Albara tersenyum sinis dan kembali berjalan meninggalkan ruangan Lena.
"Jaga dia kau tau tugasmu bukan?" ucap Albara kepada orang kepercayaannya.
Albara berjalan meninggalkan rumah sakit dengan senyum puas. Puas telah menyingkirkan kandungan yang ada di dalam perut Lena. Banyak pasangan mata yang menatap kearah Albara yang tengah berjalan meninggalkan rumah sakit. Albara tidak memperdulikan tatapan yang tertuju kepadanya. Yang jelas hari ini benar-benar puas.
Mobil milih Albara tengah menunggu di halaman rumah sakit. Dengan santai Albara memasuki mobil miliknya untuk menuju ke perusahaannya. Senyum puas selalu di tampilan oleh Albara karena benar-benar menyingkirkan anak hasil hubungannya dengan Lena. Mobil yang di tumpangi Albara tiba di gedung tinggi dengan desain yang sangat mewah sekali.
Dengan santai Albara berjalan menuju ke ruangannya. Tapi saat di tengah jalan ia di hadang oleh seseorang yang sangat ia sayangi. Wanita itu menatap tidak suka kepada Albara. Albara mencoba bersikap biasa saja saat seseorang itu menatapnya tidak suka.
"Apa Bunda baru saja sampai? Atau Bunda sudah menunggu lama?" tanya Albara.
Plak
Bukan jawaban yang Albara terima tapi sebuah tamparan yang Albara terima dari sang Bunda–Arra. Albara cukup terkejut karena baru pertama kali sang Bundanya menamparnya. Dulu ketika masih kecil Albara tidak pernah menerima pukulan dari sang Bunda walaupun dia melakukan kesalahan yang membuat sang Bunda marah. Tapi barusan ia menerima pukulan dari sang Bunda. Albara menatap sang Bunda yang mungkin tengah menahan emosi.
"Ikut Bunda sekarang!" Arra berjalan terlebih dahulu ke ruangan Albara.
Albara menatap sekeliling para karyawan tengah menatap dirinya.
"Kembali berkerja!!" teriak Albara yang membuat semua karyawan ketakutan.
Albara berjalan menuju ke ruangannya yang berada di lantai paling atas. Ketika sampai di ruangan, Albara mendapatkan tamparan lagi dari sang Bunda.
"Bunda kenapa menamparku? Salah Al apa hingga membuat Bunda menampar, Al?" tanya Albara.
"Apa kau tidak menyadari apa kesalahanmu?" tanya Arra kembali.
"Al benar-benar tidak tau apa kesalahan, Al." jawab Albara.
Arra tertawa sinis menatap sang anak.
"Apa betul kau tidak tau kesalahanmu apa, Nak? Apa perlu Bunda yang memberitaumu?" kata Arra.
Arra melemparkan sebuah amplop coklat ke meja. Dengan segera Albara melihat apa isi dari amplop coklat yang Bunda beri. Tubuh Albara menegang ketika melihat isi amplop itu.
"Sudah tau apa kesalahanmu? Sudah tau kenapa Bunda menamparmu? Apa kau pernah melihat Bunda memukulmu atau menyakiti kalian walaupun kalian nakal sekali? Tidak bukan? Tapi kali ini Bunda bener-bener sudah marah denganmu, Al. Kau melakukan kesalahan yang membuat Bunda kecewa kepadamu! Apa pernah ayah dan Bunda mengajarkan hal seperti ini?" jelas Arra.
"Bunda, Al, bisa menjelaskan semuanya." ucap Albara.
"Kalau begitu Bunda akan mendengarkan penjelasanmu." kata Arra duduk di sofa sambil melipat tangannya kedepan.
Dengan menarik nafas Albara mulai menjelaskan kejadian yang tengah menimpanya. Albara tidak melihat keterkejutan dari wajah sang Bunda.
"Begitu ceritanya." ucap Albara ketika sudah selesai.
"Apa Bunda percaya begitu saja dengan kisah yang kau karang itu?" tanya Arra.
"Mak--maksud Bunda apa?" tanya Albara gugup.
"Kau sudah melakukan kesalahan yang fatal dan kau sudah berani berbohong dengan Bunda. Apa Bunda dan ayah mengajarimu berbohong?"
Albara tidak tau apa yang harus ia jawab kepada sang Bunda. Arra tersenyum sinis kearah sang putra.
"Di mana gadis itu?" tanya Arra.
"Apa maksud Bunda? Gadis siapa?"
"Jangan bermain drama dengan Bunda. Beri tau Bunda atau akan Bunda laporkan kepada ayah." ancam Arra.
"Dia berada di rumah sakit." jawab Albara.
Dengan segera Arra keluar dari ruangan Albara menuju rumah sakit di mana Arra akan menghampiri gadis yang telah ia awasi. Setelah kepergian sang bunda. Albara melampiaskan kemarahannya dengan memukul meja kaca hingga membuat kaca itu hancur berkeping-keping yang membuat tangan Albara terluka.
