Joe dan Hezkiel makan siang bersama. Karen Joe sedang senggang, ia memiliki banyak waktu luang untuk bertemu sahabatnya. Sesuatu terjadi, wajah Hezkiel yang semula baik-baik saja, mendadak berubah. Terlihat sekali jika Hezkiel sedang banyak pikiran.
Joe menatap Hezkiel, "Hei, Kiel. Ada apa?" tanya Joe.
Hezkiel meletakan ponselnya di atas meja. Ia mengusap wajahnya kasar, lalu mengebuskan napas panjang..
"Aku sangat stres sebenarnya, Joe." keluh Hezkiel.
"Stres? apa yang terjadi. Jangan terlalu banyak pikiran." jawab Joe.
"Ada apa dengannya, ya? tadi masih baik-baik saja. Sekarang ekspresinya berubah total." batin Joe.
"Aku akan menceritakan sesuatu padamu. Ini sebenarnya, sesuatu hal yang bersifat pribadi." kata Hezkiel.
"Ya, cerita saja. Jangan di pendam." sahut Joe.
"Hm, aku sebenarnya ... " kata Hezkiel terdiam sesaat, lalu tidak lama ia melanjutkan ucapannya. "Aku masih menjalin hubungan dengan kekasihku dulu. Kau pasti tahu siapa orangnya, Joe. Dan dia tinggal bersamaku juga Celine dirumah." ungkap Hezkiel.
Dengan setengah ragu Hezkiel bicara. Meski ia tidak menceritakan detail hubungannya dengan Monna. Namun, Joe sudah tahu kenyataan yang sebenarnya. Karena saat mabuk, Hezkiel mengatakan apa yang sebnarnya tidak boleh ia katakan pada orang lain.
"Hah?" tanggap Joe kaget. Joe hanya berpura-pura terkejut.
"Hm, akhirnya dia bicara juga soal hubungannya dengan Monna. Apa ada sesuatu sampai dia menyebut Monna sebagai kekasih? bukankah malam itu dia mengatakan sudah menikah secara diam-diam dengan Monna sebelum menikahi Celine?" batin Joe bingung.
"Kau kaget, ya." kata Hezkiel menatap Joe, "Ya, pasti kaget. Mana ada orang sepertiku. Yang tinggal bersama istri dan kekasihnya dalam satu atap." lanjut Hezkiel bicara.
"I-iya juga. Aku sempat kaget tadi. Tidak sangka kau akan seperti itu, Kiel. Ini seperti bukan dirimu saja. Kau kan CEO perusahaan besar, kalau orag lain yang tau, kau pasti dinilai tidak beretika." kata Joe.
"Mau bagaimana lagi. Aku amat sangat mencintai Monna. Sedangkan aku juga dituntut Papa dan Mama menikah dengan Celine. Jika kau ada diposisiku, kau akan seperti apa?" tanya Hezkiel.
"Tentu memilih istri. Istrimu itu sangat cantik, Kiel. Ah, kau ini sangat, sangat, bodoh!" umpat Joe dalam hati.
"Aku tahu ini pilihan yang sulit. Namun, setiap pilihan yang kau pilih akan menentukan langkahmu sepanjutnya. Jika seperti ini, apa kau sanggup menerima resikonya, Kiel? maaf, bukan maksudku ikut campur. Jika saja Paman dan Bibi tahu, kau akan kehilangan posisimu, kan." tegas Joe.
"Ya, itu pasti. Aku juga pasti kehilangan Monna. Karena Papa dan Mama sangat membenci Monna sejak dulu." sahut Hezkiel.
"Tentu saja. Dia kan wanita malam. Dasar, kenapa aku punya teman sepertimu, Kiel." batin Joe gemas.
"Aku tidak bisa banyak berkomentar, Kiel. Sebagai sahabatmu, aku hanya ingin yang terbaik untukmu dan hidupmu, juga masa depanmu. Semua orang tua inginkan yang terbaik untuk anak mereka. Demikian orang tuamu. Sekarang, apa yang jadi masalahmu?" tanya Joe. Seakan tau apa yang menjadi beban pikiran Hezkiel.
"Mereka sering bertengkar, Joe. Hampir setiap hari ada saja aduan Monna padaku. Aku bibgung, satu orang yang kusayang, satu lagi kesayangan Papa dan Mamaku. Aku tidak bisa selalu membela Monna, karena aku takut Celine akan buka suara soal keberadaan Monna di rumah. Namun, jika aku mengabaikan Monna, dia akan marah padaku. Monna pasti akan mendiamkanku sampai hatinya yang beku mencair." jelas Hezkiel panjang lebar.
"Hahhh ... " hela napas Joe panjang, "Bagaimana, ya. Aku tidak punya pengalaman ataupun pengetahuan seperti ini. Aku sarankan kau buat jadwal saja. Bagaimanapun, kau juga tidak bisa mengabaikan istrimu begitu saja. Istri tetaplah istri, kekasih hanyalah kekasih. Ada perbedaan di antara keduanya. Kau, kau mengerti maksudku, kan. Meski kau tidak suka pada Celine, kau harus bsrsikap baik dan memeprlakukan dia selayaknya istri. Boleh kau tidak perhatian, boleh kau tidak meperhatikannya. Namun, kau harus tetap peduli. Peduli pada statusmu yang merupakan seorang suami." kata Joe memberikan saran.
"Kurasa itu sulit, Joe." kata Hezkiel mengusap tengkuknya.
"Sulit? kenapa sulit?" tanya Joe.
"Hm, itu. Monna ... dia, dia, dia tidak mengizinkanku mendekati Celine." jawab Hezkiel.
"Apa? bagaiman itu bisa terjadi? apa Monna tidak paham statusnya? Celinelah istrimu, Kiel. Bukan Monna." sahut Joe.
"Aduh, bagaimana caraku menejelaskannya, ya. Joe kan tidak tahu jika Monna juga istriku." batin Hezkiel.
"Bagaimana, ya. Ini tidak seperti yang pikirkan, Joe. Ada sesuatu hal tidak bisa aku katakan padamu, karena sesuatu hal. Ahhh ... kenapa harus begini!" kesal Hezkiel mengepalkan tangan.
Joe melebarkan mata, "Tenanglah, Kiel. Aku tidak memintamu bercerita sesmuanya. Cukup cerita apa yang ingin kau ceritakan. Jangan cerita jika tidak ingin, ok." kata Joe.
"Mungkin ini bukan waktu yang tepat untuknya bicara. Melihatnya seperti ini, mau tidak mau aku harus selidiki semuanya secara sembunyi-sembunyi." batin Joe.
Hezkiel dan Joe sama-sama diam. Mereka larut dalam pemikiran masing-masing.
***
Anha melaporkan pada Celine tentang Marie dan Monna. Karena tidak begitu penasaran, Celine hanya menanggapi seadanya saja.
"Nyonya, apakah Anda sudah tahu?" tabya Anha.
"Tahu apa? apa ada sesuatu, Bi?" tanya Celine.
"Wanita itu membawa seseorang pulang. Apa itu tidak apa-apa?" tanya Anha cemas.
Celine menatap Anha dari cermin, "Tidak apa-apa. Itu mungkin saja pelayannya." jawab Celine.
"Pelayan? untuk apa di membawa pelayan, Nyonya. Apakah Nyonya sudah tahu akan hal ini?" tanya Anha lagi.
Celine menganggukkan kepala, "Aku sudah tahu, Bi. Justru aku yang memintanya seperti itu. Aku tidak mengizinkam pelayan rumah melayani Monna, dan meminta ia mencari pelayannya sendiri. Aku sampaikan itu pada Hezkiel, mungkin saja dia menyampaikannya pada Monna." jelas Celine.
"Apa tidak apa-apa, Nyonya. Saya takut jika dia melakukan sesuatu yang aneh. Wanita itu kan jahat, bagaimana jika gadis itu dipengaruhi olehnya? tidak ada yang tidak mungkin. Wanita itu akan melakukan segala sesuatu demi mencapai apa yang diinginkannya." jelas Anha khawatir.
"Kenapa Bibi Anha sekhawatir ini, ya? apa benar Monna akan melakukan itu. Meski dia memang suka memprovokasi, tetapi aku juga tidak mau terlalu mencurigainya." batin Celine.
Melihat Celine yang diam, membuat Anha semakin khawatir. Anha salah paham, jika Celine teralalu memikirkan ucapannya.
"Nyonya ... " panggil Anha.
"Kenapa Nyonya diam saja. Apa aku sudah salah bicara? sebagai orang lama yang melayani keluarga Winter, aku hanya melakukan bagianku saja. Aku menyampaikan apa yang menurutku tidak benar, itu saja." batin Anha.
"Hm, Nyonya. Anda baik-baik saja? Nyonya ... " panggil Anha lagi.
Celine sadar, "A-apa, Bi? apa Bibi mengatakan sesuatu?" tanya Celine.
Anha menarik napas dalam-dalam, lalu mengembuskan napas perlahan. Ia menatap Celine dengan penuh rasa khawatir.
"Nyonya, maafkan saya. Orang tua ini tidak tahu dan tidak mengerti apa-apa. Jangan pikirkan ucapan saya, Anda tidak boleh banyak berpikir. Terlebih berpikir sesuatu yang tidak perlu." kata Anha.
Celine berdiri dari posisinya duduk. Ia memeluk Anha, mencaoba mengerti maksud Anha.
"Tidak apa-apa, Bi. Aku mengerti. Terima kasih, karena Bibi selalu khawatir padaku. Aku tidak bisa apa-apa tanpa bibi yang mendukungku. " kata Celine.
"Nyonya ... " lirih Anha menangis.
Keduanya berpelukan erat cukup lama. Setelah puas berpelukan, mereka melepas pelukan. Celine menyeka air mata Anha.
*****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments
Seriani Yap
Semangat
Semangat
2022-02-05
0