"Terimakasih kalian sudah berkumpul, Aku perkenalkan sekretaris baruku Elisa Moon ru" ucap Edward berdiri di hadapan para karyawan dan karyawati yang duduk berjajar di kursi meja meeting.
Moon ru? Nama belakangku kah, Elisa tampak berdiri menghampiri Edward yang sudah memberinya kode untuk maju ke depan.
"Halo semua, Saya Elisa Moon ru, senang bisa bekerja dengan kalian semua !" Ujar Elisa tampak menguatkan hatinya, dia sangat gugup saat itu , namun tak ingin mempermalukan Edward di hadapan karyawannya.
Sementara itu semua pegawai merespon baik kedatangan Elisa , mereka tampak tersenyum ramah." Oke baiklah, silahkan duduk dulu Elisa!" perintah Edward jelas sebagai atasannya saat ini, Elisa pun segera duduk di tempatnya semula.
"Andan proposal yang ku buat apa kau sudah ajukan pada Direktur utama?" Edward tampak melirik Adnan yang duduk di kursi sebelah kiri berhadapan dengan Elisa.
"Sudah pak, semuanya sudah di terima" jawab Adnan mantap.
"Oke, sebelum pengajuan baru kembali, aku harap kalian semua bisa terus berusaha membuat karya baru sebaik mungkin ,jangan sampai tender kita kalah dengan perusahaan lain !" tambah Edward lagi sangat serius.
"Siap pak !" serentak para staf menjawab kompak. sedang Elisa hanya mengangguk saja.
"Kalian boleh bubar !" perintah Edward lagi mengakhiri, semua karyawan berhamburan keluar ruangan, Elisa pun tampak bangkit dari kursinya ikut keluar ruangan.
"Bu Elisa tunggu!, teriak seorang wanita lari dari belakang ,Elisa seketika menoleh.
wanita itu adalah orang yang ia temui pertama saat memasuki kantor perusahaan.
"Delta ya?" Tanya Lisa mengingat namanya.
"Benar Bu, " ujar Delta begitu sopan.
emp"Panggil saja aku Elisa, agak nya kita seumuran kan?" tambah Elisa lagi sembari tersenyum.
"Maaf, Anda adalah atasan saya ,jadi sewajarnya saya memanggil anda Ibu!'' tambah delta lagi dengan hormat.
"Aku malah merasa tidak nyaman,aku harap kamu mau memanggil namaku !" keluh Elisa sedikit kecewa.
"Jika anda tidak keberatan , Baik lah ?" Delta tampak tertawa kecil begitu juga Elisa.
"Oke, terimakasih!" tambah Elisa lagi.
"Oh iya ,Elisa tadi pak Edward menyuruh aku untuk memberikan ini padamu!" Delta tampak memberikan sebuah map hijau yang sedari tadi di bawanya !
"Apa ini?" tanya Lisa penasaran sembari menerima baik map tersebut.
"Di dalamnya ada beberapa desain perhiasan bulan lalu yang sudah di terbitkan , Pak Edward menyuruhmu mengkoreksinya!" jelas Delta sangat serius.
"Oh, nanti akan ku periksa." singkat Lisa tersenyum.
"Baik lah, kalau begitu aku kembali bekerja yah!" pamit Delta melambaikan tangannya. Elisa pun membalas dengan lambaian tangannya agaknya ia sangat senang karena merasa mendapatkan seorang teman bicara yang baik.
Setelah Delta tak tampak lagi di balik ruangan, Elisa segera bergegas menuju lip ke lantai atas , yaitu ruangannya. Semoga pria aneh itu tidak ada di sana ujarnya dalam hati menunggu pintu lip terbuka, tidak begitu lama akhirnya pintu lip itupun terbuka, Elisa sedikit terdiam seketika melihat seorang yang tak asing telah berdiri di dalam lip.
"Tidak mau masuk kah?" tanya pria itu sinis yang tak lain adalah Edward.
"Ya," singkat Lisa melangkah memasuki lip, Elisa tampak berdiri di belakang Edward di pojok kanan, mereka hanya berdua saja pada saat itu, Edward tampak menekan tombol lantai 11 menandakan tujuan mereka sama.
Elisa terdiam ,sesekali ia memainkan map yang ada di tangannya, lalu beberapa kali melihat ke arah kaki panjang pria yang berdiri di depannya.
dredddddd.... drddddddd....terdengar seperti ponsel yang bergetar.
Edward tampak merogok saku celananya, dengan terus di perhatikan oleh Elisa, jelas ponsel Edward yang berdering sementara Elisa meninggalkan ponselnya di dalam tas di ruang kerja.
"Ya ,ada apa?" jawab Edward menerima telpon.
"Nanti aku pulang!" singkat Edward menutup telponnya.
Pulang, Ke vila kah? tapi kenapa harus telpon segala , tidak mungkin, jadi jika itu berarti ke rumahnya , dengan Belinda?? batin Lisa bertanya-tanya , ia seketika gelisah dengan menghentak-hentakkan perlahan kakinya.
"Apa yang kau lakukan?" tanya Edward menoleh kebelakang.
"Memangnya apa yang ku lakukan ?" balik tanya Lisa tampak cemberut.
((((o))))
Pintu lip akhirnya terbuka, Edward melangkah keluar lebih dulu di ikuti Elisa di belakang.
Di lantai itu hanya ada empat ruangan , Ruangan staf desain utama ,ruangan tempat penyimpanan properti model perhiasan,ruang sekretaris tapi karna di satukan dengan ruang Direktur ,kini ruangan sekretaris di jadikan ruang serba guna.
Mereka tampak menuju ruangan, kali ini Elisa segera menuju meja nya.
Di letakkan nya map yang ia bawa di atas meja.
"Kau harus koreksi gambarnya , lalu tulis himbauan di bawah kolom terakhir ,nanti serahkan padaku !" tambah Edward di meja ujung hadapannya.
Elisa segera membuka map itu, dan mengeluarkan beberapa kertas berisi bermacam-macam gambar perhiasan.
Satu persatu ia lihat gambar itu dengan seksama, perhiasannya hanya begini kah? ketus Lisa meledek dalam hati ,ia tampaknya sangat tidak suka dengan model perhiasan di kertas itu.
Lalu ia meletakkan kertas itu kembali, dan mengambil pulpen dan selembar kertas Hps yang sudah tersedia di sana.
Bermula dari guratan kecil yang transparan ia tuliskan tinta hitam di atas putih, semakin lama ia melukis guratan tipis yang kemudian di pertebal nya.. Elisa tampak begitu fokus pada lukisannya tanpa ia sadari di ujung meja tatapan tajam memperhatikannya.
Senyum manis tersurat di bibir mungil Elisa, menandakan kepuasan hasil lukisan tangannya, Lalu ia bandingkan dengan beberapa gambar model perhiasan yang ada di atas meja, jari telunjuknya yang ia lentikkan pada selembar kertas itu merasa bangga.
"Boleh ku lihat !" Edward tampak berdiri di hadapannya ,membuat Elisa kaget bukan kepalang.
"Tuuu tuan , sejak kapan anda berdiri di sana?" tanya Lisa heran sembari menyembunyikan langsung kertas hasil lukisannya itu di balik punggung.
"Bawa kemari ! aku ingin melihatnya!" Edward tampak berusaha merebut kertas di tangannya, namun Elisa segera berdiri tak ingin memberi.
"Elisa aku hanya ingin lihat saja!" tambah Edward sembari sedikit tersenyum melihat tingkah Elisa yang seperti anak kecil.
"Aku belum selesai membuatnya" teriak Elisa kecil berlari ke arah jendela.
hmp"Bukannya wajah mu tadi terlihat bangga sembari mengejek karyaku!" sambung Edward lagi mendekati Elisa .
"Mana ada, Tuan hanya salah paham barangkali, !" pelan Elisa kekeh menyimpan kertas itu di belakang punggungnya .
"Sini biar kulihat!" segera Edward berusaha meraih tangan Lisa yang bersembunyi, Elisa pun terpaksa memberikannya.
"gambarnya jelek kok!" tambah Lisa lagi menggerutu, sementara Edward tersenyum melihat lukisan itu, kemudian menatap Elisa yang secara tidak langsung berada dalam pelukannya, karena satu tangan Edward tertuju pada pinggang gadis yang tertunduk lebih dulu menyadari akan hal itu.
"Kau sangat cantik!" spontan Edward berkata dengan menatap Elisa.
"Apa maksud Tuan?" tanya Lisa menatap pria di hadapannya.
"Ternyata sekretaris ku ini pendengarannya sangat buruk" ketus Edward melepaskan Elisa dan kembali ke kursinya.
"Gambar ini akan ku simpan yah?" tambah Edward lagi tersenyum.
"Tapi, itu kan belum selesai!" jawab Elisa memperhatikan Edward yang kini menatap kertas di tangannya.
"Buat kan aku beberapa gambar lagi yang seperti ini, emp ,sudah jam makan siang " Edward tampak menetap jam di lengannya.
"Benarkah?" Elisa tampak heran sembari menghampiri tas nya di atas meja ,lalu mengambil ponsel.
" Astaga," Edward tampak menghampiri Elisa yang tengah sibuk dengan ponselnya.
"Kau belum makan sama sekali dari tadi pagi bukan?,kenapa aku bisa Setega ini!" tambah Edward merangkul Elisa dari belakang.
"Aku sendiri lupa dengan perutku, bagaimana dengan orang lain" ketus Lisa tak mengelak rangkulan pria di belakangnya, karena itu sudah harus menjadi kebiasaannya saat ini.
"Hmpp, bagaimana jika kita makan di luar!" ajak Edward mempererat rangkulannya.
Dia sedang bermanja kah? " Aku sudah ada janji dengan Delta, tuan ingat? dia itu orang yang sangat baik." agaknya itu hal masuk akal untuk menolak ajakan Edward pikir Lisa dalam hati.
"Jadi kau sudah memiliki teman kah?" tanya Edward lagi sembari mengecup lembut bagian telinga Elisa yang tertutup rambut.
pria ini mau sampai kapan begini? oh mom jangan biarkan jantungku bergetar lebih kencang lagi.
emp" Tuan ,katamu sudah waktunya makan siang, aku boleh pergi kah?, sambil ingin lihat-lihat kantor ini!" Tukas Lisa lagi melepaskan rangkulan Edward.
sementara Edward tampak diam dengan raut wajahnya yang sedikit kecewa.
"Aku duluan yah,!"Mengambil tas nya, kemudian....eeemmmchh... Elisa tampak memberanikan diri untuk mencium pipi Edward yang kini tampak sedikit tertegun ,"sampai nanti Bos!" tambah Elisa lagi melangkah keluar dan hilang di balik pintu.
Edward terlihat tergugah dan tersenyum miring, menandakan keanehan nya namun buat nyaman.
kasih vote nya dong!!!! maaf lama up nya.. soalnya banyak kerjaan nih..
sabar yah... like like
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 116 Episodes
Comments
Kusniasri Kus
saya suka lanjut....
2023-03-28
0
Temy Gerrard Ynwa
lift bukan lip, HVS bukan HPS..
2023-01-31
0
Maria Binawati
istrinya telp malam ini edward plg rmh ena2 dgn istrinya
2021-04-25
0