Hezkiel dan Celine ada di dalam mobil. Mereka saling diam tidak bicara sepatah katapun. Sampai akhirnya Hezkiel buka suara.
"Apa tujuanmu, Celine?" tanya Hezkiel.
"Langsung pada intinya saja, Kiel Jangan berbelit." jawab Celine.
Kening Hezkiel berkerut, "Katakan padaku, tujuanmu membantuku. Kau beralasan seperti itu karena ingin membantuku, kan?" tanya Hezkiel.
Celine tersenyum tipis, "Tidak sepenuhnya benar. Sebenarnya aku lelah, jika harus terus berpura-pura dihadapan Papa dan Mamamu." jawab Celine.
"Haaahhh ... " Hezkiel menghela napas panjang, "Ada apa denganmu sebenarnya. Aku sangat bingung dengan sikapmu yang berubah-ubah." keluh Hezkiel.
"Tidak ada yang berubah, aku hanya bermain sesuai peraturan permainan yang kau mainkan. Itu saja, tidak lebih ataupun kurang." jawab Celine.
"Permainan? apa lagi yang kau bicarakan, Celine? jangan kau berputar-putar, jika bicara denganku. Aku tidak suka." sentak Hezkiel mulai emosi.
"Hah ... " hela napas Celine, "Kau selalu tidk bisa berpikir dingin, Kiel. Lihat, betapa kerasnya hati dan pemikiranmu itu." batin Celine.
Tiba-tiba, ponsel Hezkiel bergetar. Hezkiel merba dan mengeluarkan ponselnya dari saku jas. Ia melihat nama 'Monna Sayang' di layar ponselnya. Segera, Hezkiel menerima panggilan itu.
"Dia pasti maah-marah karena aku baru menerima panggilannya. Aku harus membujuknya." batin Hezkiel, menerima panggilan dari Monna.
"Ya, sayang. Maaf, aku ... " ucapa Hezkiel terpotong oleh Monna yang tiba-tiba marah.
"Kau ketrlaluan, Kiel. Kau bahkan tidak menerima panggilanku. Aku membencimu!" sentak Monna.
"Sayang, dengar dulu. Aku tadi sedang bersama Papa dan Mama. Bagaimana aku bisa menerima panggilanmu. Kau bisa mengerti, kan." jelas Hezkiel.
"Huh ... " dengus Monna. "Banyak alasanmu, Kiel. Berpikirlah, apa kau tidak bisa menjauh sebentar atau pergi ke tempat sepi? kau mengabaikanku sekarang. Aku juga akan mengabaikanmu. Lihat saja," omel Monna.
"Sayang ... " panggil Hezkiel.
"Aku kecewa padamu!" kata Monna yang langsung mengakhiri panggilannya sepihak.
"Hallo, Monna. Monna ... " teriak Hezkiel.
Hezkiel memukul setir kemudi, "Sial!" umpat Hezkiel.
Celine menatap Hezkiel, "Kau akan terus marah? bukankah kita harus segera pulang?" kata Celine.
Hezkiel hanya diam. Ia mulai menginjak pedal gas, mengemudikan mobil meninggalkan parkiran Hotel.
***
Di rumah, Monna terus menerus kesal. Ia sudah memporak porandakan isi kamarnya. Ia meras sangat kesal dan jengkel pada Anha juga Celine yang dianggapnya mempengaruhi Anha.
"Aku akan benar-benar membuatmu menderita, Celine. Tidak peduli, kau kesayangan orangtua Hezkiel atau siapapun. Kau sudah membuatku dipermalukan oleh pelayan rendahan. Aku akan balas perbuatanmu berkali-kali lipat." batin Monna.
Pintu kamar terbuka, Hezkiel masuk dan menutup pintu kamar. Ia segera menghampiri Monna. Melihat Hezkiel datang, Monna langsung membalikan badan membelakangi Hezkiel dengan raut wajah yang kesal.
"Sayang ... " panggil Hezkiel, memeluk Monna dari belakang.
"Lepas," kata Monna meronta. Ia melepas tangan kekar Hezkiel yang melingkar di perut ratanya.
"Ada apa?" tanya Hezkiel.
"Tidak ada. Tidak penting lagi." murung Monna.
"Katakan, ada apa?" desak Hezkiel.
Monna memajukan bibirnya, "Kenapa pelayanmu memperlakukanku dengan buruk, Kiel. Aku 'kan juga istrimu, bukan hanya wanita itu saja." keluh Monna.
"Pelayan? siapa? apa yang pelayan itu lakukan padamu?" cecar Kiel.
Monna menceritakan apa yang ia alami. Ia mengatakan semuanya pada Kiel, dengan nada penuh emosi dan amarah. Monna merasa tidak dapat pelayanan yang terbaik di rumah suaminya sendiri.
"Ini tidak adil, Kiel. Tidak adil. Aku tidak terima diperlakukan seperti ini." kesal Monna.
"Tenang dulu, sayang. Bicaralah tanpa emosi." kata Hezkiel.
Mata Monna melebar, "Apa katamu? bicara tanpa emosi? kau ini bisa berpikir atau tidak, Kiel. Aku direndahkan dan kau minta aku tidak emosi. Aku harus diam diperlakukan buruk, begitu? hah ... kau ini benar-benar menganggap tinggi wanita itu, ya. Kau sama saja dengan para pelayan itu." jengkel Monna. Ia tampak begitu emosional.
"Monna, bukan begitu. Dengarkan dulu ucapanku, ok." bujuk Hezkiel.
"Tidak mau! sudahlah, Kiel. Lebih baik kau pergi saja. Malam ini kau tidurlah di kamar lain. Aku ingin tidur sendiri." kata Monna.
"Monna ... " panggil Hezkiel.
"Pergi!" Sentak Monna.
Hezkiel kaget, "O-ok. Aku pergi. Jangan berteriak lagi, ok." kata Hezkiel.
Hezkiel pun pergi meninggalkan Monna di kamar seorang diri. Monna menarik napas dalam lalu mengembuskan napas perlahan. Ia merasa amat sangat kesal pada Hezkiel.
"Brengsek! beraninya kau suruh aku tidak emosi. Kau ini anggap aku apa, huh? semua orang di rumah ini sudah gila, ya." ucapnya. Ia mengepalkan kedua tangannya erat-erat.
***
Sementara itu, di ruang tengah. Hezkiel mengumpulan semua pelayan rumahnya. Melihat tidak adanya Anha, Hezkiel pun bertanya. Di mana Anha berada.
"Di mana Bibi Anha?" tanya Hezkiel.
"Se-sedang di kamar Nyonya Muda, Tuan." jawab salah seorang pelayan.
"Panggilkan," perintah Hezkiel.
Salah seorang pelayan berjalan cepaf menuju kamar tidur Celine. Pelayan itu mengetuk pintu kamar, lalu memanggil Celine.
"Ma-maaf, Nyonya. Apa boleh saya ma-masuk?" tanyanya terbata-bata.
"Ya, masuk saja." jawab Celine.
Pelayan itu membuka pintu, lalu masuk. Ia kembali menutup pintu perlahan. Segera ia berjalan cepat mendekati Celine yang rambutnya sedang disisir oleh Anha.
"Ada apa?" tanya Celine.
"I-itu, Nyo-nyonya. Tu-tuan ... " kata pelayan terbata-bata karena takut.
"Tarik napasmu dan embuskana perlahan. Lalu bicaralah. Tidak akan ada yang menerkammu di sini." kata Celine.
Pelayan itu menurut, ia menarik naaps dalam, lalu mengembuskan napas perlahan-lahan. Beberapa kali pelayan itu berusaha mengatur napasnya. Setelah tenang, ia berusaha mengatakan niatannya.
"Tuan memanggil Kepala Pelayan Anha. Beliau terlihat sedang marah besar." kata pelayan itu dengan wajah sedikit menunduk.
"Ya, Elie. Aku akan segera datang menenui beliau." jawab Anha.
Celine memalingkan wajah menatap Anha, "Apa akan baik-baik saja?" tanya Celine.
"Nyonya tenang saja. Tidak akan terjadi sesuatu pada saya. Bukankah saya adalah pegasuh Tuan Muda? Beliau pasti akan mengerti, kenapa saya bertindak seperti itu." jawab Anha.
Celine menatap pelayan yang datang ke kemarnya, "Kau Elie? apa benar Monna tadi menamparmu?" tanya Celine.
Elie melebarkan mata, "Apakah ... " kata Elie yang langsung terdiam.
"Tidak apa-apa, Elie. Aku bertanya hanya untuk memastikan saja. Bukan untuk menyalahkanmu." kata Celine.
Elie menganggukkan kepala, "Ya, Nyonya. Nona menampar saya. Karena saya mengatakan apa yang Kepala pelayan Anha katakan pada kami semua. Nona itu mengatakan kami tidan bekerja dengan benar, memperlakukanny tidak semestinya." jelas Elie.
"Hm, begitu." gumam Celine.
"Wanita ini benar-benar rubah. Apa perlu aku tegur, ya? tidak, tidak. Tidak untuk saat ini. Karena Hezkiel ada di rumah. Aku akan buat perhitungan dengan wanita itu besok, pada saat Hezkiel berada di kantor." batin Celine.
"Nyonya ... " kata Elie.
Celine kaget, "Ah, iya. Maafkan aku melamun. Ayo, aku juga akan lihat apa yang akan terjadi di luar sana." kata Celine.
"Ya, Nyonya." jawab Anha dan Elie bersamaan.
Ketiganya berjalan perlahan menuju ruang tengah. Terlihat mereka semua sudah berkerumun di hadapan Hezkiel yang sedang duduk berpangku kaki.
Anha dan Elie mendekati Hezkiel, "Anda memanggil, Tuan?" tanha Anha.
"Ya, Bi." jawab Hezkie.
"Ada apa, Tuan? apa Anda butuh sesuatu?" tanya Anha berpura-pura tidak tahu.
Celine yang berdiri sedikit jauh di bakang merasa kasian. Tidak seharusnya semua pelayan berkerumun. Ia merasa bersalah, karena perintah untuk tidak malayani Monna adalah perintah yang ia turunkan langsung.
*****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments
Endang Supriati
ancam balik, klu marah akan dilaporkan ke orang tua hazkel
2024-07-20
1
Seriani Yap
Semangat
2021-12-29
0