...Happy reading ...
...•...
...•...
...•...
...•...
...•...
Kali ini Lena tidak dapat menjawab pertanyaan Albara memang benar apa yang di katakan Albara. Karena memang sulit mencari perkerjaan di kota Amerika.
"Aku mempunyai syarat yang bisa membebaskanmu dari semua hutang,"
"Syarat apa itu?" tanya Lena.
"Jika kau mau semua hutangmu lunas maka kau harus menjadi kekasih bayaran aku," jawab Albara.
"Kekasih bayaran? Apa yang Anda maksudkan? Apa anda mau melakukan itu lagi? Jangan harap," ucap Lena.
"Apa aku sudah gila? Melakukannya denganmu lagi? Tidak sudi aku. Jika kau mau melunasi hutangmu mudah saja cukup kau menjadi kekasih palsuku saja. Itu sudah bisa melunasi semua hutangmu kepadaku,"
"Saya tidak mau. Saya akan melunasi hutang Anda secepat mungkin. Lebih baik Anda keluar dari rumah saya. Karena saya mau beristirahat," usir Lena.
Albara tersenyum sinis.
"Saya akan memberi kau waktu untuk mempertimbangkan tawaranku tadi." ucap Albara keluar dari rumah Lena.
Lena bernafas lega saat Albara telah pergi dari rumahnya. Bagaimana bisa di berkata seperti itu. Ada hal apa yang membuat ia harus menjadi kekasih Albara. Apa dia ingin membuat kekasihnya cemburu atau ada hal lain yang ingin di rencanakan Albara.
Semua kejadian ini membuat Lena gila. Kenapa semakin lama berkerja dengan Albara semakin banyak hal aneh yang Lena rasakan. Ia mereka tidak nyaman lagi berkerja di tempat Albara. Selepas Albara pergi sekarang Lena menuju ke kamar mandi untuk membersihkan diri.
Tak berselang lama Lena sudah keluar dengan tubuh yang segar karena sudah mandi. Memang selama ia sakit ia tidak di perbolehkan oleh Nadia untuk mandi. Ingin rasanya Lena protes tapi apa daya Nadia tetap Nadia walaupun protes sampai mulut kita berbusa pun Nadia selalu yang menang.
Sekarang Lena tengah merebahkan badannya di tempat tidur miliknya sambil memandang langit kamarnya. Tak berselang lama kantuk pun datang menghampiri Lena.
...🍁🍁🍁...
"Gue akan kembali saat perkerjaan di sini sudah selesai," jawab Albara.
"Tapi bunda sangat merindukanmu." kata Arland.
"Bukannya gue selalu pulang sebulan sekali."
"Tapi lu kembali sehari dua hari saja setelah itu lu kadang jarang kembali ke Indonesia,"
"Lu tau sendiri bagaimana perkerjaanku. Di sini gue tengah mengurus perusahaan kakek. Seharusnya lu juga membantuku di sini bukan malah memilih kuliah menjadi Dokter seperti ini," ujar Albara meremehkan Arland.
"Ini cita-cita gue ingin menjadi Dokter,"
"Lu pulang saja sana. Gue titip hadiah untuk bunda dan juga ayah." Albara memberi kotak berukuran lumayan besar untuk kedua orangtuanya.
"Apa lu benar-benar gak ingin pulang?" tanya Arland sekali lagi.
"Jawabanku tetap sama. Gue gak akan pulang dulu. Tapi gue akan berkunjung setiap bulannya." Setalah berkata seperti itu Albara keluar dari ruangannya.
Arland yang melihat sifat kembarannya itu merasa sedikit jengkel. Bagaimana dia bisa memiliki kembaran seperti dia. Arland mengambil ponsel lalu menatap gadis yang berada di wallpaper ponselnya.
...🍁🍁🍁...
Gelap gulita itu yang saat ini Lena lihat. Karena di luar sana hari sudah gelap. Dengan hati-hati Lena melangkah untuk mencari sakral lampu.
Click
Lampu menerangi kamarnya. Lena berjalan untuk menghidupkan semua lampu. Ketika Lampu ruang tamu hidup, Lena berteriak kaget pasalnya ada Albara duduk santai di ruangan tamu.
"Bagaimana Bapak bisa masuk ke apartemen saya?" tanya Lena.
"Apartemen saya? Lebih tepatnya ini apartemen milikku. Karena saya sudah membeli apartemen ini," kata Albara.
"Anak Sultan maklum jadi apa saja bisa di beli hari itu juga." batin Lena.
Karena Albara bisa membeli apa saja yang ia inginkan.
"Lalu tujuan Anda datang kemari lagi ada apa? Apa untuk membahas masalah tadi? Jika benar jawaban saya tetap sama. Saya tidak mau," ujar Lena.
Albara menatap Lena dari ujung kaki hingga atas. Senyum tipis Albara membuat Lena merasa takut.
