Mr. Albara | 3. Cemas

Selamat pagi semua. Aku Up lagi ya. Terima kasih untuk kalian yang bener-bener menikmati cerita yang aku buat selama ini. Aku sayang kalian. Entah jika tidak ada dukungan kalian mungkin aku bakal down terus. Tapi berkat dukungan dan kalian suka dengan cerita yang aku jadi aku semakin bersemangat memberi kalian yang terbaik🥰

Jangan lupa sebelum membaca vote dan komen yang banyak ya

...Happy reading...

...•...

...•...

...•...

...•...

...•...

Mau tak mau Lena harus pergi ke kantor untuk mengerjakan perkerjaan yang Albara perintahkan. Lena mengambil baju yang cukup tebal karena Amerika malam hari ini sangat dingin sekali. Tidak lupa juga jaket tebal yang bisa Lena gunakan.

Lena hanya memberi riasan sedikit pada wajahnya agar lebih segar. Setelah selesai Lena menenteng tas dan tidak lupa ponselnya barunya yang di berikan oleh Albara. Saat melewati ruang tamu Nadia menatap Lena aneh dan menghentikan langkahnya Lena.

"Kemana lu malam-malam gini? Mau kencan?" tanya Nadia.

"Kencan jidat lu lebar! Gue mau ke kantor." jawab Lena.

"Lu ke kantor? Ngapain? Ada yang ketinggalan di sana? Kenapa gak besok aja di ambilnya ini dah malam banget bahaya keluar malam-malam gini,"

"Enggak."

"Terus ngapain ke kantor? Jangan bilang bos nyuruh lu kesana?"

"Nah lu tau tuh, gue berangkat dulu."

"Lena, mending gak usah kesana deh. Ini dah malam banget loh," tahan Nadia entah kenapa malam hari ini Nadia tidak rela sang sahabat pergi keluar.

"Gue gak bisa. Lu tau sendirikan gimana atasan kita itu. Gue bisa kok jaga diri," kata Lena meyakinkan Nadia.

"Tap-"

"Udah beneran deh gue gak apa-apa lu gak usah khawatir. Gue berangkat dulu, ya." pamit Lena.

"Lo hati-hati, ya. Kalau ada apa-apa lu telfon gue,"

"Iya. Udah gue pergi."

Nadia menatap punggung Lena yang mulai menjauh. Ada rasa aneh yang Nadia rasakan saat Lena pergi. Nadia berdoa semoga tidak terjadi apa-apa dengan Lena.

Di sisi lain Lena tengah menunggu taksi yang lewat. Untung malam hari ini lumayan ramai ya walaupun tidak seramai biasanya. Sebuah taksi berhenti di depan Lena, yang kemudian Lena masuk dan menyebutkan nama perusahaan tempat ia berkerja.

Lena menatap luar jendela menikmati pemandangan kota Amerika di malam hari. Taksi berhenti tepat di depan perusahaan, tak lupa Lena membayar ongkos. Lena menuju ke lantai atas. Memang tidak sepi karena ada beberapa karyawan yang tengah berkerja. Lena menggunakan lift yang biasanya Albara gunakan.

Ketika lift terbuka Lena berjalan keluar menuju ruangan atasannya. Sebelum membuka pintu Lena mengetuk pintu terlebih dahulu. Saat Albara menyuruh Lena masuk barulah Lena masuk kedalam. Nampak Albara tengah menatap Lena yang baru saja masuk kedalam yang membuat Lena tidak nyaman.

"Seperti Albara sedang mabuk," batin Lena.

"Selamat malam, Pak." ucap Lena.

"Selamat malam juga. Akhirnya kau datang juga," ujar Albara berjalan sedikit tidak setabil karena efek mabuk.

"Mana perkerjaan yang harus saya kerjakan, Pak?" tanya Lena.

Saat Lena bertanya seperti itu Albara menatap Lena sangat lekat sekali. Jujur Lena dari tadi merasa tidak nyaman tapi ia berusaha untuk menahannya. Tapi ketika di lihat lagi sepertinya Albara memang tengah dalam keadaan mabuk. Lena sedikit melangkah mundur untuk menjaga jarak dengan Albara agar tidak terjadi hal yang tidak di inginkan. Tidak biasanya Albara seperti ini.

"Ini berkas yang kau kerjakan," ujar Albara menyerahkan dokumen yang harus Lena kerjakan.

