Celine*
Bibi Anha ingin bicara denganku. Kira-kira, ada apa, ya? saat di dalam kamar, Bibi Anha terlihat gelisah.
"Bi ... " panggilku.
"Ah, maafkan saya. Saya melamun, Nyonya." jawabnya cemas.
"Ada apa, Bi?" tanyaku.
"Hm ... itu, Nyonya. Hm ... " katanya terjeda.
Sungguh, aku tidak tahu apa yang akan Bibi Anha katakan. Sepertinya sesuatu yang penting, tetapi apa? aku jadi semakin penasaran.
"Bi, duduklah dulu. Bicara pelan-pelan saja. Jangan cemas dan gelisah seperti itu." kataku. Aku hanya mencoba mencairkan suasana.
Bibi Anha duduk, ia terlihat mengatur napasnya perlahan. Ia menatapku dengan tatapan mata sedih.
"Saya tahu, Anda pasti kecewa dengan Tuan Muda. Demikian juga saya. Sungguh, saya tidak akan menduga Tuan masih menjalin hubungan dengan wanita itu." jelasnya. Membuatku mengeryitkan dahi.
Apa maksudnya? pikiranku semakin penuh dengan tanda tanya.
"Jadi, Bibi mengenal wanita itu?" tanyaku.
"Saya hanya pernah melihatnya beberapa kali dulu. Saat saya masih melayani Tuan dan Nyonya besar." jawabnya.
"Ah, hubungan mereka sedalam itu, ya?" gumamku.
"Akan tetapi, Tuan dan Nyonya tidak menyukainya." kata Bibi Anha lagi.
Aku semakin bingun, aku terdiam berpikir. Kurangkai semua cerita Bibi Anha dan ucapan Hezkiel yang dilontarkan padaku tadi. Ah ... begitu rupanya. Apa ini yang namanya cinta tidak direstui?
"Apa maksudnya, Bi? jangan katakan jika Mama dan Papa tidak merestui hubungan Kiel dan wanita itu. Sehingga mereka tidak bisa bersama." kataku.
Bibi Anha menganggukkan kepala, "Benar, Nyonya." jawabnya.
"Bi, boleh aku tahu? appa yang membuat Bibi grlisah dan cemas?" tanyaku memastikan.
Jika dugaanku benar, kemungkinan Bibi takut aku mundur dan pergi meninggalkan Hezkiel, hanya karena kehadiran wanita itu.
"Saya yakin Anda adalah wanita yang tangguh, Nyonya. Meski Tuan pilih kasih pada Anda, tetapi Tuan dan Nyonya besar sangat menyayangi Anda. Saya bisa melihat tatapan mata penuh cinta dari beliau berdua untuk Anda. Oleh karena itu, tolong jangan menyerah dengan keadaan. Saya mohon, Nyonya. Bertahanlah. Pertahankan posisi Anda di rumah ini." tegasnya dengan tatapan mata penuh harap.
Mendengar ucapannya, akupun tersenyum. Sesuai dugaanku, Bibi Anha memang berpihak padaku.
"Bi, dengarkan aku baik-baik. Sampai akhir, aku tidak akan pernah mau menyerahkan posisiku sebagai Nyonya Winter pada siapapun. Jadi, tidak ada alasan untukku tidak bertahan, bukan?" jawabku tersenyum lebar.
Kulihat Bibi Anha tersenyum padaku dengan mata berkaca-kaca. Sepertinya ia sangat mengharapkan apa yang ia sampaikan tadi.
"Saya akan selalu berada di sisi Anda, Nyonya. Nyonya majikan yang saya layani hanya Anda seorang. Di rumah ini, tidak akan ada orang yang tidak patuh pada ucapan Anda." katanya penuh semangat.
"Jika begitu, kedepannya Bibi bisa membantuku, kan?" tanyaku memastikan lagi.
"Tentu saja, Nyonya." jawabnya.
"Baiklah, Bi. Aku akan percaya sepenuhnya pada Bibi. Aku harap, Bibi bisa merahasiakan ini. Maksudku tentang kehadiran Monna di rumah ini." kataku menjelaskan.
"Apa Tuan sudah mengancam Anda, Nyonya?" tanyanya.
"Bukan mengancam. Mungkin lebih tepatnya memperingatkan." jawabku.
Bibi Anha pun menghela napas, "Hahh ... Sayapun demikian, Nyonya. Setelah kedatangan Tuan dan wanita itu, Tuan langsung memanggil saya ke ruang kerja beliau dan meminta saya tutup mulut." jelasnya.
Aku hanya menganggukkan kepala. Di sini, sedikit, banyak aku sudah bisa membaca situasi yang ada. Hubungan yang tidak direstui, berujung dengan hubungan rahasia. Pantas saja pria itu memintaku diam. Jika Papa dan Mama sampai tahu, akankah pria itu kesulitan? apa wanita itu juga akan dipersulit?
Hm, sepertinya aku tahu. Apa yang harus aku lakukan untuk kedepannya. Yang pasti, kelemahan kedua orang itu adalah Papa dan Mama.
***
Melihat Monna yang pergi, Hezkiel ingin menyusul. Namun, ia tidak bisa mengabaikan Celine.
