Mr. Albara | 18. Berbohong

...Happy reading...

...•...

...•...

...•...

"Jangan salah sangka di sini. Aku seperti ini karena aku memperhatikan calon anakku saja. Jangan berpikir aku jatuh cinta kepadamu."

Perkataan Albara masing membekas di ingatan Lena, yang membuat Lena melamun memikirkan perkataan Albara. Hingga ketukan di atas meja Lena membuat ia tersadar.

"Kenapa lo ngelamun aja dari tadi gue lihat-lihat?" tanya Nadia yang membawa sebuah berkas.

"Enggak apa-apa kok," jawab Lena.

"Nih, berkas yang harus di tanda tangani Mr. Albara." Nadia memberikan berkas kepada Lena.

"Oke, tunggu sebentar, ya." Lena membawa berkas menuju keruangan Albara dengan perasaan yang campur aduk.

Suara ketukan membuat Albara yang tengah memeriksa dokumen berhenti.

"Masuk," ujar Albara.

Cklek

Pintu terbuka menampilkan Lena dengan membawa dokumen. Lena berjalan kearah meja kerja Albara dan meletakan dokumen yang ia bawa.

"Ini ada dokumen yang harus Tuan tanda tangani," kata Lena.

Tanpa banyak berbicara Albara menandatangi dokumen yang Lena bawa. Setelah selesai tanda tangan dengan segera Lena pergi dari ruangan Albara.

"Tunggu." Suara menghentikan langkah Lena.

Lena berbalik dan menatap Albara.

"Nanti tunggu aku pulang," kata Albara.

"Aku akan menunggu di lobby," balas Lena keluar dari ruangan Albara.

Albara menatap kepergian Lena dengan nafas berat. Lena memberikan dokumen kepada Nadia.

"Lama amat sih lo," gerutu Nadia.

"Ya, lo tau sendiri gimana sibuknya Mr. Albara kayak apa. Udah gak usah banyak protes. Balik sana gue masih banyak kerjaan," usir Lena.

Nadia mendengus kesal kepada Lena dan berlalu pergi. Lena terkekeh melihat kelakuan Nadia.

...🍁🍁🍁...

Hari semakin sore, matahari senja pun mulai meredup dan banyak karyawan yang sudah pulang kerumah. Bagitu juga Lena yang tengah bersiap-siap pulang, seperti yang Albara katakan jika mereka akan pulang bersama. Maka dari itu Lena akan menunggu Albara. Sambil menunggu Albara datang Lena memainkan ponselnya untuk menghilangkan rasa jenuh yang ia rasakan. Cukup lama menunggu tapi Albara tidak kunjung datang membuat Lena berjalan kembali menuju ke dalam kantor. Lena takut jika terjadi sesuatu kepada Albara.

Setiba Lena diruangan Albara, ternyata ruangannya terlihat gelap yang artinya sang pemiliknya tidak ada. Lalu kemana Albara sekarang? Kenapa lama menjemputnya. Lena berinisiatif untuk mencari keberadaan Albara, Lena takut jika terjadi apa-apa dengan Albara. Setiap ruangan Lena singgahi, sampai suara percakapan antar dua lawan bicara menghentikan langkah Lena. Mengintip di balik dinding. Lena menutup mulutnya ketika melihat siapa yang tengah berbicara.

Albara, dia tengah bersama dengan Sonia kekasih Albara. Mereka tengah berciuman yang membuat Lena terkejut. Air mata Lena mengalir begitu saja tanpa bisa di hentikan. Lena memilih menjauh dari pada harus melihat semua yang terjadi.

Di pinggir jalan Lena menghentikan sebuah taksi yang memang kebetulan lewat. Dengan segera Lena pergi menuju ke rumah. Lena menatap ke luar jendela yang memang cuaca pada malam hari ini hujan rintik menandakan isi hatinya yang sedang tidak bagus. Lena mengelus perutnya yang sedikit menonjol. Ia takut jika Albara tidak mengakui kehamilannya kepada semuanya maka Lena akan di anggap wanita murahan yang hamil di luar pernikahan.

Hela nafas berat Lena hembuskan ketika memikirkan semua yang sedang ia alami hari ini. Taksi berhenti tepat di depan gerbang rumahnya ralat lebih tepatnya rumah milik Albara. Setelah membayar taksi Lena memasuki rumah yang memiliki luas yang begitu besar membuat Lena harus ekstra berjalan kaki untuk menuju ke rumah.

Lena mengatur nafasnya ketika sudah berada di depan rumah. Bersyukur jika Lena sudah sampai di depan rumah. Dengan segera Lena masuk kedalam rumah. Pelayan yang melihat Lena berjalan menunduk hormat karena di sini Lena adalah Nyonya mereka.

Pintu terbuka menampilkan ruangan yang masih gelap. Gelap seperti suasana hati Lena sekarang. Menuju kamar mandi untuk membersihkan diri dan melupakan kejadian yang Lena alami. Melupakan segala memori tentang kejadian di kantor tadi. Lena tidak ingin memikirkan hal itu karena Lena sadar jika ia tidak pantas untuk Albara lebih tepatnya memang ia tidak pantas bersanding dengan Albara.

Membutuhkan waktu cukup lama baru Lena keluar dengan menggunakan handuk yang melilit di tubuhnya. Lena berani memakai handuk saja karena Lena tau jika Albara akan pulang terlambat tapi semua tebakan Lena musnah ketika melihat Albara sudah berada di tempat tidur dengan memainkan ponselnya.

Albara menatap Lena lekat. Lena dengan segera menuju ke ruang ganti lebih tepatnya menuju ke tempat baju Lena yang sudah Albara siapkan untuknya. Selesai berpakaian Lena kembali menuju tempatnya tidur untuk beristirahat.

"Apa kamu sudah makan malam?" tanya Albara.

Tak ada jawaban dari Lena.

"Hey, apa kamu sudah tidur?"

Sebenarnya Lena tidak benar-benar tidur. Hanya saja Lena ingin menghindari percakapan dengan Albara. Melihat Albara mengingatkan Lena tentang kejadian di kantor tadi.

"Aku tau kamu belum tidur. Cepat makan. Jangan tidak makan malam. Kasihan anakku yang ada di dalam kandunganmu." Albara mencoba memperingati Lena.

Tak ada sahutan dari Lena membuat Albara sedikit kesal hingga membuat Albara harus mengangkat Lena. Suara jeritan keluar dari mulut Lena akibat Albara yang mengendong dirinya.

"Sudahku katakan jangan pernah membatahku karena aku tidak suka ada orang yang membatahku apa lagi melawan ucapanku. Sekarang makan atau kamu sama sekali tidak boleh tidur sampai kamu makan malam."

"Aku sudah makan. Maka dari itu aku tidak ingin makan lagi." Bohong Lena. Karena Lena belum makan sama sekali.

"Apa aku percaya begitu saja dengan ucapanmu? Aku tau jika kamu tengah berbohong denganku." Albara mengendong Lena keluar dari kamar menuju meja makan.

Di sinilah Lena sekarang berada di meja makan dengan berbagai hidangan yang masih hangat dan sangat menggugah selera. Albara meletakkan Lena dengan hati-hati di kursi.

"Sekarang kamu makan. Semua hidangan ini masih hangat. Makan yang banyak. Aku tidak mau badanmu menjadi kurus dan anakku menjadi kurus seperti Ibunya." Perintah Albara.

Dengan malas Lena mengambil nasi dan juga lauk pauk yang sudah di sediakan di mejanya. Makan tanpa ada selera makan membuat Lena ingin memuntahkan isi perutnya. Tapi jika ia melakukannya otomatis Albara akan memarahinya. Suapan demi suapan Lena habiskan agar cepat beristirahat. Piring sudah kosong dan sekarang Lena ingin pergi ke kamar, tapi langkahnya terhenti karena Albara mengenggam tangannya.

"Apa lagi?" tanya Albara.

"Ini minum." Albara menyerahkan susu ibu hamil yang sudah ia siapkan tadi ketika Lena tengah makan.

Ingin rasanya Lena membantah tapi Lena tau jika Albara memang tidak suka perintahnya di bantah mau tak mau Lena harus meminum susu yang sudah Albara buatkan lagi pula semua ini demi kesehatan sang anak yang sedang tumbuh di dalam kandungannya. Setelah semua selesai dengan cepat Lena pergi ke kamar untuk beristirahat begitu juga dengan Albara ia mengikuti Lena dari belakang. Setelah berada di kamar mereka tidur saling memunggungi.

"Membuatmu mencintaiku mungkin membutuhkan waktu yang lama tapi entah sampai kapan aku sanggup menunggumu hingga dirimu mencintaiku. Jangan sampai diri ini lelah untuk menunggumu terus menurus. Jangan pernah membuat diri ini menyerah untuk mencintaimu dalam diam seperti ini. Akan ada waktunya hati ini akan berhenti untuk mencintaimu. Karena ini hati bukan bongkahan es. Akan ada saatnya hati ini lelah dan menyerah kepadamu." Batin Lena sebelum tertidur.

T. B. C

Vote yang banyak dan komen yang banyak agar semangat updatenya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!