Mr. Albara | 12. Kediaman Kurniawan

Jangan lupa vote dan komen sebelum membaca.

...Happy reading ...

...•...

...•...

...•...

Lena keluar ke mini market yang tak jauh dari rumah Tiara. Lena ingin membeli barang-barang untuknya dan juga keperluan lainnya selama ia berada di sana. Ketika ingin menyeberang jalan tiba-tiba tangan Lena di tarik yang membuat Lena berbalik. Mata Lena membulat sempurna saat melihat siapa yang menahannya.

"Akhirnya aku menemukanmu."

"Ma--maaf anda siapa?" tanya Lena.

"Mari ikut dengan saya." jawabnya.

Lena menghentikan langkah kaki laki-laki yang hendak menarik tangannya. Yang Lena takutkan jika laki-laki ini adalah orang suruhan Albara. Ia tidak mau jika harus tertangkap dan berurusan dengan Albara lagi. Cukup satu kali saja ia berurusan dengan Albara jangan sampai kejadian itu terulang lagi yang bisa membahayakan janin yang ada di dalam kandungannya.

"Sa--saya tidak mau ikut dengan anda." tolak Lena.

"Tapi anda harus ikut dengan saya. Jika anda tidak ikut maka saya akan terkena masalah," ucap laki-laki itu.

"Saya tidak mau," kekeh Lena.

Dengan cepat Lena menginjak kaki laki-laki yang tengah menahan dirinya. Lena berlari untuk menghindari laki-laki yang tengah menahan rasa sakit akibat Lena menginjak kakinya. Lena bersembunyi di balik semak-semak yang sedikit lebat untuk menghindari laki-laki yang tengah mengejarnya. Lena bisa merasakan kram di perutnya akibat berlari. Dengan cepat Lena mengatur nafas agar menghilangkan rasa kram yang ia rasakan.

Lena melihat sekitar untuk melihat laki-laki yang ingin menangkapnya tadi serasa aman Lena keluar dari tempat persembunyiannya. Tapi ketika ingin berjalan pulang tiba-tiba hidungnya di bungkam oleh seseorang yang membuat Lena tidak sadarkan diri.

...🍁🍁🍁...

"Kerja bagus. Kau boleh tinggalkan kami berdua," ucap Albara.

"Baik, Tuan."

Albara menatap Lena yang masih tidak sadarkan diri akibat bius. Albara mendekati Lena dan membelai wajah Lena yang sangat lembut seperti kulit bayi. Sempat terpesona dengan wajah yang di miliki Lena hingga membuat Albara jatuh kepesona Lena. Albara menggelengkan kepalanya untuk menyadarkan dirinya sendiri agar tidak jatuh kedalam pesona Lena yang sangat memikat.

Suara kecil terdengar dari bibir Lena yang menandakan bahwa Lena sudah sadar. Albara masih di posisinya di depan Lena. Ketika mata mereka bertemu tubuh Lena langsung menegang ketika Albara tersenyum sinis kearahnya.

"Sudah puas tidur sayang," ucap Albara membelai wajah Lena.

"Mau apa lagi Anda menculik saya lagi? Bukannya kita sudah tidak memiliki hubungan apapun lagi. Tapi kenapa Anda masih menculik saya?" ujar Lena.

"Tidak memiliki hubungan katamu?" tanya Albara.

Tangan Albara membelai perut datar Lena yang membuat Lena terkejut.

"Bukankah di sini masih ada anakku? Kau dan Dokter Tiara sudah membohongiku."

"Di dalam perutku sudah tidak ada janin anak Anda." kata Lena bohong.

"Kau tidak bisa membohongiku untuk kedua kalinya. Sekarang kita masih memiliki hubungan selama anak itu masih berada di kandunganmu,"

"Saya mohon Tuan jangan gugurkan kandungan yang ada di kandungan saya." mohon Lena.

"Kenapa? Apa kau akan menggunakan janin itu untuk memerasku?" tanya Albara.

"Jika saya mau memeras anda mungkin akan saya lakukan dari awal. Karena dari awal saya tidak menuntut apa-apa dari anda." ucap Lena.

Benar yang di katakan Lena memang dari awal dia tidak menuntut apa-apa darinya. Jika memang Lena ingin memerasnya mungkin sudah Lena lakukan dari awal. Albara menatap wajah senduh Lena yang membuat Lena selalu saja kalah dan tidak tega melakukan hal buruk kepada Lena.

"Tapi saya akan tetap akan meng-"

"Tidak ada yang bisa mengugurkan kandungan Lena!" potong seseorang.

Albara cukup terkejut dengan kedatangan sang Bunda di tempat rahasianya yang hanya di ketahui dirinya dan anak buahnya.

"Bun--Bunda bagaimana bisa Bunda berada di sini?" tanya Albara gugup.

"Kenapa? Apa kamu terkejut dengan kedatangan Bunda yang tidak terduga ini?" tanya Arra balik.

Arra berjalan kearah Lena yang masih terikat di kursi. Lena terkejut dengan kedatangan Bunda-Albara yang sangat tidak terduga. Arra membantu Lena untuk berdiri karena Arra tau jika Lena masih sedikit lemas akibat perilaku kasar sang anak yang sama sekali tidak memiliki sifat darinya maupun sang suami. Entah kenapa sifat Albara seperti ini sejak dulu. Keluarganya pun tidak memiliki sifat yang di miliki Albara sekalipun.

"Atas nama anak saya Albara. Saya meminta maaf atas perilaku Albara kepadamu." ucap Arra meminta maaf.

"Anda tidak perlu meminta maaf kepada saya. Karena semua ini salah saya," ujar Lena.

"Ayo ikut denganku." Arra menuntun Lena keluar dari gudang untuk membawanya ke rumah.

Arra berpaling dan menatap Albara yang masih terdiam tidak membuka suara sama sekali sejak tadi.

"Dan kau Albara. Cepat ikut kami juga. Ada hal yang harus kita bahas." ujar Arra kembali menuntun Lena menuju mobil.

Dengan segera Albara menyusul sang Bunda. Mobil milik Albara dan juga mobil milik Arra beriringan menuju rumah Arra. Di dalam mobil Albara terus mengumpat bagaimana sang bunda selalu tau di mana ia sedang berurusan dengan Lena.

Mobil Albara maupun mobil Arra memasuki pekarangan rumah yang sangat besar bagi Lena. Cukup terkejut dengan kekayaan keluarga Albara yang sangat luar biasa ini. Entah dari mana harta ini.

"Sungguh luar biasa kekayaan yang di miliki keluarga Kurniawan ini. Tapi tunggu dulu. Apa harta yang di miliki keluarga Kurniawan hasil jaga malam alias ngepet? Tapi tidak mungkin. Sungguh keluarga Sultan." batin Lena.

"Lena kenapa diam saja? Ayo masuk?" ucap Arra membuyarkan lamunan Lena.

Ketika Lena ingin menginjak kaki di dalam rumah Albara tiba-tiba tangan Lena di tarik oleh seseorang yang tak lain dan yang tak bukan adalah Albara sendiri. Albara membawa Lena di sebuah sudut rumah. Tubuh Lena terpojok yang membuat Lena tidak bisa berbuat apa-apa. Nafas berbau mint sangat Lena rasakan karena tubuh mereka sangat dekat.

"Jika pembicaraan ini sudah selesai saya ingin berbicara denganmu," ucap Albara.

Lena hanya mengangguk kepalanya untuk menjawab pertanyaan Albara. Dengan segera Albara memasuki rumahnya meninggalkan Lena yang masih terdiam seperti patung. Sampai suara membuat ia sadar.

"Di sini Anda rupanya. Anda sudah di tunggu oleh nyonya Arra. Mari ikut dengan saya." ucap wanita yang bersama Bu Arra tadi.

Lena mengikuti wanita itu membawanya di mana Arra dan Albara menunggunya. Lena cukup tercengang melihat interior rumah milik keluarga Kurniawan ini. Desainnya cukup mewah bagi Lena karena semua barang-barang yang berada di rumah Albara seperti bertabur emas dan berlian yang cukup membuat Lena terheran-heran.

Sebuah ruangan yang cukup besar. Di sana Lena bisa melihat ada Arra, Albara, laki-laki paruh baya yang merangkul pundak Arra yang mungkin itu suami Arra batin Lena. Dan satu laki-laki lagi yang terus menatapnya yang membuat Lena terus menunduk.

"Silahkan duduk, Nona." ucap wanita yang bersama Lena tadi.

"Lena apa kamu tau kenapa saya membawa kamu ke sini?" tanya Bu Arra.

Lena menggelengkan kepalanya.

"Saya membawamu kemari karena ada hal yang ingin saya bicarakan bersamamu dan juga Albara." kata Bu Arra.

"Aku sudah tau jika kamu tengah mengandung anak dari Albara dan juga cucu pertama kami. Ketika saya mendengar jika Albara telah menidurimu dan ingin mengugurkan kandunganmu saya cukup terkejut karena dulu Ayah Albara tidak memiliki sifat seperti yang di miliki Albara. Jadi jangan salah sangka jika sifat Albara keturunan dari Ayahnya." ujar Arra.

"Tidak, sama sekali saya tidak pernah berpikir seperti itu." ucap Lena.

"Jadi tujuan saya membawa kamu karena ingin membicarakan pernikahan kalian berdua," ujar Arra.

"Pernikahan!" ucap Lena dan Albara bersamaan.

"Iya pernikahan. Albara akan menikahimu karena kamu telah mengandung anak Albara," sahut Pak Agung.

"Tapi aku tidak mau menikahinya, Ayah." tolak Albara.

"Jika kamu tidak mau menikahinya kenapa kamu membuat dia mengandung anakmu?" tanya Pak Agung.

"Semua itu karena aku dalam keadaan mabuk, Yah." jawab Albara.

"Ayah sudah berkata jika jauhi minuman keras itu. Tapi kamu tidak mendengarkan apa yang Ayah katakan jadi inti dari semua kejadian ini. Kamu harus menikahi Lena." putus Pak Agung beranjak dari tempat duduk.

"Dan pernikahan kalian akan di adakan sebulan lagi. Jadi kalian harus bersiap. Tidak ada penolakan karena Bunda sudah mempersiapkan semuanya. Kalian tinggal membeli cincin saja." ucap Bu Arra menyusul sang suami. Begitupun dengan Arland, ia mengikuti kedua orangtuanya untuk memberi ruang kepada Albara dan juga Lena.

Lena masih tidak bisa mencerna pembicaraan yang di katakan orangtua Albara.

"Menikah? Menikah dengan atasanku sendiri? Bagaimana ini?" batin Lena.

Albara dan Lena sama-sama terdiam ketika Bu Arra berkata seperti itu. Karena Albara tau jika sang bunda berkata demikian maka semua perkataannya tidak bisa di ganggu gugat.

T. B. C

Gimana partnya kurang banyak. Segini aja dulu wkwkwkwk. Maaf baru update ya

Jangan lupa vote dan komen sebelum meninggalkan lapak ini

...Salam Manis Dari :...

...Nabila ...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!