Lena mengambil dokumen di atas meja Albara, kemudian ia berlalu pergi menuju mejanya. Lena hanya menghela nafas saat sudah di mejanya. Seharusnya jam seperti ia harus istirahat tapi sekarang ia harus mengerjakan berkas yang atasnya berikan. Ingin rasanya ia menolak tapi apa boleh buat ia butuh uang untuk bisa bertahan di sini.

Membutuhkan waktu hampir 3 jam untuk menyelesaikan berkas yang lumayan banyak. Lena memijit pelipisnya untuk mengurangi sakit kepala yang ia rasakan.

"Apa sudah selesai?" suara itu membuat Lena terperanjat kaget.

"Sudah, Pak. Ini berkas yang anda minta," ucap Lena memberikan berkas kepada Albara.

Bukan menerimanya Albara menepis semua berkas dari tangan Lena. Cukup terkejut dengan apa yang Lena lihat sekarang. Bagiamana mudahnya Albara melemparkan semua dokumen yang ia kerjakan dengan susah payah tapi Albara melempar seperti sampah. Lena menatap Albara.

Ingin rasanya berterik di wajah Albara. Tapi Lena tau Albara dalam keadaan mabuk jadi jika ia melawan Albara sama ia melawan orang gila jadi lebih baik Lena mengambil semua berkas yang berserakan di lantai. Saat Lena ingin memungut semua kertas itu tiba-tiba tangan Lena di tarik oleh Albara dan membuat tubuh Lena menabrak tubuh bidang Albara. Albara mendekatkan wajahnya ke wajah Lena yang membuat hidung mereka menempel.

"Tu--tuan lepaskan saya," kata Lena berusaha melepaskan diri dari pelukan Albara.

Benar tebakan Lena jika Albara dalam keadaan mabuk tercium dari bau badan Albara yang tercampur dengan bau alkohol yang sangat menyengat. Lena terus berusaha lepas dari pelukan Albara tapi ia tidak bisa kekuatannya tidak sebanding dengan Albara yang begitu kuat.

Lena mengigit tangan Albara, yang membuat Albara mengaduh kesakitan. Kesempatan ini Lena gunakan untuk melarikan diri tapi Lena tau Albara berusaha mengejarnya. Jika seperti ini kejadian maka Lena tak mau pergi ke kantor. Lena memilih menuruti perkataan sang sahabat.

"Aaaakkk!!" Lena berteriak tak kala Albara berhasil menangkapnya.

"Pak le--lepaskan saya!" ujar Lena memohon.

Albara tidak mendengarkan perkataan Lena. Albara mengendong tubuh Lena seperti karung beras. Lena berusaha memberontak tapi apa daya. Kekuatannya tidak sebanding dengan Albara. Albara membuka ruangan yang biasanya ia gunakan untuk beristirahat atau menginap jika memiliki banyak perkerjaan yang mengharuskan dia tidur di sini. Sekarang di sinilah mereka berada di ruangan yang kedap suara.

Albara membanting tubuh Lena di tempat tidur. Untung saja kasur milik Albara tebal dan empuk jadi tubuh Lena tidak terasa sakit. Albara membuka semua baju yang menempel di tubuhnya hanya menyisakan celana jeans saja. Lena mencoba bangun tapi sudah di kurang di bawah tubuh Albara. Di dalam hati Lena ia benar-benar menyesal jika seperti ini kejadiannya.

"Saya mohon Pak jangan seperti ini!"

"Anda dalam keadaan mabuk,"

"Saya mohon lepaskan saya,"

"Tidak akan sayangku, Sonia." ucap Albara.

Apa kata Albara Sonia? Jadi sekarang yang Albara lihat adalah Sonia kekasihnya bukan Lena. Lena terus memukul tubuh Albara berusaha untuk melepaskan diri.

"Seberapa kaya dia jadi kau memilih dia?"

"Aku kurang kaya apa sayangku? Aku memiliki pesawat pribadi, rumah mewah, harta yang melimpah tapi kau malah berselingkuh dengannya. Apa aku masih kurang kaya menurutmu?" Albara terus berbicara tanpa memperdulikan perkataan Lena yang terus memohon untuk di lepaskan.

"Pak, saya bukan kekasih anda. Anda salah orang!" ujar Lena.

"Aku akan membuatmu menjadi milikku seutuhnya sayang. Maka nikmati semua permainan yang akan aku lakukan terhadapmu," ucap Albara.