"Bagaimana bisa, Bunda tau Lena tengah hamil anak dariku?!" tanya Albara kepada Jhon.
"Maaf Tuan saya pun tidak tau akan hal itu," jawab Jhon.
"Apa bunda telah memata-mataiku selama ini?"
Jhon hanya diam saja.
...🍁🍁🍁...
Sesampainya di rumah sakit, Arra langsung menuju ruangan di mana Arra tengah di rawat. Banyak yang menuduk hormat kepada Arra. Siapa yang tidak kenal dengan Arra, semua Dokter, perawat maupun yang bertugas ini di sini pasti mengenal istri dari Dokter Agung. Arra tersenyum saat para Dokter maupun Perawat menyapa atau memberi senyum kepadanya. Dengan di temani asistennya Arra menuju kamar Arra.
Setibanya Arra di ruangan dengan No. 04 Melati, Arra membuka pintu kamar. Ketika masuk ke dalam kamar hal pertama yang Arra lihat adalah ruangan yang sudah tidak ada penghuninya. Kamar itu kosong.
"Ke mana gadis itu?" tanya Arra kepada Elin-Asistennya.
"Menurut saya nona Lena sudah pergi sejak 1 jam yang lalu," jawab Elin.
"Perintahkan Alex untuk mencari keberadaan Lena sekarang." ujar Arra.
"Baik, Nyonya." Elin keluar untuk menelfon Alex.
"Ke mana kau, Nak." gumam Arra.
Tak berselang lama Elin masuk ke dalam dan membisikan sesuatu kepada Arra.
"Kalau begitu siapkan keberangkatanku ke sana."
"Baik, Nyonya."
"Aku akan membawamu kembali."
...•••...
"Kamu istirahat saja di sana. Pasti kamu kelelahan." ucap Tiara.
"Tidak Kakak yang lebih lelah karena telah membantuku kabur dari tuan Albara."
Memang umur Tiara dan Lena berbeda 5 tahun. Jadi Lena memanggil Tiara dengan sebutan Kakak.
"Sudahku katakan. Berhenti berkata seperti itu. Kita sesama wanita jadi aku tau bagaimana posisimu saat ini. Jika aku ada di posisimu maka kamu akan melakukan hal yang sama sepertiku." ucap Tiara sambil membereskan barang-barang miliknya dan juga milik Lena.
Lena tersenyum kearah Tiara. Entah bagaimana nasibnya jika tidak bertemu dengan Tiara. Lena mengelus perutnya yang masih datar. Mengingat di mana ia harus berakting untuk menyelamatkan janin yang ada di dalam kandungannya.
Flashback
Tak berselang lama seorang wanita berjas khas Dokter memasuki ruangan. Air mata tak sanggup Lena tahan lagi.
"Kau lakukan tugasmu." ucap Albara pergi dari ruangan.
"Baik Tuan." jawab Dokter bernama Tiara.
Dokter Tiara mendekati Lena di mana Lena saat ini tengah terikat. Ada rasa kasihan melihat Lena saat ini.
"Tenanglah." ucap Dokter Tiara.
"Bagaimana aku bisa tenang jika separuh nyawaku akan segera pergi." kata Lena.
"Saya akan membantumu," ucap Dokter Tiara.
"Membantu apa? Membantu untuk mengugurkan kandunganku? Itu yang anda maksud? Saya mohon. Kita sama-sama wanita anda pasti tau jika kehilangan seorang anak pasti rasanya menyakitkan. Jadi saya mohon jangan ambil anak ini dari saya." mohon Lena.
"Saya tidak akan mengugurkan kandunganmu. Tapi anda harus bisa membujuk tuan Albara agar tidak mengugurkan kandungan anda,"
"Saya sudah membujuk berkali-kali tetap saja Albara akan mengugurkan kandungan saya."
"Jika anda ingin menuruti permintaan saya maka semua rencana ini akan berjalan lancar. Jadi saya mohon anda ikuti permainan yang akan saya lakukan," kata Dokter Tiara.
"Apapun saya akan melakukannya. Asal janin yang ada di dalam kandunganku selamat."
"Baik."
"Jadi kau harus berakting seperti orang yang keguguran. Jangan membuat tuan Albara sampai curiga sedikitpun jika kandunganmu ingin selamat. Apa anda paham?" ucap Dokter Tiara.
"Tapi bagaimana jika tuan Albara tau jika kita berbohong? Anda tau bagaimana jika kita berbohong. Nyawa kita taruhannya." ujar Lena.
"Saya tau resikonya tapi itu jalan satu-satunya yang bisa menyelamatkan bayi di dalam sini." kata Dokter Tiara mengelus perut Lena.
"Baik saya akan melakukan yang anda perintahkan." yakin Lena.
"Kalau begitu kita harus mempersiapkan semua agar rencana kita berjalan lancar."
Dokter Tiara membuka tas yang selalu ia bawa ke mana saja. Hal pertama yang Dokter Tiara keluarkan adalah sekantong darah. Kemudian Dokter Tiara mengambil beberapa peralatan lainnya. Setelah barang semua tersedia Dokter Tiara langsung melumuri seluruh kaki Lena dengan darah yang ia bawa tadi.
"Ini semua agar tuan Albara percaya jika kau keguguran." sahut Dokter Tiara sebelum Lena bertanya.
Selesai melumuri seluruh kaki Lena dengan darah, sekarang Dokter Tiara memberi sedikit make up kewajah Lena. Dokter Tiara membuat wajah Lena agar terlihat seperti pucat. Semua persiapan telah selesai.
"Semua sudah selesai. Sekarang kau harus berakting," kata Dokter Tiara.
Lena mengangguk kepalanya. Dokter Tiara keluar ruangan untuk memanggil tuan Albara.
"Tuan! Kita harus membawa Nona Lena ke rumah sakit!" ujar Dokter Tiara.
"Apa yang terjadi?" tanya Albara penasaran.
"Nona Lena mengalami pendarahan hebat. Maka dari itu kita harus membawa Nona Lena ke rumah sakit agar ia selamat." jawab Dokter Tiara.
"Kalau begitu bawa dia ke rumah sakit." kata Albara.
Dengan cepat Lena mengubah ekspresi yang tengah menahan sakit. Terlihat kekhawatiran yang Lena lihat dari wajah Albara.
"Mungkin iya khawatir jika aku mati," batin Lena.
Saat Lena di bawa oleh anak buah Albara. Wajah Lena masih sama seperti sebelumnya. Ia harus berakting menahan rasa sakit agar Albara benar-benar percaya jika ia keguguran. Tak berselang lama mobil yang di tumpangi mereka akhirnya tiba di rumah sakit. Dengan cepat Dokter Tiara memanggil anak buahnya untuk membantunya.
"Anda tidak boleh masuk, Tuan." ucap Dokter Tiara.
Ruangan tertutup mereka bernafas lega karena berhasil mengelabui Albara. Dokter Tiara menghampiri Lena yang tengah terbaring di atas tempat tidur rumah sakit.
"Sekarang kita harus menunggu hingga 2 jam agar tuan Albara bener-bener percaya kau keguguran." ucap Dokter Tiara.
Lena mengangguk kepalanya. Sambil menunggu Tiara bertanya kenapa sampai Lena harus berurusan dengan tuan Albara. Cukup terkejut saat mendengarkan cerita Lena.
"Kalau begitu setelah ini aku akan membantumu untuk kabur dari tuan Albara dan aku juga akan keluar dari ruang sakit ini." ucap Dokter Tiara.
"Jangan keluar dari sini cuma gara-gara anda ingin menolongku."
"Tidak memang dari dulu aku ingin keluar. Jadi kau tak usah merasa sungkan atau merasa tidak enak. Aku tulus membantumu. Ini sudah lebih dari 2 jam kalau begitu aku keluar dulu." Dokter Tiara keluar dari ruangan untuk menghampiri Albara yang tengah menunggu Lena.
Lena bisa mendengar Tiara tengah mengobrol dengan Albara. Suara pintu terdengar membuat Lena harus berakting lagi. Senyum puas terlihat dari wajah Albara. Itulah yang Lena lihat sekarang.
"Kita sudah tidak memiliki hubungan apa-apa jadi kau bebas sekarang," ucap Albara.
"Saya sudah mengatakan kepada anda jika kita memang dari awal tidak memiliki hubungan. Tapi kenapa anda dengan tega menghilangkan nyaman orang yang tidak bersalah ini," isak Lena.
"Mungkin saat janin itu masih berada di kandungmu kita memiliki hubungan. Tapi sekarang kita tidak memiliki hubungan lagi." Albara berlalu pergi.
Tapi baru beberapa langkah suara menghentikan langkahnya.
"Ingat suatu hari nanti Anda akan menyelesai perbuatan Anda," ucap Lena.
Albara tersenyum sini dan kembali berjalan meninggalkan ruangan Lena. Lena sangat lega jika Albara percaya jika ia keguguran. Lena selalu mengucap syukur karena ia selamat dari Albara.
Setelah kepergian Albara, Lena bernafas lega. Tak berselang lama Tiara masuk ke dalam ruangan dan bergegas membawa Lena kabur.
Flashback off
"Terima kasih, Kakak. Kamu telah membantuku kabur dari tuan Albara." ujar Lena.
"Terima kasih kembali sekarang kamu istirahat saja. Pasti kau lelah." ujar Tiara.
"Aku ingin ke mini market dulu untuk membeli beberapa keperluan." ucap Lena.
"Hati-hati kamu tengah mengandung."
"Baik, Kakak. Kalau begitu aku pamit dulu." ujar Lena.
Lena keluar ke mini market yang tak jauh dari rumah Tiara. Lena ingin membeli barang-barang untuknya dan juga keperluan lainnya selama ia berada di sana. Ketika ingin menyeberang jalan tiba-tiba tangan Lena di tarik yang membuat Lena berbalik. Mata Lena membulat sempurna saat melihat siapa yang menahannya.
"Akhirnya aku menemukanmu."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments