Di rumah, Monna yang sendirian menghadapi Anha yang keras padanya. Ia dan Anha terlibat perdebatan kecil saat Monna ingin makan malam.
Monna yang baru saja keluar dari kamar, berjalan perlahan menuju meja makan. Namun, ia tidak mendapatinadanya makan malam yang tersaji ddi meja makan. Ia pun memanggil salah seorang pelayan dan menegur.
"Hei, kau. Cepat kemari!" perintahnya kasar.
Salah seorang pelayan yang terlihat oleh Monna pun mendekat. Ia ragu, tetapi juga takut untuk menolak panggilan dari Monna.
"Ya, Nona." jawab pelayan.
"Apa-apaan, ini? begini sikap kalian padaku? ini sudah masuk jam makan malam, tidak ada sepringpun makanan yang bisa kumakan, hah?" ceccar Mnna emosi.
"Maaf, Nona. Sesuai perintah kepala pelayan. Hari ini memang tidak menyajikan hidangan makan malam. Karena Tuan dan Nyonya seang menghadiri pesta." jawab pelayan tersebut.
Plakkk ....
Tamparan keras mendarat di wajah pelayan itu. Pelayannitu spontan langsung meraba wajabnya karena merasa sakit.
"Kurang ajar! kau hanya pelayan rendahan, tetapi berani mengataiku. Kau tidak tahu siapa aku, huh?" sentak Monna.
"Ma-maaf, Nona." lirih pelayan menangis.
Pelayan itu merasakan skit di pipi kirinya karaena tamparan Monna. Bahkan tepi bibir pelayan itupun terluka, sedikit mengelurakan darah.
"Kau hanya bisa minta maaf, hah? dasar sampah!" maki Monna menggila.
"Apa yang Anda lakukan ini tidaklah benar, Nona. Anda sudah di luar batas." kata Anha yang tiba-tiba muncul.
Monna menatap Anha, Anha membantu pelayan dan meminta pelayan untuk pergi mengkompres bekas tamparan Monna.
"Elie, pergilah ke dapur dan kompres wajahmu." pinta Anha.
"Ba-baik," jawab pealayan itu.
Monna semakin kesal. Pelayan yang dipanggilnya tidak mendengarkan perintahnya, tetapi malah mendengar perintah Anha.
"Kau juga mau melawanku? berani sekali kau, Bibi tua sialan." kata Monna melebarkan mata.
"Silakan Anda mengatai atau memaki saya. Saya akan memperjelas semuanya di sini. Ana bukan majikan ssaya, saya hanya akan patuh dan mendengar erintah dari majikan saya. Tolong Anda mengerti." kata Anha dengan tegasnya.
Monna kaget, "Hah? apa?" katanya.
"Seperti yang Anda dengar, saya tidak melayani orang lain selain majikan saya. Majikan saya hanya Tuan dan Nyonya Winter." tegas Anha lagi.
"Wanita sialan! beraninya dia memperlakukan akau seperti ini. Dia sungguh mengira hebat, ya. Lihat saja, aku akan buat perhitungan denganmu." batin Monna.
"Lihat saja, apakah nanti kau masih bisa bicara dengan sombong seperti ini atau tidak. Aku akan adukan semuanya pada Hezkiel nanti, tunggu dan nikmati saat-saat terakhirmu di rumah ini, Bibi tua sialan." kata Monna geram.
Monna pun pergi meninggalkan nha dengan perasaan kesal yang menumpuk. Ia amat sangat jengkel karena sikap pelayan yang menurutnyabtidak tau malu juga tidak tahu diri pada atasan.
"Bagaimana pelayan itu seangkuh itu. Dia hanya pelayan, aku akan singkirkan dia denagn segera." batin Monna,
Langkah kaki monna terhenti di depan kamarnya, ia berbalik dan melihat ke rah belakang. Ia sungguh dendam pada Anha yang memperlakukannya buruk.
Dengan segera Monna membukapintu dan masuk, aiia menutup pintu kasar sehingga menimbulkan suara gaduh.
"Sialan! dasar wanita rendahan. Bisa-bisanya aku dipermainkan seperti ini. LIhat saja kalian, kau dan pelayan itu akan benar-benar aku singkirkan." kata Monna kesal.
Emosi Monna meledak-ledak. Ia langsung berjalan mendekati nakas dan meraih ponselnya yang ia letakan di nakas.
"Akan hubungi Hezkiel. Biar kuminta dia segera pulang dan membereskan semua ini untukku." batin Monna.
Ia segera menghubungi Hezkiel. Panggilan pertamanya tidak dijawan, lalu ia mencoba lagi. Panggilan keduanya juga sama. Hezkiel tidak menjawab panggilan Monna. Tentu saja, Monna yang sudah kesal, semakin kesal. Ia sampai beberapa kali menghubungi Hezkiel, tetapi panggilannya sama sekali tidak dihiraukan.