Lena berusaha tetap mempertahankan baju yang akan Albara lepas dari tubuhnya. Tapi Albara berhasil membuat baju yang Lena kenakan terlepas begitu mudah baginya. Lena menutupi bagian tubuhnya yang terekspos. Yang sangat ia jaga sekali. Sebuah benda kenyal menempel di bibir Lena membuat Lena terkejut dan sulit mengimbangi permainan Albara yang begitu agresif. Ciuman pertama yang selama ini Lena jaga akhirnya hilang begitu saja.

Pukulan di dada tak membuat Albara berhenti melakukan hal yang tidak pantas kepada Lena. Albara semakin menjadi-jadi saja ketika ia berhasil melepas penutup dada Lena.

"Jangan terus menangis sayang. Biasanya kau selalu menikmati permainan yang aku berikan," ujar Albara.

"Saya bukan kekasihmu brengsek!!!" teriak Lena.

"Lepaskan aku bajingan!"

Albara melepaskan celananya yang Lena buat untuk mengambil kesempatan untuk melarikan diri. Tapi sebelum itu Albara sudah mencapai tangan Lena yang membuat tubuh Lena terhempas lagi di kasur milik Albara.

"Saya mohon, Pak. Lepaskan saya ," ujar Lena penuh dengan permohonan.

"Tidak semudah itu sayang. Aku akan melepaskanmu setelah menikmati tubuh indahmu ini," kata Albara.

Tangisan Lena semakin pecah tak kalah Albara melepaskan celana jeans yang Lena gunakan. Kepanikan Lena bertambah saat milik Albara ingin menerobos masuk milik Lena.

"Aaakkkkkk!!" Lena berteriak saat Albara berhasil merengkut harta berharga milik Lena.

Sudah hilang harga diri yang Lena jaga selama ini. Semua akibat ulah Albara.

"Dasar brengsek! Kau laki-laki yang paling brengsek yang pernah aku temui!" Lena terus mengumpat kepada Albara.

Albara tidak memperdulikan perkataan Lena ia terus saja menikmati semua ini.

"Kau sangat nikmat sayang," ucap Albara mencium bibir Lena.

Entah sudah berapa tetas air mata yang Lena keluarkan saat ini. Lena terus memberontak saat Albara terus menjamah tubuhnya tapi apa daya kekuatan wanita tidak sebanding dengan laki-laki.

5 jam sudah berlalu dan sekarang Lena masih saja menangis walaupun Albara tengah tidur nyenyak sambil memeluk tubuhnya tanpa balutan kain sehelai pun begitu dengan Albara. Lena sangat membanci dirinya sendiri yang tidak bisa menjaga harga dirinya. Seharusnya ia menuruti perkataan sang sahabat untuk tidak pergi. Tapi apa daya nasi sudah menjadi bubur sekarang tidak ada yang perlu di sesali lagi. Harga diri pun sudah hilang.

Lena menyingkirkan tangan Albara secara perlahan agar tidak membangunkan Albara. Lena menatap wajah laki-laki yang telah merenggut harta berharganya.

Baju yang berserakan di lantai Lena pungut dengan susah payah karena rasa sakit yang ia rasakan di bagian kewanitaannya yang sudah Albara renggut. Dengan susah payah Lena keluar dari ruangan Albara tanpa menarik perhatian dari para karyawan yang sedang berkerja.

Lena menuju apartemennya dengan berjalan kaki. Karena ia tidak menemukan taksi yang sedang lewat satu pun. Terpaksa ia harus berjalan kaki. Memang dari kantor menuju apartemennya lumayan jauh. Tapi Lena terus berusaha berjalan walaupun terasa sakit.

Setelah berjalan cukup jauh akhirnya Lena sampai di apartemennya. Lena membuka pintu apartemen dengan perlahan agar tidak membangunkan sang sahabat yang mungkin sedang terlelap.

Tujuan pertama Lena adalah menuju kamar mandi. Lena melepaskan semua baju yang melekat di tubuhnya lalu menyalakan shower untuk membasahi tubuhnya. Air mata Lena kembali mengalir ketika mengingat kejadian di kantor tadi.

Berusaha menghilangkan semua ingatan yang terjadi tapi tidak bisa. Semua sangat jelas dan sangat membekas di ingatan Lena. Lena terduduk ketika tubuhnya sudah sangat lemah sekali, yang lama-lama penglihatan gelap.

T. B. C

Hehe jujur ya aku nulis part ini merinding sendiri plus geli😂 Tapi ini memang kepentingan cerita mau tak mau harus di buat

Jangan lupa sebelum meninggalkan lapak ini tinggalkan jejak kalian ya.

Tunggu Up selanjutnya semua🥰

...Salam Manis Dari :...

...Nabila...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!