"Celine, bisa kita bicara setelah kau makan?" tanya Hezkiel.
Celine mengernyitkan dahi, "Ada apa, Kiel? silakan bicara," jawab Celine.
"Bukan di sini. Ayo bicara di kamar." kata Hezkiel.
"Ya," jawab Celine.
"Aha ... jadi benar. Kau memang takut hubunganmu dengannya terbongkar, ya? Ya, ya, aku mengerti." batin Celine.
Celine berdiri dari posisi duduknya, "Aku sudah selesai. Ayo, jika kau ingin bicara sekarang." ajak Celine, yang langsung berjalan meninggalkan meja makan.
Hezkiel langsung berdiri dan melangkah mengikuti Celine. Ia ingin segera bicara dengan Celine dan pergi menemui Monna kesayangannya.
Di kamar, Celine dan Hezkiel bicara serius. Hezkiel menanyakan kebenaran apa yang ia dengar di meja makan kepada Celine.
"Apa benar yang kau bicarakan dengan Bibi Anha?" tanya Hezkiel.
"Apa? tentang undangan? kau bisa minta undangan itu pada Bibi Anha. Soal Mama, kau bisa tanyakan sendiri. Bukankah Mama bicara dengan Bibi Anha. Aku juga baru tahu tadi." jawab Celine.
"Lalu, kenapa kau berkata jika kau akan datang sendiri? aku kan di sini. Aku tidak ke mana-mana." kata Hezkiel.
Celine mendekati Hezkiel, "Soal itu, bukankah kau sibuk dengannya? maksudku wanita simpananmu." jawab Celine.
"Cukup Celine! berapa kali aku katakan, Monna bukan simpanan. Jangan terus menguji kesabaranku." kesal Hezkiel.
"Terserah kau sebut apa. Bagiku dia hanyalah wanita simpananmu. Akulah istrimu, bukan dia." kata Celine.
Hezkiel mencengkram dagu Celine, "Kau ... " kata Hezkiel yang tiba-tiba diam menatap tajam mata Celine.
Celine melebarkan mata, "Kau apa? kenapa kau tidak melanjutkan ucapanmu? apa kau takut aku akan mengadukan perbuatanmu dan sikap kasarmu ini pada orangtuamu?" cecar Celine kesal.
Hezkiel melepas cengkramannya, "Ah, sial! lagi-lagi aku tidak bisa berbuat apa-apa pada wanita ini." batin Hezkiel.
"Ini terakhir kali aku dengar kau ucapkan kata-kata tercela itu. Jika aku masih dengar itu, aku tidak akan tinggal diam. Camkan itu!" kata Hezkiel yng langsung pergi meninggalkan Celine di kamar.
Celine menghela napas panjang. Ia mencengkram bajunya dengan menatap kosong cermin meja riasnya.
***
Monna memporak porandakan kamarnya. Ia membuang bantal dan selimut ke lantai. Monna sangat kesal dengan apa yang ia lihat.
"Perempuan rubah tidak tahu diri. Arrgghhhhh ... sialan!" maki Monna.
Pintu kamar terbuka, Hezkiel masuk dan langsung berjalan mendekati Monna. Melihat Hezkiel datang, Monna pun membuang muka. Monna memilih naik ke atas tempat tidur dan berbaring.
"Monna ... sayang ... " panggil Hezkiel.
Monna diam, ia tidak menjawab panggilan Hezkiel meski mendengar. Melihat kesayangannya yang hanya diam, Hezkiel pun mulai membujuk.
"Hei, sayang. Kau marah?" tanya Hezkiel, memeluk Monna dari belakang. "Maafkan aku. Jangan marah lagi, ok." bujuk Hezkiel.
"Kau bilang kau tak menyukainya. Tapi apa? kau terus saja menatapnya. Kenapa ke sini? pergi temui istrimu itu." kesal Monna, masih dengan posisi tidur membelakangi Hezkiel.
Hezkiel tersenyum, "Ah, ternyata kau sedang cemburu, ya. Hahaha ... " tawa Hezkiel pecah.
Monna mengernyitkan dahi dan langsung berbalik, "Apa? kenapa tertawa?" tanya Monna pada Hezkiel.
"Siapa yang tertawa? aku tidak tertawa. " jawab Hezkiel.
"Bohong. Aku membencimu, Kiel." gerutu Monna. Ia memajukan bibirnya.
"Imut sekali," batin Hezkiel melihat Monna yang memajukan bibir.
Sesaat kemudian, bibir Hezkiel sudah menempel ke bibir Monna. Hezkiel pun memperdalam ciumannya. Ia berusaha membujuk wanita yang dicintainya itu.
*****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments
Kod Driyah
mona wanita ular
2022-06-29
0
᭄⃝✭ᴋ͢𝖆ͥ𝒚ᷠ͢ⳑͩɪͥ
astaga si baj**gan sama si ja**ng cium ciuman😏😏 kapan lenyap nya ya tu org berdua.. bikin emosi aja😌😌
Celine.. cepat usir tu si jal* dri rumahmu.. trus tinggal kan si Hanz*😏😏 masa kmu mau sih pke bekas jal* ntar penyakitan loh😌😌
2021-11-16
2