Tengah malam, Celine terbangun. Ia duduk di tepi tempat tidurnya. Ia melihat ke sisi lain dari tempat tidur itu, senyum masam menghiasi bibirnya.
"Jadi ini rasanya ada, tetapi tak terlihat?" batin Celine.
Ia menarik napas dalam lalu mengembuskan napas perlahan. Dilihatnya gelas yang ada di nakas, gelas itu kosong. Celine pun berdiri dan mengambil gelas, lalu berjalan keluar dari kamarnya. Ia melangkah perlahan menuju meja makan untuk mengisi gelasnya yang kosong.
***
Celine selesai minum, ia kembali menuang air ke dalam gelasnya untuk dibawa ke kamar. Tidak beberapa lama, Monna muncul. Ia berjalan mendekati meja makan dengan membawa gelas kosong di tangannya. Pandangan Celine dan Monna saling bertemu.
Celine langsung memalingkan wajahnya, ia tidak ingin melihat Monna. Monna yang menghentikan langkah, kembali berjalan mendekati Celine.
"Kau terbangun, ya?" tanya Monna.
Monna meletakan gelas di atas meja lalu menuang air minum ke dalam gelas. Celine mengerutkan dahi saat melihat dada Monna yang merah-merah.
"Kau bertanya padaku?" tanya balik Celine.
Monna menatap Celine lalu tersenyum, "Apa di sini ada orang lain selain kita?" tanya Monna sedikit kesal.
"Oh, maaf. Aku tidak terbiasa dengan orang asing. JIka kau bertanya setidaknya sebut nama atau tatap orang yang kau tanya. Bukan begitu etikanya?" tanya Celine lagi.
Taakkk ....
Monna meletakan kasar teko air ke atas meja. Ia menarik napas dalam lalu menembuskan kasar napasnya.
"Apa kau ada masalah denganku, Nyonya?" tanya Monna mendekatkan wajahnya ke wajah Celine.
Celine mendorong bahu Monna dengan jari telunjuk tangan kanannya.
"Janagn terlalu dekat. Kita tidak sedekat itu sampai kau harus menempel padaku." kata Celine.
Monna merengut, "Apa kau bilang? maksudmu aku menjijikan, begitu?" cecar Monna emosi.
Celine tersenyum lebar,"Ah, bukan aku yang bicara. Namun, bagus jika kau sadar akan apa yang baru saja kau ucapkan." jawab Celine.
"Dasar wanita rubah ... " sentak Monna.
Monna ingin menampar Celine. Akan tetapi tangan Monna dicengkram kuat oleh Celine, sebelum tangan Monna benar-benar mengenai wajah Celine.
Celine melebarkan mata, "Jangan semena-mena, Nona. Siapa kau mau menamparku? ingatlah statausmu, jika kau masih mau tinggal di sini lebih lama. Kau paham?" tegas Celine.
Dilemparnya tangan Monna asal. Celine mengambil gelas berisi air putih dari atas meja dan langsung pergi meninggalkan Monna.
Monna kesal, ia menumpahkan gelas berisi air yang ada di atas meja. Sehingga gelas jatuh dan pecah.
Prang ....
"Arggg! aku benci wanita rubah itu. Kenapa Kiel bisa menikah dengan wanita itu. Kenapa? menyebalkan sekali." geram Monna.
Dari jarak cukup, Celine dengar apa yang Monna katakan. Celine hanya bisa menghela napas, dengan terus melangkah kembali ke kamarnya.
"Ternyata dia cukup mudah tersulut, ya. Kurang lebih, sifatnya mirip dengan Lidya. Pasti dia akan mengadu pada Hezkiel." batin Celine.
Celine membuka pintu kamar dan masuk ke dalam kamarnya. Ia kembali menutup kamarnya.
***
Di kamarnya, Monna kembali marah-marah. Ia bahkan membangunkan Hezkiel yang terlelap tidur dengan terus mengomel, mengatai Celine.
"Ada apa, Monna? ini masih tengah malam." tanya Hezkiel, sesaat setelah ia melihat jam yang terpasang di dinding kamar.
"Kau harus menegur wanita itu, Kiel. Aku tidak mau tahu. Kau harus menegurnya. Marahi saja dia jika perlu." kata Monna murung.
Hezkiel bangun dari posisi berbaring, "Sayang, ada apa? coba cerita dulu pelan-pelan. Wanita itu? siapa yang kau maksud?" tanya Hezkiel, duduk memeluk Monna.
"Ya, siapa lagi. Tentu saja istrimu itu." jawab Hezkiel.
"Hm, kau kan juga istriku. Meski pernikahan tersembunyi dan tidak ada yang tahu." sahut Hezkiel.
Monna tiba-tiba kaget, Ia tersenyum canggung menatap Hezkiel.
"Ya ... a-aku juga istrimu. Tetapi kan dia lebih dipandang semua oranmg dari aku." kata Monna.
"Monna, bukankah kau sendiri yang meminta seperti ini? kau meminta pernikahan kita dirahasiakan, agar kau bisa fokus pada karirmu, kan. Apa kau suda lupa?" jelas Hezkiel.
Deg ....
Monna melebarkan mata, "Ah, iya. Aku memang yang meinginkannnya. Ya, sudahlah. Jika kau tidak mau menegurnya, biar aku saja yang bertindak. Aku yang akan membalasnya sendiri." kata Monna.
"Aneh sekali. Kenapa Monna terlihat gelisah dan tegang?" batin Hezkiel.
"Apa kau bertengkar dengan Celine?" tanya Hezkiel.
Monna menceritakan apa yang terjadi antara dirinya dan Celine di meja makan, kepada Hezkiel. Monna terlihat sangat kesal. Tidak terima akan ucapan dan sikap arogan Celine padanya.
Hezkiel diam mendengarkan. Ia sendirinya merasa bingung. Ia dilema menghadapi Celine dan Monna. Baginya, keduanya adalah istri. Meski hanya Monna yang ada di hatinya, tetapi Celine juga adalah penentu masa depannya. Di mana jika Celine sampai mengadu pada orangtuanya, makan ia akan kehilangan pekerjaan dan statusnya sebagai pewaris keluarga winter.
Jika Hezkiel mengabaikan Monna, Monna akan merajuk dan marah. Jika sudah marah, makan ia akan diabaikan oleh Monna. Ia tidak mau sampai membuat Monna kesal, sampai marah. Itulah kenapa, ia selalu menuruti apa keinginan Monna tanpa adanya penolakan.
"Sial! kenapa hidupku jadi kusut begini. Membuatku sakit kepala saja," batin Hezkiel.
"Kiel, apa kau dengar aku?" tanya Monna.
Hezkiel menganggukkan kepala, "Ya, aku dengar. Aku dengar, sayang." jawab Monna.
"Apa pendapatmu? dia keterlaluan, kan?" kata Monna merengut.
Hezkiel mengusap kepala Monna, "Ya, dia memang sudah keterlaluan. Besok aku akan bicara dengannya. Jangan marah lagi, ok." kata Hezkiel. Mencoba menenangkan hati Monna.
Monna diam, ia naik ke atas tempat tidur dan masuk dalam selimut. Ia berbaring membelakangi Hezkiel. Ia tidak mau banyak bicara lagi, karena jawaban Hezkiel cukup memuaskan.
***
Keesokan harinya, Hezkiel menemui Celine di kamar. Hezkiel ingin membicarakan masalah yang dikeluhkan Monna padanya.
Celine melirik ke arah Hezkiel, "Ada apa? apa kekasihmu mengadu?" tanya Celine yang langsung bertanya.
Hezkiel duduk di sofa, "Jangan terus membuat masalah, Celine. Aku akan gila jika kalian terus bertikai." keluh Hezkiel.
"Kau menyalahkanku?" tanya Celine.
"Bukan menyalahkanmu. Aku ... " kata-kata Hezkiel terpotong oleh Celine.
"Aku apa? aku hanya memperingatkan. Itu yang akan kau katakan, kan." sela Celine.
Kening Hezkiel berkernyit, "Sejak kapan wanita ini seperti ini? apa ini sifat aslinya?" batin Hezkiel mencecar.
"Jika tau, kenapa kau masih menyinggungnya?" tanya Hezkiel.
"Kiel, aku tahu kau sangat peduli padanya. Namun, kau juga harus dengar cerita dari sudut pandangku, bukan? tidak adil rasanya jika kau hanya mau dengar cerita darinya saja. Aku punya alasanku sendiri, kenapa aku seperti itu." jawab Celine.
"Lalu," sahut Hezkiel.
"Sampaikan pada kekasihmu. Jangan menyapaku atau bicara hal tidak berguna di hadapanku. Aku dan dia bukan teman. Kita bahkan tidak saling mengenal. Dia menghargai, aku lebih bisa menghargai. Sebaliknya, jika dia menginjak harga diriku, apa aku harus diam saja? Tidak, Kiel. Walau apapun yang terjadi, aku adalah istrimu. Aku Nyonya Winter." tegas Celine.
"Hahh ... " Hezkiel menghela napas panjang, "Kalian berdua para wanita, kenapa sangat rumit. Satu egois dan satu lagi keras hati." keluh Hezkiel.
"Terserah saja apa yang kau pikirkan tentangku. Yang jelas, aku tidak bisa diam jika kesayanganmu itu mengusikku." sahut Celine.
"Ya, ya, ya. Aku mengerti. Sudah cukup penjelasanmu itu, Nyonya Winter. Aku akan pikirkan cara agar kalian tiak sering-sering bertemu atau bertatap muka ke depannya. Aku prgi kerja dulu." pamit Hezkiel.
"Ya, hati-hati di jalan." jawab Celine.
Hezkiel pergi meninggalkan kamar Celine. Pada akhinya ia hanya bisa pusing sendiri akan sengitnya pertikaian antara Celine dan Monna.
*****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments
᭄⃝✭ᴋ͢𝖆ͥ𝒚ᷠ͢ⳑͩɪͥ
bagus Celine.. jgn mau di tindas si jal*😏 kau lh pemilik segalanya.. buat baj**ngan itu tunduk padamu.. stlah itu buang deh ke dlm sarang buaya biar dia makan🤣🤣🤣🤣
2021-11-17
3