Mr. Albara | 4. Resign

Gimana sih menurut kalian sequel Sweet Doctor ini? Ada yang kurang gak? Atau kurang bagus ya? Komen aja gak apa-apa loh jangan malu dan jangan takut aku gak gigit kok🤭 Maaf sebelumnya ada kesalahan dalam update tadi hehe jadi di hapus dulu. Tapi sekarang kalian bisa menambahkan ke favorit ya biar tau saya updatenya selalu di usahakan update setiap hari 🥰 Demi menemani kalian semua di saat istirahat kerja, sekolah ataupun lagi bersantai sekalipun.

Nabila up lagi ya. Semoga aja suka.

Jangan lupa sebelum membaca vote dan komen yang banyak-banyak ya🥰

...Happy reading 😘😘😘...

Mata Lena perlahan membuka. Cahaya sinar menyambut saat Lena telah membuka mata. Hal pertama yang Lena lihat adalah ruangan yang bernuansa berwarna putih bersih. Lena mengedarkan pandangannya ke semua penjuru ruangan. Dan ia menangkap sosok sang sahabat yang tengah tertidur sambil memegang tangannya.

"Na--Nadia," panggil Lena lirik.

Suara Lena tidak cukup kuat untuk membangunkan Nadia yang sangat pulas tidur. Lena mencoba membangunkan Nadia dengan tangan kanannya karena tangan kirinya di genggam oleh Nadia. Di usapnya rambut Nadia, yang membuat sang empunya terusik. Ketika terbangun Nadia langsung menatap ke arah Lena yang sedang menatapnya juga.

"Lena! Akhirnya lu sadar juga! Gue panggilin Dokter dulu," ujar Nadia pergi meninggalkan ruangan.

Lena termenung sejenak ketika kejadian itu terlintas di benaknya. Tak terasa air mata pun mengalir tanpa bisa di cegah. Lena sekarang benar-benar hancur sekali. Harga diri yang selama ini ia jaga hilang dengan sekejap mata. Harga diri yang selama ini ia jaga hilang begitu saja di tangan Albara yang mengira bahwa Lena adalah kekasihnya dan akibat mabuk juga Albara kehilangan kendali dan membuat Lena menjadi gadis yang tidak memiliki harga diri.

Tak lama kemudian Nadia masuk kedalam ruangan di ikuti dengan Dokter di belakangnya. Dengan gerakan cepat Lena menghapus air mata agar Nadia tidak bertanya kenapa ia menangis. Dokter memeriksa keadaan Lena.

"Mungkin untuk sekarang anda di rawat terlebih dahulu mengingat kondisi anda yang sangat lemah. Jika kondisi anda sudah stabil maka anda di perbolehkan untuk pulang," ucap Dokter.

"Baik, Dok. Terima kasih." ucap Nadia.

Setelah memeriksa kondisi Lena Dokter pun meninggalkan ruangan Lena. Nadia mengantar Dokter keluar dari ruangan dan kembali ke ruangan untuk menemani Lena sedang melamun. Sekarang tinggal Lena juga Nadia yang berada di ruangan ini. Nadia menatap Lena penuh dengan pertanyaan yang siap untuk ia ajukan untuk Lena.

Nadia menatap Lena.

"Apa yang mau lu tanyakan?" tanya Lena. Tanpa di bertanya pun Lena tau jika Nadia sedang penasaran apa yang sedang terjadi pada dirinya.

"Kenapa tiba-tiba lu pingsan di kamar mandi? Kenapa habisan dari kantor lu malah kayak gini? Kenapa badan lu kayak banyak bercak merah kayak gini? Ken–"

"Satu-satu kalau lu mau kasih gue pertanyaan," potong Lena.

"Oke jawab pertanyaan gue yang ini aja. Kenapa habis dari kantor lu malah pingsan dengan keadaan yang basah kuyup kayak tadi dan membuat lu harus di rawat di rumah sakit?" tanya Nadia.

Pertanyaan yang Nadia ajukan tak jauh berbeda dengan yang awal tadi.

Lena tak sanggup menjawab pertanyaan yang di lontarkan oleh Nadia. Apa yang harus Lena jawab? Ia pun bingung harus menjawab seperti apa? Karena Nadia akan tau jika Lena berbohong kepadanya. Akan tetapi Lena berusaha untuk sebisa mungkin menutupi kejadian yang dia alami.

"Kok diem sih? Jawab dong penasaran gue," kata Nadia.

"Sebenarnya gue tadi kelelahan habis dari kantor, terus gue mandi dan gue gak tau kalau gue pingsan," jawab Lena.

"Jawaban lu gak meyakinkan gue sama sekali. Otak lu masih normalkan? Kenapa mandi pakai baju? Bukannya harus di lepas dulu? Memang aneh lu," ujar Nadia.

"Memang kenyataannya seperti itu," kata Lena menatap Nadia.

"Gue kenal lu bukan sehari dua hari Clara Magdalena Victoria. Jadi lu gak bisa bohongin gue. Sekarang jawab yang jujur," ucap Nadia.

"Iya gue itu dah jujur, Nad. Gue harus jawab kek mana lagi sih? Memang itu yang gue alami. Gue cuma kelelahan aja. Masalah gue mandi pakai baju karena udah gak tahan pengen mandi cepet doang,"

"Terus ini kenapa leher sama tubuh lu banyak banget bercak merah kayak gini? Enggak mungkinkan di gigit nyamuk? Iya kali nyamuk model kayak gini? Nyamuk model apa coba?"

Lena sekarang benar-benar tak tau harus menjawab apa. Ia pun bingung harus menjawab apa.

"It--itu cuma gatal biasa aja. Nanti bakal sembuh kok," ucap Lena bohong.

Nadia menatap Lena penuh selidik. Nadia merasa kurang puas dengan jawaban yang Lena berikan kepadanya seperti ada hal yang sangat mengajal baginya. Tapi karena tidak ingin membuat Lena terbebani Nadia pun menerima jawaban Lena ya walaupun dengan berat hati.

"Sekarang lu makan," ujar Nadia mengambil bubur yang ia beli tadi.

"Gue gak selera makan," tolak Lena.

"Tapi lu harus makan supaya lu cepat sembuh," kata Nadia.

"Tapi gue gak mau bubur itu gak ada rasanya,"

"Lu pikir ini bubur rumah sakit? Ini bubur tadi gue beli di depan rumah sakit, jadi sekarang lu makan,"

Lena akhirnya memakan bubur dengan sangat terpaksa karena perut Lena benar-benar tidak menerima asupan apa pun. Setelah menghabiskan bubur dengan susah payah. Sekarang Lena harus meminum obat agar kondisinya membaik. Lena membaringkan tubuhnya dan menutupinya dengan selimut. Lama-lama mata cantik Lena terpejam efek obat yang ia minum.

...🍁☘️🍁...

Pagi harinya seseorang masih terlelap walaupun sinar matahari memasuk kedalam kamarnya semua itu tidak membuat ia merasa terganggu sama sekali. Tapi lambat laun matanya terbuka dan mengenai cahaya matahari.

Siapa lagi kalau bukan Albara Athalla Ashari Kurniawan.

Albara memijit pelipisnya saat pening yang ia rasakan akibat meminum banyak sekali alkohol. Albara sedikit terkejut saat mengetahui ia tengah telanjang tanpa balutan kain sehelai pun. Tapi yang lebih mengejutkan Albara adalah bercak merah yang sudah mengering di atas tempat tidurnya tak mungkin bukan dia menstruasi. Albara membelalakkan matanya saat mengetahui jika miliknya pun ada bekas cak merah.

Albara mencoba mengingat kejadian yang ia alami. Tapi satu pun memori muncul di otaknya. Akan tiba-tiba sebuah kejadian di mana sang kekasih berselingkuh muncul di benak. Itu yang membuat Albara mabuk. Dan ingatan Albara saat kejadian itu akhirnya muncul.

"Tidak mungkin itu terjadi," kata Albara.

"Tidak mungkin aku berbuat seperti itu."

"Pasti gue salah mengingat."

"Gak mungkin itu terjadi pada dirinya."

"Iya, pasti ini salah. Mungkin efek masih pusing jadi gue salah mengira."

Tetapi karena Albara penasaran tentang apa yang telah terjadi, Albara langsung mengunakan boksernya dan pergi keruangan CCTV untuk memastikan kejadian kemarin malam itu tidak benar. Saat di ruangan Albara dengan cepat melihat CCTV. Albara memegangi kepalanya saat telah menonton rekaman itu dan mengetahui keberadaan yang terjadi.

"Kenapa gue bodoh sekali, gue memperkosa sekertaris gue sendiri," gumam Albara.

"Kenapa gue kehilangan kendali sih!" Albara terus meruntuki kebodohan yang telah merenggut harta berharga milik Lena.

Dengan bergegas Albara menuju kamar mandi untuk pergi ke apartemen Lena untuk menyelesaikan masalah yang sedang terjadi. Bahaya jika masalah ini terdengar semua karyawannya. Bisa menjadi jelek nama baiknya dan lebih berbahaya lagi jika kedua orangtuanya mengetahui hal ini.

Setelah bersiap-siap Albara menuju mobilnya. Albara mencap gas untuk pergi ke apartemen Lena. Untung saja ia pernah mengantar Lena ke apartemen jadi ia tidak bingung. Sesampainya di apartemen Lena. Albara bertanya kepada satpam di nomer berapa tempat tinggal Lena.

Saat satpam menyebutkan nomer kamar Lena, Albara bergegas untuk menuju ke sana. Albara tau ia salah Lena sudah mencoba mencegahnya tapi ia tetap saja melakukan hal yang sangat berdosa.

Ketika sudah sampai di nomer kamar Lena. Albara menekan bel. Sudah berkali-kali Albara menekan tapi tidak ada jawaban dari dalam.

"Anda mencari siapa, Tuan?" tanya seseorang.

"Saya mencari orang yang tinggal di sini. Apa Anda tau di mana dia?"

"Oh Clara dan Nadia maksud Anda?"

"Pukul 12 malam Nadia mengantar Clara ke rumah sakit," jawab wanita paru baya.

"Ke rumah sakit? Jadi sekarang mereka berada di rumah sakit?"

"Iya mereka sekarang berada di sana,"

"Kalau begitu terima kasih atas informasinya saya ingin menuju ke rumah sakit." Albara berlari untuk bergegas menuju ke rumah sakit.

Di pikiran Albara sekarang adalah kenapa bisa Lena masuk rumah sakit? Apa dia frustasi jadi ia mencoba bunuh diri. Tapi tidak mungkin. Mobil yang di kendarai Albara melesat menuju rumah sakit.

...🍁🍁🍁...

Di sisi lain seorang gadis tengah termenung sambil memandang keluar ruangan dengan pandangan kosong.

Lena masih saja terus memikirkan kejadian di mana mahkotanya di renggut oleh atasannya. Seharusnya harta berharga itu akan dia berikan kepada suaminya kelak tapi semua hilang begitu saja. Suara keras berasal dari pintu membuat lamunan Lena buyar. Wajah Lena menjadi tegang saat melihat siapa yang datang ke kamarnya. Lena melangkah mundur saat seseorang itu mendekat padanya.

Siapa lagi kalau bukan Albara yang saat ini berada di ruangannya. Albara menghampiri Lena yang saat ini tengah ketakutan di pojok ruangan.

"Lena." panggil Albara.

Lena enggan untuk menjadi panggil Albara.

"Aku ingin berbicara denganmu tentang kejadian semalam," kata Albara.

Lena menatap Albara dan tak terasa air matanya mengalir.

"Tidak ada yang perlu di bicarakan sekarang. Jadi silahkan anda pergi dari ruangan saya," usir Lena.

"Tapi ini harus kita selesaikan terlebih dahulu. Jadi saya mohon kita selesaikan sekarang," kata Albara.

"Saya sudah berkata tidak tetap tidak. Masalah kemarin malam saya sudah melupakannya. Jadi tidak ada yang perlu di bicarakan. Silahkan anda pergi saya mohon," ujar Lena.

"Baik aku akan pergi," balas Albara.

Saat Albara ingin pergi dari ruangan Lena. Lena memanggil Albara.

"Apa ini?" tanya Albara.

"Ini surat pengunduran diri saya," jawab Lena.

Albara merobek kertas pengunduran diri Lena menjadi sobekan yang kecil-kecil. Lena menatap kertas yang berserakan di lantai dengan air mata sudah menetes dengan deras.

"Aku tidak akan menerima surat pengunduran dirimu sampai kapan pun," ujar Albara.

"Kenapa? Kenapa anda tidak ingin menerimanya! Saya ingin berhenti berkerja. Tapi kenapa anda terus saja menahan saya!Kenapa?" tanya Lena dengan suara serak.

"Apa kau tidak ingat dengan perjanjian kita?" tanya Albara balik.

"Perj–"

"Perjanjian apa?!" potong seseorang yang membuat Lena dan Albara menoleh kepadanya.

T. B. C

Gimana part kali ini? Makin seru gak? Hehe maaf ya jika ada kekurangan dalam nulis cerita. Eh penasaran gak sama wajah-wajah Lena dan juga Albara. Nih aku beri tau sama kalian pokoknya mereka yang paling aku suka banget hehehe

Albara Athalla Ashari Kurniawan👇👇

Clara Magdalena Victoria 👇👇

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!