Jangan lupa sebelum membaca like dan komen ya. Maaf gak bisa update setiap waktu memang rencana mau update setiap waktu tapi gak memungkinkan 😩 Semoga suka ya sama part kali ini
...Happy reading...
...•...
...•...
...•...
...•...
...•...
Nadia mendekati Lena dan membisikan sesuatu.
"APA!!!!" Teriak Lena.
Nadia dengan cepat membungkam mulut Lena yang berteriak begitu keras yang membuat semua karyawan melihat ke arah mereka. Nadia memberikan senyuman kepada mereka dan menatap tajam kearah Lena.
"Lu kalau teriak lagi gue sumpelin pakai ****** ***** gue mau?"
Lena menggelengkan kepalanya.
"Bener apa yang gue bilang tadi?" tanya Nadia.
Lena memukul tangan Nadia yang masih membekap mulutnya.
"Gimana mau jawab kalau mulut gue lu tutupin gini," ucap Lena mengusap mulutnya.
"Hehehe ... gue lupa." Nadia melepas tangannya dari mulut Lena.
"Mana tuh tangan asin banget lagi," ujar Lena.
"Maaf tadi gue habis buang air besar jadi gitu," gurau Nadia.
"Lu yang bener aja sih, Nad!"
"Ish! Ya enggaklah," ujar Nadia.
"Gue sekarang tanya dari mana lu dapat gosip itu?" tanya Lena.
"Seluruh kantor pun tau gosip itu," jawab Nadia.
"Seluruh? Masa sih?" tanya Lena masih tidak percaya.
"Semua ini dari bos besar yang bilang sendiri," kata Nadia.
"Sumpah bener-bener ya tuh orang," gumam Lena.
"Lu ngomong apa, Na?"
"Enggak apa-apa kok. Gue ke ruangan gue dulu, ya. Nanti gue ceritain apa yang sedang terjadi." Lena berjalan menuju ruangannya meninggalkan Nadia yang masih bertanya-tanya.
Saat sudah berada di ruangan Albara, Lena menarik nafas terlebih dahulu untuk menetralkan emosinya yang sudah ia tahan sejak tadi.
Cklek
Hal pertama yang Lena lihat adalah kedua pasangan yang tengah berciuman mesrah tanpa memperdulikan sekitar. Nampak seperti Sonia kekasih Albara.
"Kemarin bilang kalau putus sekarang malah ciuman dasar aneh," batin Lena.
"Ehmm," dehem Lena, yang membuat pasangan itu menghentikan ciuman mereka.
Sonia menatap tidak suka ke arah Lena. Tapi Lena tidak memperdulikan tatapan Sonia terhadapnya.
"Apa kau tidak punya sopan santun saat masuk kedalam ruangan atasamu?" tanya Sonia.
"Saya sudah mengetuk pintu tapi tidak ada sahutan dari Pak Albara. Jadi di sini saya masih punya sopan santun," balas Lena dengan wajah tenang.
"Ada apa kau datang kemari? Kau menganggu saja," ucap Sonia.
"Maaf jika saya menganggu kalian. Kalau begitu saya permisi," kata Lena.
Baru beberapa langkah Lena berjalan suara menghentikan langkahnya.
"Jangan keluar dulu. Saya ingin berbicara denganmu." ucap Albara.
"Dan kau Sonia pergi dari sini. Aku sudah bilang jika hubungan kita sudah berakhir dan sekarang aku sudah memiliki kekasih yang jauh lebih baik darimu," ujar Albara.
"Sampai kapanpun aku tidak akan ingin putus denganmu," ucap Sonia.
"Maaf tapi aku sudah tak menginginkan wanita murah sepertimu yang mau saja memberikan tubuhmu kepada laki-laki lain,"
Perkataan Albara membuat hati Lena terasa sakit. Apa ia termaksud wanita murahan yang memberikan tubuhnya kepada laki-laki yang bukan suaminya? Tapi saat kejadian itu Albara dalam keadaan yang tidak sadarkan diri. Mungkinkah ia juga bisa di sebut wanita murah?
"Semua yang kau lihat itu salah," kata Sonia berusaha membujuk Albara.
"Aku tidak akan percaya dengan perkataanmu. Karena aku sekali di bohongi maka aku tidak akan percaya lagi dengan perkataan siapapun itu," balas Albara.
Perdebatan Albara dan Sonia di saksikan oleh Lena yang sedari tadi terus melihat drama yang sedang berlangsung.
"Pergi sekarang atau aku akan memanggil pengaman untuk mengusirmu?"
Dengan terpaksa Sonia pergi dari ruangan Albara dengan perasaan jengkel. Dengan sengaja Sonia menabrak bahu Lena yang membuat Lena mengaduh kesakitan. Setelah kepergian Sonia dari ruangan Albara sekarang hanya ada Lena dan juga Albara saja.
"Ada apa?" tanya Albara to the point.
"Saya ke sini ingin bertanya kepada anda masalah gosip yang sedang beredar di perusahaan," jawab Lena.
"Oh, masalah itu? Apa kau keberatan dengan gosip yang sedang beredar sekarang?" tanya Albara.
"Bukan hanya keberatan saya tidak suka menjadi bahan gosipan di perusahaan Anda," jawab Lena.
"Tapi aku suka hal itu," kata Albara.
"Anda menyukainya tapi saya tidak!" ucap Lena dengan kesal.
