...Happy reading...
...•...
...•...
...•...
Lena tercengang ketika tiba di bandara. Lena menatap Albara yang berdiri di sampingnya tanpa bicara apapun. Albara pun tidak menjelaskan apapun prihal masalah ini. Ingin rasanya Lena bertanya tapi di urungkan ketika melihat wajah lelah Albara.
"Ayo." Albara mengandeng tangan Lena menuju ke pesawat.
Tanpa banyak bicara Lena mengikuti Albara yang menuntunnya menuju ke dalam pesawat. Lena sedikit bingung saat masuk kedalam pesawat karena hanya ada mereka berdua dan juga pegawai pesawat saja.
"Pak, kok kita berdua saja?" tanya Lena menahan tangan Albara.
"Apa kamu lupa? Jika aku memilikimu pesawat pribadi sendiri?" Albara berlalu menuju kursi.
"Astaga, betapa bodohnya dirimu ini, Lena. Kamu menikah dengan siapa? Kamu menikah dengan keluarga Kurniawan yang memiliki kekayaan yang luar biasa." batin Lena.
"Kenapa masih berdiri di sana?" Albara mengangetkan Lena.
Lena duduk bersebelahan dengan Albara yang tengah memainkan ponselnya.
"Pak, kita mau kemana?" tanya Lena.
"Cukup diam jangan banyak tanya, dan satu lagi jangan manggil aku Bapak. Aku ini suamimu jadi jangan memanggilku seperti itu." pesan Albara.
"Maaf." cicit Lena.
Lebih baik diam dari pada harus bertengkar. Batin Lena.
Pesawat masih berada di atas awas, tapi mata Lena sudah tidak tahan lagi menahan kantuk yang terus saja melandanya. Lena membenarkan letak batalnya kemudian merebahkan badannya untuk tidur. Lena sudah tidak tahan lagi. Tidak memerlukan waktu yang lama Lena akhirnya tertidur dengan pulas.
"Kamu mau makan sekarang atau nanti saja?" Albara bertanya kepada Lena.
Tidak ada sahutan dari Lena membuat Albara menoleh kearahnya. Wajah damai yang pertama kali Albara lihat. Ternyata Lena tidur sebab itu tidak ada sahutan dari Lena. Albara menatap wajah Lena dari dekat, menatap penuh teliti.
"Cantik." kalimat itu yang keluar dari mulut Albara.
Albara menyingkirkan beberapa helai rambut yang menutupi wajah Lena. Kecupan di kening Lena dapatkan dari Albara. Entah kenapa Albara sekarang mulai berani melakukan sentuhan fisik kepada Lena. Tangan Albara menyentuh perut rata Lena yang tengah mengandung anaknya. Senyum terbit di bibir Albara membuat para pramugari yang melihat terpesona akan wajah tampan Albara. Mereka hanya bisa mengagumi saja tidak bisa memiliki karena mereka sadar jika sekarang Albara sudah memiliki istri yang begitu cantik.
Menempuh perjalanan yang sangat jauh akhiri pesawat milik Albara tiba di tujuannya. Albara menoleh kepada Lena ternyata ia belum terbangun juga. Terpaksa Albara mengendong Lena. Dengan sangat hati-hati Albara mengangkat tubuh Lena. Perilaku Albara yang menyayangi istrinya membuat pramugari semakin kagum akan sosok Albara. Di dalam mobil pun Albara dengan hati meletakan tubuh Lena.
"Jalan, Jhon." perintah Albara.
"Baik, Tuan." Jhon mengemudikan mobilnya menuju tempat tujuan Albara.
Demi kenyamanan Lena yang tertidur Albara menaruh kepala Lena di pundaknya. Menyingkirkan helaian rambut yang menutup Lena di belakang rambut Lena. Mobil mereka telah tiba di tujuan Albara. Seperti yang Albara lakukan di pesawat tadi sekarang pun Albara harus mengendong Lena untuk memasuki rumah. Para pekerja Albara menundukkan kepalanya ketika Albara memasuki rumah.
Albara menuju kamar yang berada di lantai 3 menggunakan lift yang memang Albara beri. Lift berhenti tepat di lantai tidak dan dengan segera Albara keluar untuk menuju kamarnya. Dengan menggunakan kaki Albara membuka pintu kamarnya dan dengan perlahan menaruh tubuh Lena agar tidak membangunkan Lena yang memang benar-benar terlelap.
Selepas menyelimuti Lena, Albara menuju kamar mandi untuk membersihkan diri karena hari semakin malam.
...🍁🍁🍁...
Gelap. Itulah hal pertama yang Lena lihat saat membuka mata. Lena terkejut ketika ia sudah berada di kamar yang sangat mewah dengan interior begitu megah. Menatap sekeliling mencari keberadaan Albara tapi tidak di temukan keberadaannya. Hingga suara mengejutkan Lena.
"Sudah bangun?" Albara yang keluar dari kamar mandi.
"Sudah. Kita di mana?" tanya Lena.
"Kita di Amerika." jawab Albara menuju ke ruang ganti untuk mengambil baju.
"Amerika? Kenapa tiba-tiba kembali kesini?"
"Karena aku ingin kembali kesini dan kembali berkerja lagi." ucap Albara.
"Otomotif aku juga harus kembali berkerja lagi." kata Lena.
"Besok kamu harus ikut denganku ke kantor." Albara berlalu keluar dari kamar.
"Akhirnya aku kembali kesini. Kembali di mana aku dan Albara berujung dengan pernikahan."
Lena mengambil ponselnya untuk menghubungi seseorang.
"Hai, Nadia." Lena menelfon Nadia.
"Lena? Apa benar ini Lena?"
Lena terkekeh.
"Iya, ini gue." Lena menjawab.
"Aaaaaaaaaa. Ini bener lo? Lo dari mana saja sih? Kenapa tidak memberi kabar sih? Lo tuh sama pak Albara sama-sama menghilang tau gak kayak di telan bumi. Lo enggak ada banyak perubahan di sini."
"Benarkah. Besok aku sudah kembali ke kantor lagi."
"Beneran lo balik lagi kesini? Oke kalau gitu gue tunggu. Eh, ngomong-ngomong lo sekarang di mana?"
Lena terkejut ketika mendengar pertanyaan Nadia. Tidak mungkin jika ia bilang bahwa ia dan Albara sudah menikah dan sekarang Lena berada di rumah Albara. Bisa menjadi pembicaraan semua perusahaan.
"Sekarang gue lagi di apartemen." Lena terpaksa berbohong.
"Kenapa lo enggak tinggal lagi sama gue aja sih? Ngapain harus sewa apartemen lagi?"
"Gue memutuskan buat tinggal sendiri aja." ucap Lena.
"Oke deh kalau gitu. Oke gue mau tidur, ya. Sampai ketemu besok."
"Oke, sampai ketemu besok." Lena memutuskan panggilan dari Nadia dan memilih untuk tidur lagi.
"Apa kamu tidak makan dulu?" Suara Albara mengejutkan Lena yang ingin berbaring.
"Aku tidak lapar." kata Lena.
"Benar kamu tidak lapar. Apa kamu tidak ingat jika kamu sedang mengandung?" ucap Albara.
Ah, benar apa yang di katakan Albara. Kenapa Lena sampai lupa jika ia sedang mengandung.
"Aku akan membuat susu saja." Lena beranjak dari tempat tidur.
"Diam saja di sana. Aku akan menyuruh pembantu untuk membuatkanmu susu."
Tanpa banyak bicara lagi Albara memanggil pembantu untuk membuatkan Lena susu. Di kamar Albara membuka berkas yang begitu banyak di meja sebelah jendela kamar mereka. Lena memandangi wajah serius Albara saat mengecek satu persatu dokumen kerja. Ketukan pintu membuat Lena tersadar yang terus saja tadi memandang wajah Albara. Ternyata para pembantu mengantarkan susu dan juga ada roti yang mungkin Albara suruh.
"Ini, Tuan. Susu dan juga roti yang anda pesan tadi," ucap pembantu Albara.
"Berikan kepada Nyonyamu." kata Albara.
Lena menyambut nampan dari pembantu Albara dan mengucapkan terima kasih. Lena menyeruput susu rasa coklat kesukaannya. Selai roti kacang bercampur coklat membuat rasa roti semakin nikmat.
"Tapi tunggu dulu. Bagaimana bisa pembantu tau kesukaanku." batin Lena.
Tatapan Lena jatuh pada Albara yang sedang sibuk mengecek berkas yang akan di bawa ke kantor esok. Lena pun harus cepat-cepat memakan dan meminum susu ibu hamil agar ia bisa tidur dan tidak terlambat bangun. Bekas nampan kosong Lena letakan di meja samping tempat tidurnya.
"Kamu tidak tidur?" Lena bertanya kepada Albara.
"Tidurlah dulu. Nanti aku menyusul." jawab Albara masih sibuk dengan tumpukan berkas-berkas.
Lena mengangguk dan merebahkan tubuhnya kemudian menyelimuti tubuhnya dengan selimut. Mata cantik Lena mulai menutup bertanda bahwa ia sudah tertidur. Membutuhkan waktu sekitar 2 jam lebih barulah Albara selesai dengan berkas-berkasnya. Albara menyusul merebahkan badannya di samping Lena. Pasangan suami istri itu pun langsung terlelap di malam yang dingin.
T. B. C
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments