Mr. Albara | 5. Di tolak lagi

Aku Up ya. Semoga selalu suka sama cerita yang aku buat ya.

Jangan lupa vote dan komen sebelum membaca.

...Happy reading...

...•...

...•...

...•...

...•...

...•...

"Perjanjian apa?!" potong seseorang yang membuat Lena dan Albara menoleh kepadanya.

Lena gelagapan saat Nadia tiba-tiba berada di ruangan. Nadia berjalan ke arah Lena yang tengah menundukkan kepala.

"Selamat pagi, Pak." sapa Nadia kepada Albara sambil menundukkan kepalanya.

"Pagi." jawab Albara singkat.

"Maaf tadi memotong pembicaraan Anda. Saya tidak sengaja mendengarnya," kata Nadia.

"Tidak masalah." sahut Albara.

"Maaf sebelumnya saya ingin bertanya kepada Anda. Apa yang anda maksud dengan perjanjian? Perjanjian apa yang Anda lakukan dengan Lena?" tanya Nadia.

Lena maupun Albara hanya diam saja tanpa mau menjawab pertanyaan yang di lontarkan Nadia. Nadia memandang Albara dan Lena secara bergantian.

"Kenapa diam saja?" tanya Nadia.

"Kau tidak perlu tau masalah ini. Cukup Saya dan Lena yang mengetahuinya." jawab Albara keluar dari ruangan Lena.

Lena menatap kepergian Albara. Sekarang tinggal ia dan Nadia. Selepas Albara pergi, Nadia menatap Lena untuk meminta jawaban dari Lena.

"Benar apa yang di katakan pak Albara. Biar ini menjadi rahasia kami berdua saja." Lena menarik selimut untuk menutupi seluruh badannya.

Nadia hanya menghembuskan nafas kasar. Memberikan kantong berisikan makanan yang ia beli tadi kepada Lena.

...🍁🍁🍁...

Di sisi lain seseorang tengah merenungkan diri di dalam mobil sambil menundukkan kepalanya dengan beralas kemudi mobil.

Albara memijit pelipisnya yang terasa sangat pusing.

"Kenapa ini bisa terjadi denganku?" tanya Albara pada dirinya sendiri.

Mobil yang di kendari Albara pergi meninggalkan pekarangan rumah sakit menuju ke perusahaan. Karena Albara ingin menghapus file kejadian di mana ia telah mengambil mahkota Lena.

Sesampainya di perusahaan banyak karyawan yang menyapanya. Tapi Albara tidak membalas sapaan para karyawannya itulah dirinya. Karena memang Albara terkenal dengan sifat cueknya. Albara memasuki lift khusus untuk ia saja.

Albara keluar dari lift saat sudah berhenti. Saat menuju ruangannya sebuah suara menghentikan langkahnya. Ketika Albara melihat siapa yang tengah memanggilnya dengan sengaja Albara berlalu saja tanpa mau berhenti. Seseorang itu terus saja memanggil namanya tapi Albara abaikan saja. Di dalam pikiran Albara sekarang adalah menghapus jejak file kejadian ia bersama Lena.

"Sayang tunggu," ucap Sonia menahan tangan Albara saat sudah sampai di ruangannya.

"Lepaskan tangan kotormu dari lenganku," kata Albara menghempaskan tangan Sonia yang membuat Sonia terkejut.

"Ada apa denganmu?" tanya Sonia.

"Ada apa dengan diriku? Tanyakan kepada dirimu sendiri kenapa aku menjadi seperti ini." ucap Albara berlalu menuju mejanya.

"Tunggu dulu. Sebenarnya ada apa ini? Aku tidak apa yang telah aku lakukan sehingga membuatmu marah seperti ini,"

"Dasar wanita munafik! Apa aku tidak tau apa yang kau lakukan di belakangku! Kau berselingkuh dengan rekan yang berkerjasama denganku bukan?" tanya Albara kepada Sonia.

Wajah Sonia langsung berubah pucat saat Albara berkata seperti itu.

"Kenapa wajahmu seperti itu? Benarkan bukan? Kau berselingkuh dengan Bram?"

"It--itu tidak seperti yang kau lihat Albara." Sonia berusaha menyakinkan Albara.

"Bukti sudah di depan mata untuk apa sih terus mengelak!" ucap Albara menghempaskan semua barang yang berada di atas meja kerjanya.

"Aku tidak berselingkuh dengan siapa pun. Hanya kau yang aku cintai," kata Sonia.

"Cinta? Sekarang aku tidak percaya yang namanya cinta. Semua cinta yang kau berikan kepadaku hanya palsu. Benar apa yang dulu bunda katakan kepadaku ternyata kau bukan wanita baik-baik. Sekarang pergi dari ruanganku sekarang!" usir Albara.

"Kau mengusirku?"

"Apa kurang jelas perkataanku tadi? Keluar dari ruangan ku sekarang! Aku tidak ingin melihat wajahmu yang membuatku muak!" kata Albara di depan wajah Sonia.

Baru kali ini Sonia melihat Albara sebegitu marahnya kepadanya. Selama ini Albara tidak pernah semarah ini kepadanya. Air mata Sonia jatuh. Membuat Albara tertawa.

"Simpan saja air mata palsumu itu. Kali ini aku tidak akan luluh dengan air matamu itu. Sekarang kau pergi atau aku akan memanggil keamanan untuk mengusirmu yang membuatmu malu,"

Sonia menghapus air matanya lalu pergi meninggalkan ruangan Albara.

Selepas Sonia pergi. Albara membanting vas bunga ke dinding yang membuat vas itu hancur berkeping-keping. Kenapa bisa Sonia berpaling darinya. Apa selama ini ia kurang memberi apa yang Sonia inginkan? Jika Sonia merasa kurang kenapa tidak bilang kepadanya. Kenapa malah berselingkuh dengan rekan kerjanya. Kejadian itu membuat ia lepas kendali dan membuat Lena menjadi kehilangan harta berharga yang selama ini ia jaga.

...🍁🍁🍁...

Di sisi lain seorang wanita tengah membereskan semua baju yang ia gunakan selama berada di rumah sakit.

Ya, hari ini Lena sudah di perbolehkan Dokter untuk pulang. Mengingat kondisi Lena sudah membaik jadi hari ia sudah bersiap-siap untuk pulang. Lena membereskan baju di bantu oleh Nadia. Sebenarnya Nadia hari ini ke kantor tapi sebelum itu ia membantu Lena membereskan semua baju miliknya padahal Lena sudah melarang Nadia tapi yang namanya Nadia sedikit keras kepala akhirnya ia membantu Lena.

"Lu berangkat aja ke kantor gue bisa kok sendiri," kata Lena.

"Enggak sebelum ini semua beres." Nadia memasukan baju terakhir milik Lena.

"Yaudah inikan sudah beres lu bisa pergi, Nanti lu telat loh." ucap Lena.

"Iya, gue akan pergi setelah lu naik taksi," kata Nadia sejak tadi.

Lena hanya menghela nafas saat sudah seperti ini. Nadia membawakan tas berukuran sedang menuju ke halte depan rumah sakit. Tak berselang lama sebuah taksi berhenti di depan Lena. Akhirnya Lena pun masuk kedalam taksi.

"Hati-hati di jalan. Kalau sudah sampai apartemen lu kabarin gue," pesan Nadia.

"Iya. Udah sana lu berangkat. Gue nitip surat pengunduran diri gue, ya." ucap Lena.

"Iya. Udah bye." Nadia menyetopkan taksi untuk menuju ke kantor.

Lena menyebutkan jalan apartemennya. Lena merogoh tas dan menatap obat yang dia beli diam-diam agar tidak ketahuan oleh Nadia. Tapi Lena berasumsi jika melakukan sekali saja kemungkinan kecil dia tidak bisa hamil. Jadi Lena melemparkan obat itu ke luar jendela mobil. Lena menyadarkan kepalanya sambil memijit pelipisnya. Ia memikirkan surat pengunduran dirinya. Semoga saja Albara mau menerima surat pengunduran dirinya. Sulit sekali mengajukan surat pengunduran diri entah kenapa Albara tidak mau melepaskannya. Padahal hutang yang Lena milik bisa ia bayar sedikit-sedikit nanti.

Taksi yang di tumpangi Lena berhenti tepat di apartemennya. Dengan di bantu oleh supir taksi mengeluarkan tasnya. Setelah membayar taksi Lena menuju ke apartemennya.

Sesampainya di depan kamarnya Lena mengambil kunci, lalu membuka kamarnya. Lena menghempaskan tubuhnya di atas sofa yang berada di ruang tamu. Lena mantap langit-langit kamarnya dan tiba-tiba terlintas wajah Albara yang membuat Lena bangun.

"Kenapa tiba-tiba muncul wajah dia sih?" gumam Lena.

Saat Lena ingin pergi ke kamar mandi sebuah bel menghentikan langkahnya. Terpaksa Lena harus melihat siapa yang datang. Ketika pintu terbuka terlihat seorang laki-laki dengan setelan mahalnya berdiri di depan pintu Lena. Dengan cepat Lena menutup pintunya. Tapi ia kalah cepat dengan Albara yang terlebih dahulu menahan pintunya Lena mundur untuk menghindari Albara yang tengah menghampirinya.

"Saya mohon anda berhenti di sana," ucap Lena.

Ucapan Lena tidak di dengar oleh Albara. Albara tetap menghampiri Lena yang terus saja menghindarinya. Hingga Lena terpojok membuat Lena tidak bisa berbuat apa-apa. Tangan Albara mengurung tubuh Lena agar Lena tidak bisa kabur darinya dan sekarang mereka sangat dekat hingga membuat Lena bisa mencium nafas berbau mint yang begitu tajam saat wajah Albara mendekat padanya.

"Saya tidak menerima surat pengunduran dirimu untuk sekian kalinya," ucap Albara memberikan surat pengunduran diri Lena.

Lena memberanikan diri menatap Albara.

"Kenapa Anda menolak lagi surat pengunduran diri saya? Saya tau saya memiliki hutang kepada Anda. Tapi Anda tenang saja. Saya akan membayar semua hutang saya," ujar Lena.

Albara tersenyum sinis.

"Membayar? Bagaimana caramu membayarku? Jika kau berhenti berkerja. Lalu bagaimana kau membayar semua hutang yang kau pinjam?" tanya Albara meremehkan.

"Saya akan membayar jika saya dapat perkerjaan baru," jawab Lena.

"Bagaimana jika kau tidak dapat perkerjaan?"

Kali ini Lena tidak dapat menjawab pertanyaan Albara membenar apa yang di katakan Albara. Karena memang sulit mencari perkerjaan di kota Amerika.

"Aku mempunyai syarat yang bisa membebaskanmu dari semua hutangmu,"

"Syarat apa itu?" tanya Lena.

T. B. C

Jangan lupa vote dan komen sebelum meninggalkan lapak ini.

...Salam Manis Dari :...

...Nabila...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!