***
Sementara itu, di pesta. Hezkiel dan Celine sedang makan bersama Hans dan Lily, yang merupakan orangtua dari Hezkiel.
Hezkiel merasakan ponselnya terus bergetar di saku jasnya. Ia resah dan gelisah, manakala ia mengintip layar ponselnya, guna memastikan siapa orang yang menghubunginya.
"Monna," batin Hezkiel.
Celine melirik, ia sudah menduga apa yang terjadi. Ia yakin jika Monna menghubungi Hezkiel dan meminta untuk Hezkiel segera pulang.
"Wanita rubah itu sudah meraung tidak tahan, ya? dasar rubah tidak tahu malu." batin Celine.
Melihat Hezkiel yang gelisah, Lily pun bertanya. Ia ingin memastikan ada apa dengan putranya itu.
"Ada apa, Kiel? kenapa kau terlihat gelisah?" tanya Lily.
KIel tersentak, "Ti-tidak, tidak ada apa-apa, Ma. Hanya ada sedikit hal kecil saja." jawab Hezkiel terbata-bata.
Celine meliri Hezkiel, "Apa badanmu kembali tidak enak? kau bilang tadi baik-baik saja. Maaf, seharusnya aku lebih perhatian lagi padamu." kata Celine dengan wajah sedih.
Hezkiel kaet, "Apa? apa-apaan dia ini. Kenapa tiba-tiba mengatakan hal yang aneh seperti itu?" batin Hezkiel,menatap Celine.
"Apa maksudnya, Celine?" tanya Lily.
celine menatap Lily lalu menunduk, "maafkan celine, Ma. Celine sudah mengabaikan kesehatan Hezkiel. Tadi dia mengeluh tidak enak badan, tetapi karena aku bersikeras ingin datang, iapun memakssakan diri." jelas Celine.
"Oh, wanita ini ingin mencari muka di hadapan Papa dan Mamaku, ya. Bagus sekali, bagaimana isa ada wanita selicik ini di Dunia ini." batin Hezkiel.
"Dengan ini cukup membantu, kan? mungkin saja kami akan diizinkan pulang lebih awal." batin Celine.
"Begitu rupanya. Tidak apa-apa, Nak. Ini bukan kesalahanmu." jawab Lily menatap Celine. Pandangan mata Lily mengarah kepada Hezkiel, "Kau sungguh tidak apa-apa? perlu ke rumah sakit, Nak?" tawa Lily. Ia merasa sedikit khawatir.
"Tidak apa-apa, Ma. Mama tidak perlu khawatir." jawab Hezkiel.
"Jika tidak ada hal penting lainnya, kau bisa kembali pulang. Papa dan Mama akan tinggal dulu," sahut Hans.
Hezkiel terkejut lagi, "Ah, boleh seperti itu? Aku kira aku arus sampai aahir di pesta ini." jawab Hezkiel.
"Ya, mau bagaimana lagi. Kau 'kan tidak enak badan." jawab Hans.
"Apa lagi, ini. Apa benar dua orang di hadapanku ini adalah Papa dan Mamaku? sejak kapan mereka berubah jai berbaik hati seperti ini, ya. Padahal dulu, dua orang ini selalu menahanku pergi." batin Kiel.
"benar apa yang Papamu katakan, Kiel. Pulang saja, biarkan sopir kami yang mengantar kalian pulang." sahut Lily.
Celine melebarkan mata, "Tidak. Jika supir mengantar kami dan melihat Monna ... " batin Celine.
"Tidak boleh. JIka sampai Papa dan Mama tahu aku masih berhubungan dengan Monna, maka masa depanku akan benar-benar hancur. Aku harus menolak tawaran Mama." batin Hezkiel.
"Tidak apa-apa, Mama. Aku masih kuat mengemudi." jawab Hezkiel, menolak tawaran Mamanya.
"Benar, Pa, Ma. Kami tidak bisa mereptkan Papa dan Mama. Jika hanya mengemudikan mobil unuk pulang, Celine bisa melakukannya. Tidak perlu supir." kata Celine.
"baiklah kalau begitu. Celine, tolong bantu jaga Hezkiel, ya." pinta Lily.
"Pasti, Ma. Kami pamit undur diri lebih dulu, Papa, Mama. Selamat menikmati pestanya." pamit Celine.
"Pa, Ma, kami pulang." pamit Hezkiel.
Hans dan Lily menganggukkan kepala bersamaan. Melepas putra dan menantunya pulang.
*****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments
᭄⃝✭ᴋ͢𝖆ͥ𝒚ᷠ͢ⳑͩɪͥ
bagus bi Anha... gk ush aja kasih makan si jalang.. slmanya bla perlu, biar cepat mati di jalang 🤣🤣
2021-11-19
2