"Bukannya kau harus bangga mendapatkan kekasih sepertiku? Sudah kaya, tampan dan mapan apa lagi yang masih kau cari. Luar sana masih banyak yang menginginkan posisimu,"
"Tapi saya tidak,"
"Terserah suka tidak suka sekarang kau resmi menjadi kekasihku," kata Albara.
"Apa anda pernah memikirkan perasaan saya? Anda selalu ingin di mengerti tapi anda tidak pernah mau mengerti," ucap Lena berlalu pergi dari ruangan Albara.
"Kenapa dia tidak suka berpacaran denganku?" gumam Albara.
Lena membanting tasnya di atas meja, yang membuat Nadia terkejut.
"Lu kenapa sih?" tanya Nadia.
"Gue sebel sama bos kenapa dia berbuat semaunya seperti itu!"
"Jadi bener apa gosip yang beredar kalau lu punya hubungan sama, Pak Albara?" tanya Nadia mendekati Lena.
"Ya, enggak mungkin! Itu semua boh–"
"Semua itu benar!" ucap seseorang.
Lena dan semua karyawan menoleh ke sumber suara.
Wajah dingin sangat terlihat dari wajah Albara yang tengah menatap Lena. Lena mencoba tidak memperdulikan tatapan Albara yang tertuju kepadanya.
Albara berjalan menuju meja Lena. Dengan sekali tarikan cepat tubuh Lena hanyut kedalam pelukan Albara yang membuat Albara terseyum senang. Semua karyawan menatap tidak percaya apa yang terjadi sekarang. Selama ini yang para karyawan tau Albara sama sekali tidak baik dengan Lena maka dari itu mereka tidak percaya apa yang sedang terjadi sekarang.
Lena mencoba melepaskan pelukannya dari Albara tapi tidak bisa. Kejadian ini mengingatkan dia di mana ia kehilangan mahkota berharganya. Dengan keberanian setengah Lena memberanikan diri menginjak kaki Albara, yang membuat Albara mengaduh ke sakitan.
"Maaf, Pak." Lena mengambil tasnya, lalu berlari pergi dari ruangannya.
Albara masih mengaduh kesakitan akibat heels yang Lena gunakan. Karyawannya tertawa melihat Albara kesakitan.
"Kalian kembali berkerja sekarang!" teriak Albara.
Dengan kaki yang masih sakit Albara mencoba menyusul Lena yang tengah berlari. Lena terus berlari menuruni tangga. Lena sengaja tidak menggunakan lift karena pasti ia akan bertemu dengan Albara.
Memang ada rasa menyesal saat ia menuruni anak tangga. Lelah? Itu pasti. Tapi mau bagaimana lagi. Di pertengahan jalan Lena berhenti untuk beristirahat.
"Jika seperti ini kejadiannya aku tidak akan pergi ke kantor," ucap Lena.
"Kenapa dia mengklaim aku sebagai kekasihnya. Apa dia mau aku terkena masalah dengan kekasihnya itu? Memang sudah tidak waras dia," ujar Lena.
Saat rasa lelah sedikit berkurang Lena melanjutkan menuruni anak tangga Lena bernafas lega saat sudah ia berhasil mencapai anak tangga terakhir. Lena di buat terkejut saat membuka pintu. Albara ternyata lebih dulu menunggunya di depan. Lena melangkah mundur, lalu berlari kembali menaiki anak tangga.
"Sial!" umpat Albara mengejar Lena.
Lena bertanya-tanya kenapa Albara mengejarnya? Lena pun bingung akan hal itu.
"Jangan terus berlari!" teriak Albara.
Lena tidak menghiraukan teriakan Albara yang cukup keras.
"Aaaaaaaaaa!"
Albara berhasil menakap Lena membuat Lena mencoba melepaskan diri.
"Pak saya mohon lepaskan saya," mohon Lena.
"Tidak semudah itu, sweetheart." ucap Albara.
Tiba-tiba Lena memegangi perutnya yang terasa sakit.
"Jangan coba main drama denganku," ucap Albara.
Lena terus saja memegangi perutnya yang terasa seperti di remas-remas. Albara sedikit khawatir saat melihat wajah pucat Lena.
"Kau kenapa?" tanya Albara.
Belum sempat Lena menjawab penglihatan sudah mengelap, membuat Albara sangat panik. Albara mencoba menepuk wajah Lena tapi Lena sama sekali tidak sadarkan diri.
Dengan cepat Albara mengendong tubuh Lena membawa Lena menuju rumah sakit. Ketika para karyawan melihat Albara membawa Lena mereka semakin yakin jika mereka memiliki hubungan khusus.
Mobil Albara melesat menuju ke rumah sakit. Entah kenapa ia sangat khawatir dengan keadaan Lena. Sesampainya di rumah sakit. Albara mengendong tubuh Lena.
Suster membawakan brangker. Dengan hati-hati Albara menaruh tubuh Lena. Suster mendorong brangker menuju UGD. Rasa cemas terus menghampiri Albara. Untuk pertama kalinya Albara seperti ini terhadap wanita kecuali dengan sang bunda.
Dokter yang menangani Lena keluar dari ruangan UGD.
"Anda keluarganya?" tanya Dokter bernama Nabila.
"Iy--iya saya keluarganya," jawab Albara.
"Mari ikut saya." ucap Dokter Nabila.
T. B. C
Gimana part kali ini? Kurang puas ya 😭😭😭
Jangan lupa sebelum meninggalkan lapak ini vote dan komen untuk memberi semangat Nabila.
...Salam Manis Dari :...
...Nabila...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments