08.30
Sinar matahari yang mulai terasa panas, terpancar dari jendela kecil yang sedikit terbuka di pojok kiri kamar Elisa, tampaknya Mentari tak malu-malu memancarkan dirinya dengan sangat terang.
Perlahan mata indah gadis itu terbuka, dengan sedikit menerka sketsa bayangan yang belum jelas.
"Tidak terjadi apa-apa bukan?" sontak ia bangun dengan kaget, dan memeriksa keadaan tubuhnya yang di rasa masih mengenakan pakaian lengkap.
"Pria, dimana pria itu ?" Tidak di dapatinya pria yang semalam tidur dengannya.kemudian Elisa tampak bangkit menuju keluar kamar, sangat aneh pria itu sepertinya tidak ada, sama sekali tidak meninggalkan jejak.
"High...Dasar ! Benarkan mimpi aku semalam."
Agaknya senyum manis terpancar dari pelangi di pagi hari yang cerah, Elisa mengangkat kedua bahunya, sembari kembali menuju kamar.
Drggg... dregggg...
Ponsel yang bergetar di atas meja, Elisa segera mengambil handphone nya, tetapi seketika saja tangannya terhenti ketika melihat beberapa tumpuk uang kertas serta kartu kridit di atas meja.
"Ya ampun, benarkah uang ini?" Mengambil uang serta kartu kridit itu.
"Jadi pria itu bukan mimpi kah?" apa dia tidak rugi meninggalkan uang sebanyak ini, pakai kartu kridit segala, kaya kah?"
Uang itu sekitar 15jt,entah dengan isi di dalam kartu kreditnya, suatu keberuntungan besar bagi Elisa yang saat itu tengah menikmati hasil kerja cantiknya.andai saja semua seperti pria itu ,terang saja hidup ini sangat sempurna ,pikirnya lagi dalam hati.
Meletakkan kembali uangnya di atas meja ,Elisa tampak mengambil ponselnya .
Read..
08378*****terima kasih untuk malam ini,simpan nomorku, nanti akan ku hubungi lagi.
Edward Manopo
"Sudah salah duga! ternyata tidak akan melepaskan ku? uhh... baru mulai bersenang-senang" Elisa tampak melemparkan ponselnya ke atas tempat tidur, sementara dia bergegas untuk mandi, dirasanya tubuhnya sangat gerah, serta aroma tubuh pria itu tidak hilang .Walaupun sangat wangi tetap saja tidak nyaman keluhnya lagi dalam hati.
Pemakaman 10.30
Ibu.......
Aku tak berwajah menghadapmu..
Ibu...
Aku tak bersuara menyebutmu...
Bagaimana bisa aku seperti ini?
Bagaimana bisa hidupku begini?
Jauh di dalam hati, aku lupa dengan sekarang.
jauh dari sekarang aku tidak mungkin lupa dari yang dulu..
Aku tak akan kuasa berkata bahwa aku anakmu..
Aku ...
Maafkan aku Ibu..
Tenanglah engkau di alam sana...
Jangan pandang lagi aku yang masih berada di sini...
Karena aku yang tak bisa Melihat kerinduan Mu lagi...
Maaf....
Maaf....
Air mata yang Mengalir bak hujan lebat di tengah hari, Elisa tampak menangis yersedu-sedu di atas batu lisan Ibunya,.
Malang benar nasibnya, tapi itu lah sebuah kehidupan yang harus dijalaninya .
"Elisa pulang dulu Bu"! Mencium atas nama batu nisan ibunya, seolah mencium kening Ibunya sendiri.
Dengan berat langkah kakinya melangkah meninggalkan pemakaman itu.
14.00
Klub Tante Dona.
Kesunyian yang sempat merundung kini terisi dengan kebisingan Musik yang memecah gendang telinga.
Elisa tampak melangkah menuju keramaian ,Banyak orang yang tengah asik bergoyang dan minum, bisa di bayangkan.
"Hay sayang, cepat juga kamu pulang?"
sapa Tante Dona menghampiri sembari memberi pelukan hangat pada Elisa,Ibu ke dua ku pikirnya meski dalam hal yang berbeda.
"Ya Tan, aku naik ke atas dulu ya!' Memelas agar di izinkan.
"Pergilah ! jam segini juga belum ada tamu, oh ya, tamu semalam apakah bagus,?" dengan santainya Tante Dona bertanya sembari tersenyum.
Bagus, seperti barang aja. "Ya lumayan." jawab Elisa singkat tak ingin memperpanjang.
"istrirahat lah, Nanti malam pasti banyak tamu untukmu !'"tambah Tante Dona senang.