"Kenapa kau tidak mau menerima tawaran saya? Cukup mudah bukan? Hanya menerima menjadi kekasih palsuku,"
"Tapi saya tidak ingin menjadi kekasih anda."
"Apa kau ingin menjadi kekasih sungguhanku?" tanya Albara.
"Sama sekali tidak ada berniat untuk menjadi kekasih anda,"
"Kenapa kau selalu menolak?"
"Karena saya tidak mau mempunyai mencari masalah dengan kekasih Anda,"
"Aku sudah putus hubungan dengan dia," ucap Albara.
Lena benar-benar malas meladeni Albara yang terus saja menginginkan dia untuk menjadi kekasihnya lebih tepat kekasih palsunya.
"Jika tidak ada lagi yang Anda bicarakan anda boleh keluar dari ruangan saya," ujar Lena.
"Apa kau mengusirku dari apartemenku sendiri?"
"Saya ingin beristirahat dan saya tidak ingin berdebat dengan anda,"
Albara menatap wajah Lena yang sedari tadi menunduk. Bukannya keluar dari apartemen milik Lena. Albara malah mendorong tubuh Lena hingga membuat Lena terbentur dinding. Tangan Lena di ikat dengan satu tangan Albara dan menariknya ke atas. Sikap Albara membuat Lena menatap Albara dengan was-was. Lena tidak ingin kejadian waktu itu terulang kembali.
"Ap--apa yang Bapak lakukan?" tanya Lena gugup.
"Saya? Apa saja bisa saya lakukan terhadapmu," jawab Albara lalu mendekatkan bibirnya di telinga Lena.
"Karena saya yang telah mengambil harta berharga milikmu," bisik Albara.
Satu tangan Albara menggapai dagu miliki Lena. Albara menatap mata Lena yang tengah menatapnya juga. Lena sedikit terkejut saat benda kenyal mendarat di bibirnya. Albara mencium bibir Lena untuk kedua kalinya setelah kejadian beberapa waktu lalu.
Cukup lama Albara mencium bibir Lena. Albara melepaskan ciuman mereka untuk mengambil nafas. Di sapu bibir Lena mengunakan jari Albara.
"Bibirmu benar-benar manis," kata Albara meninggalkak apartemen Lena.
Tubuh Lena terjatuh ke lantai akibat ciuman yang Albara berikan kepadanya. Lena tidak bisa berkata-kata lagi karena sikap Albara yang semakin menggila.
...☘️☘️☘️...
Pagi hari ini Lena sudah siap dengan setelan baju yang biasa ia gunakan untuk pergi berkerja. Lena memutuskan untuk kembali berkerja.
Setelah meminum susu Lena langsung saja berangkat menuju kantor. Karena Lena memang sangat jarang sekali sarapan pagi. Ia lebih memilih minum susu saja.
Lena memberhentikan sebuah taksi yang kebetulan lewat. Lena menyebutkan nama perusahaan milik Albara dengan segera taksi berjalan menuju alamat yang Lena beri tau.
Lena mencoba merilekskan jantung dan pikirannya saat bertemu dengan Albara. Bukan karena gugup atau hal lainnya tapi Lena tidak ingin berdebat dengan Albara lagi. Taksi berhenti tepat di perusahaan milik Albara. Sebelum keluar dari taksi Lena tak lupa membayar taksi.
Ketika Lena masuk ke dalam kantor mata karyawan menatap Lena. Ada yang menatap Lena tidak suka dan ada yang tersenyum hormat kepadanya. Entah kenapa sikap karyawan pada hari ini aneh atau mungkin hanya perasaannya saja karena sudah beberapa hari ini ia tidak pergi ke kantor. Lena mencoba mengabaikan tatap mereka yang begitu aneh kepadanya.
Tapi ketika Lena berjalan menuju ruangannya tatapan mereka masih sama dengan saat Lena berada di lantai pertama.
Saat tengah berjalan tiba-tiba tangan Lena di tarik paksa oleh seseorang yang membuat tubuh Lena berbalik.
"Lu kok sekarang tidak terbuka sih sama gue?" tanya Nadia.
"Apa yang lu maksud?" tanya Lena balik.
"Lu udah gak nganggap gue sahabat lu lagi?"
"Nad, gue gak ngerti apa yang lu maksud,"
"Lu pura-pura gak tau apa memang lu aja yang enggak mau beri tau gue?"
"Sumpah deh beneran gue gak tau apa yang lu maksud,"
Nadia mendekati Lena dan membisikan sesuatu.
"APA!!!!" Teriak Lena.
T. B. C
Mungkin bakal update jarang karena lagi sibuk dengan kesibukan komunitas ya. Oh ngomong-ngomong di sini ada yang dari Kalimantan Selatan gak ya?
Jangan lupa sebelum meninggalkan lapak vote dan komen ya.
...Salam Manis Dari : ...
...Nabila Gemesin 🤣...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments