Mengerutkan keningnya dengan wajah yang cemberut Elisa tampak mengoceh sendiri .
_Lanjutt.... like dong jangan lupa oke!!!
pertanyaan!
**Sebenarnya apa perasaan Edward pada Belinda sehingga dia marah ketika Elisa berkata demikian?
a.Edward sangat menyukai Belinda ,sehingga tidak ingin menggantikan posisinya.
b.Edward kesal karna Elisa mentertawakan reaksi wajahnya.
c.Edward kecewa karena Elisa malah tertawa setelah menyudahi ucapannya dan mengatakan itu semua hanya bercanda.
hhhehe..jawab ya!!! dan jangan lupa like and beri vote kalian**.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 116 Episodes
Comments
Novelable uwwu
c ajah
2022-06-08
0
Selvi Nur Adila
c
2021-07-11
0
Saras Wati
jawabannya C
2021-07-11
0