Semoga tidak ada, aku sudah sangat lelah menghadapi ini semua, terutama untuk pria yang berbobot, ampun deh, gerutu Lisa dalam hati sembari melangkah menaiki tangga atas.
Sesampainya di kamar Elisa tampak duduk di tempat tidur kecilnya, Mengeluarkan ponsel dari dalam tas, sesekali ia membuka kembali pesan dari pria Misterius itu, pria yang malam tadi tidur dengannya .
Lalu ia melihat kembali uang dan kartu kridit yang di tinggalkan pria itu, belum sama sekali ia pakai.padahal biasanya setelah mendapatkan uang, pasti selalu ia habiskan dengan berbelanja.
"Pria aneh, Edward ya namanya.." kenapa dia tidak menyentuhku sama sekali, atau jangan-jangan dia impoten lagi " Bahunya bergidik mengingat hal itu, jika benar sayang sekali padahal pria itu sangat sempurna, baik segi fisik maupun materi,batin Lisa menerawang.
Kini dia tampak berdiri menuju kemari, mengambil pakaian yang ada didalam nya,kemudian Elisa segera mengganti pakaiannya yang tadi.Dengan Rok mini hitam di atas paha, serta kaos pendek berwarna pink yang nyaris tak menutupi pusarnya, Elisa tampak cantik sekali, kemudian ia menyanggul rambut panjangnya dengan sebuah pita.
Jika di lihat, dia tampak seperti anak remaja yang baru saja tumbuh dengan wajah polosnya , dengan menghela nafas panjang Elisa tampak segera membanting kan tubuhnya ke atas kasur.
"Jika bisa aku hanya ingin tidur saja, "keluhnya pelan menatap langit-langit.
Beberapa Menik kemudian terdengar langkah kaki yang menuju ke arah kamarnya.
tok ..tok...tok ...tok "Suara pintu yang di ketuk dari luar. tak segera bangkit dan menjawab, Elisa malah memejamkan matanya, mungkin saja itu hanya salah seorang temannya yang ingin bercerita atau menanyakan tentang kepulangannya kemarin, pikir Lisa singkat dalam hati
"Elisa ,ini Tante Dona ,boleh masuk gak ?" sambung Tante Dona menambahi ketukannya.
"Oh Tante, masuk lah!", jawab Elisa sembari bangkit meraih gagang pintu dan membukanya.
"Tante, " seketika saja raut wajah Elisa yang tadinya tersenyum berubah datar, karena di dapatinya Tante Dona tak sendiri melainkan bersama Edward ,pria yang tadi malam tidur dengannya.
"Ada apa ya Tante ?" seolah tak menanggapi kedatangan Tante Dona bersama Edward, Elisa mempersilahkan mereka masuk.
Pria itu berpakaian rapi, dengan jas gagahnya, serta membawa sebuah Map di tangannya.
"Duduk lah ! memberikan dua buah kursi kecil dalam kamar itu.
"Lisa, tentu ingat dong dengan Tuan Edward.?" tambah Dona tersenyum licik.
Sementara Edward tampak memperhatikan tajam gerak gerik Elisa, sehingga membuatnya canggung.
"Ya Tante, sebenarnya ini ada apa ya?" tanya Lisa yang berubah polos.
"Tuan, mau saya yang jelasin apa anda ya?" Tante Dona terlihat menoleh ke arah edward yang masih melihat Lisa.
"Baca kontraknya !" Edward tampak Memberikan sebuah map tebal pada Lisa dengan tatapan sinis.
Dengan sedikit kesal dan ragu melihat gaya pria itu, Elisa terpaksa membuka map itu, dan mengeluarkan beberapa lembar kertas di dalamnya besertakan tulisan panjang terketik rapi.
Bola matanya kian kemari membaca tulisan dalam kertas itu ,dengan di akhiri nama nya dalam halaman terakhir yang harus di tanda tangani.
"Apa ini tidak salah? " papar Elisa sedikit nyaring serta menghempaskan kertas-kertas itu ke atas meja di hadapan mereka.
Kertas itu adalah sebuah kontrak atau perjanjian, yang mengatasnamakan Elisa adalah milik pria itu, Bahwa dia tidak boleh berhubungan lagi dengan pria lain selama masa kontrak belaku.tentang kehidupan nya akan selalu terpenuhi oleh pihak pertama yaitu Tuan Edward Manopo.
Meski tawaran itu bagus, tapi sangat lah mustahil untuk dirinya, mengingat dia tidak ada hubungan apa-apa dengan pria itu, apa lagi tidak ada alasan yang jelas memperlakukan dirinya seperti itu.
Elisa tampak gusar dan menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Lisa apanya yang salah,? Tuan Edward akan menjamin semua kehidupanmu, dan kau tak perlu lagi melayani tamu lain lagi kan, juga Tuan ini sudah menyiapkan rumah dan fasilitas lainnya untukmu!" tambah Tante Dona meyakinkan.
"Apa Tante mengusirku ? "jawab Lisa sedikit
lesu.
" Bukannya seperti itu Lisa, kau akan hidup enak mulai sekarang, tanda tangani saja !memberikan sebuah pulpen dan mendekat pada Lisa.
"Jadi apa aku jadi wanita simpanan maksudnya !" tambah Elisa ragu seraya menoleh ke arah pria yang masih menatapnya.
"Bukan kah itu gelar yang bagus untukmu dari pada yang sekarang, ? sambung pria itu sedikit mengejek.
Tidak bisakah dirimu bersikap lebih baik, jika di telaah dari perkataan di kontrakmu itu, mengatakan bahwa aku ini wanita yang sangat berharga tau? sampai tidak boleh berhubungan dengan pria lain, itu apa maksudnya ha?.dalam hati Elisa berkata
Dengan bangga sembari mengepalkan tangannya serta mengangkat tinggi ragu lancipnya itu.
"Tanda tangan ya Lisa!" bujuk Tante Dona lagi meyakinkan
"Aku tidak punya banyak waktu, tanda tangani cepat !'" ketus pria itu dengan tatapan tajamnya melirik Elisa .
"Oke, aku akan tanda tangani, tapi dengan satu syarat?" membalas tatapan pria itu dengan mantap.
"Aku tetap tinggal di rumah lamaku, dan kau tidak boleh membatasi ruang gerakku, lagian kau juga kan cuma butuh tubuhku, !" dengan sedikit malu ia berkata demikian.
"Oke, setuju " sambung pria itu lagi.
Elisa segera menandatangani kontrak itu, walau di rasanya aneh, tapi setidaknya ini titik terang ia keluar dari penjara itu, meski sebenarnya ia tidak tau penjara apa yang akan ia masuki kembali, setidaknya hanya menghadapi satu pria brengsek di banding harus berhadapan dengan pria hidung belang di setiap malam, itu akan lebih menguntungkan.di tambah lagi pria ini seperti nya bukan orang sembarangan. ujar nya lagi dalam hati .
"Oke , sudah di tandatangani, sekarang kau segera berkemas, untuk pulang ke rumahmu,!" tambah Edward lagi sembari berlalu keluar kamar.
"Aku tunggu di bawah !". tambah pria itu lagi di balik pintu .
"Cepat la Lisa, Tante juga ke bawah ya?" menepuk bahu Lisa dengan pelan seraya berlalu.
Berapa banyak uang yang pria itu berikan pada Tante, sehingga mudah sekali untuk membuang ku. pikir Lisa lagi dalam hati melihat reaksi Tante Dona yang sangat senang.padahal selama ini mau pulang ke rumah saja sangat susah , sembari membereskan pakaiannya ke dalam tas Elisa bergumam sendiri .
"Benar beruntung ya nasib kamu ?" suara wanita dari arah luar kamar.
"Nisa, masih melipat pakaian yang di ambil dari dalam lemari.
"Apa kali ini dia yang pertama menyicip tubuhmu ?" tambah Nisa ketus.
"Tidak ada urusannya dengan Mu "jawab Elisa tegas sembari mengunci tasnya.
" Tn.Edwadr Manopo, Direktur perusahaan ternama di kota X, pemegang saham terbesar, Menikah dengan Nona Belinda dari keluarga konglomerat, kok bisa kamu jadi simpanannya ?" panjang lebar Nisa berkata sembari mondar-mandir memperhatikan Elisa.
Benarkah dia sudah menikah, Direktur.
apa perkataan Nisa ini bisa dipercaya?menggelengkan kepalanya Elisa tampak bimbang, kemudian mengangkat tas nya berusaha pergi meninggalkan Nisa yang sangat mengganggu.
"Rubah sialan ! " umpat Nisa sembari mendorong Elisa yang seketika itu terjatuh ke lantai.
"Aduhhh.. " Elisa tampak mengeluh kesakitan karena tangan kirinya yang sedikit keseleo terbentur lantai dalam keadaan terlipat.
"Apa yang kau lakukan Nisa?" teriak Lisa sembari memegang tangan kirinya berusaha menahan sakit.
"Kenapa kini kau begitu lembut Lisa, biasanya kau sangat arogan dan percaya diri?" tambah Nisa mendekat dan memegang dagu Elisa yang kemudian mengelak .
"Apa ini caramu mengambil perhatian Tuan muda itu?" tertawa licik , sembari meraih tangan kiri Elisa yang keseleo.
auuuughhh ...Terang saja Elisa teriak histeris akan rasa sakit itu, sehingga membuat ia tak bisa berbuat apa-apa, untuk saat ini hanya bisa menuruti kehendak wanita jahat di hadapannya itu.
"Apa itu sangat sakit ? Mengeraskan lagi genggaman nya pada tangan Lisa.
"Aaaugggg ..apa yang kau mau? tanya Lisa merintih.
Kemudian Nisa tampak mendorong kembali Elisa kelantai hingga Elisa benar-benar tersungkur ,tak hentinya lagi wanita itu menginjak kembali tangan Lisa yang keseleo , sehingga Elisa menjerit sangat kencang.sementara Nisa tertawa sangat senang melihat orang yang di bencinya menderita.
"Apa yang kau lakukan?". suara seorang pria yang tiba-tiba masuk .
"Tuu tuan Edward, " Nisa tampak kaget melihat kedatangan Edward yang tiba-tiba, juga menyaksikan perbuatannya itu.celaka pikir Nisa begitu panik.
"Kau tidak apa-apa?" pria itu menghampiri Elisa yang masih tergeletak kesakitan dilantai.
"Pengawal ,! teriak pria itu lagi.
Terdengar beberapa langkah kaki datang menghampiri, empat orang laki - laki bertubuh tinggi,dengan pakai rapi datang menghadap ,sementara Edward berusaha menggendong Lisa yang terdiam tak berdaya, gadis itu hanya fokus pada rasa sakit di tangannya yang sangat merah akibat pijakan kaki Nisa.
"Bawa wanita ****** ini ke majikannya ! aku akan berikan hukuman setimpal." perintah Edward menoleh Nisa yang ketakutan.
"Baik Tuan !" serentak pengawal itu langsung menggeret Nisa keluar.
"Tidak, Tuan ini hanya salah paham?" teriak Nisa mengelak keras,namun itu tidak berlaku bagi empat pengawal Tuan Edward.
Mereka terus saja menarik Nisa turun kebawah, sementara Edward mengikuti dari belakang sembari membawa Elisa dalam pelukannya.
"Apa yang terjadi ?" tanya Tante Dona di bawah melihat Nisa yang menangis mohon ampun .Edward masih saja melangkah keluar klub itu menuju parkiran ,dengan santai nya menggendong Elisa yang beratnya tak seberapa.sesekali ia menoleh Elisa yang tertunduk menahan kesakitan, beberapa pengawal lagi tampak sudah berdiri di dekat sebuah mobil mewah milik Edward.
Salah seorang membukakan pintu, dengan segera Edward menurunkan Elisa dari pangkuannya ke dalam mobil.
" Kau tunggu di mobil, aku akan segera kembali !" pria itu tampak memberi isyarat pada para pengawalnya. sementara Elisa jadi sangat penurut sekali kali ini.
Tidak beberapa lama kemudian ,Edward tampak kembali bersama Empat pengawalnya tadi menuju mobil yang di naiki Elisa, kemudian Edward masuk ke dalam mobil dan duduk di belakang sebelah Lisa, sementara satu orang pengawal masuk di depan sebagai supir, dan beberapa pengawal nya naik ke mobil lainnya di belakang mobil Tuan Edward.
Mesin mobil yang menyala, meninggalkan klub Tante Dona.Edward tampak diam tak bersuara sementara Elisa berusaha menyandar pada bangku mobil, sesekali air matanya jatuh tak bisa menahan rasa sakitnya .
"Aku akan membawamu ke Rumah Sakit, kau harus tahan sebentar" suara berat pria itu memecahkan keheningan.
"Apa yang Tuan lakukan pada Nisa?" tanya Lisa sedikit kelu.
"Kenapa masih bertanya tentang wanita itu, bukankah itu tidaklah penting?" sambung lagi pria itu sinis.
Sementara Elisa tak melanjutkan perkataan nya, pria itu tiba-tiba saja Mengelus rambut Elisa dengan lembut tanpa menatapnya.
Elisa tampak menunduk dan kaget akan hal itu, ia menatap pria itu dengan perlahan, namun pandangan Edward hanya tertuju ke depan ,sementara tangannya masih saja mengelus lembut rambutnya...
Lanjut..... dengan like and coment!!! Vote love juga ya ! oke oke
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 116 Episodes
Comments
Andrean Brima
sekarang lg rame dgn nama Manopo.... nge-hits banget ya...
2021-04-02
0
Sriwinarsih
up
2020-10-26
1
Nurulfajriyah
perasaan
2020-10-05
1