4 Tahun berlalu
Seorang perempuan Dengan penampilan
simple namun terkesan anggun berjalan memasuki kantor baru nya. Ia di pindah
tugas kan di kantor pusat yang terletak di bandung, meninggalkan ibu dan saudara
tirinya yang berada di Jakarta. Ponsel perempuan tersebut berbunyi.
~Oh
My god.. baby baby don’t you see..! dering ponsel berbunyi.
“Halo, Assalamualaikum bu”
“Walaikumsalam… kamu dimana runa?
“Aku lagi jalan ke kantor bu.”
“Ya sudah Jangan sampe lupa. Kamu
harus kirim gaji kamu ke rekening ibu, untuk biaya kuliah dena. Awas kamu kalau
tidak mengirim. Ibu akan menjual rumah ini” Ancam rita.
“Iya bu. Aku ingat.”
-tut..tut..— Aruna lalu menghela
nafas.
Yup! Perempuan itu adalah Aruna. Kini
dirinya telah bermetamorfosa dari gadis menjadi wanita dewasa yang cantik.
Sifatnya yang agak introvert dan simple tidak berubah. Hanya penampilannya saja
yang sudah mulai berubah dikarenakan profesinya sebagai Sekertaris yang
mengharuskan penampilan sebaik mungkin.
Aruna di pperintahkan untuk pindah
dinas di bandung. Tepatnya di salah satu hotel cabang yang baru di buka.
Dikarenakan kinerja nya yang bagus, maka aruna lah yang mendapat kesempatan
tersebut.
Aruna memasuki ruangan HRD untuk
melaporkan kedatangannya. Dan kebetulan pimpinan HRD adalah teman aruna di
doojo beladirinya.
~tok..tok..tok..~ lalu aruna membuka
pintu.
“Permisi…!” ujar runa.
“Aruna!... welcome darling!” ujar
Putri.
“Putri…! Apa kabar lo?” Tanya runa
sembari memeluk temannya tersebut.
“Baik. Lo apa kabar? Akhirnya kita
satu kantor ya” ujar putri dengan senang.
“Gua baik. Iya bener. Yaudah, ini
sepuluh menit lagi jam resmi. Ruangan gua dimana?” Tanya runa.
“Ayo… gua anterin. Oya, hari ini juga
Owner kita juga baru loh. Dia anak dari owner hotel ini. Tapi sayang, dia udah
merit” tutur Putri.
“Hmm… yaudah sih, emang lo mau ngapain
kalo dia belom merit?” Tanya Aruna.
“Yaa… siape tau ye kaaan… kita punya
kesempatan buat Tp’tp sama do’i.” ujar putri sambil menyengir.
“Yeeeh elo! Tebar pesona mulu yang ada
di otak lo. Udah ah, cepetan ayo!” ujar Aruna dan iringi kikikan putri.
~Tok…tok…tok..~
“Masuk!” terdengar suara dari dalam
ruangan yang pintunya tertera papan nama ‘CEO’. Putri perlahan membuka pintu
ruanga CEO di ekori runa di belakangnya. Wangi maskulin musk memasuki rongga
hidung Aruna, wangi pria yang berkarakter tegas, kuat, dan gentle pastinya.
“Selamat pagi pak” salam putri
“Pagi” jawab pria itu tanpa
mengalihkan pandangan dari kertas-kertas yang berada di atas meja nya.
“Permisi pak, saya putri dari HRD
mengantarkan sekertaris baru pada bapak” jelas putri. Sambil mengenalkan diri
pada CEO barunya.
“Sekertaris bar?” Tanya pria tersebut
yang masih tak memandang kedua wanita tersebut.
“Iya pak. Dia mutasi dari jakarta
pak.” Jawab putri. Terlihat pria tersebut melihat jam yang melingkar di
tangannya.
“Baiklah, kamu bisa kembali ke HRD”
ujar pria tersebut dan masih belum juga menegakan pandangannya, matanya
terfokus pada data-data yang tersebar di meja kerjanya.
“Baik pak. Kalau begitu saya permisi” ujar
putri. “Semangat!” bisik putri pada Aruna.
Aruna masih berdiri tegak di hadapan
CEO yang sama sekali nampaknya tak peduli dengan kehadirannya. Sedikit jengkel
karena CEO nya tak menghormati dirinya dan di jadikan seperti patung. ‘Ini gua mau jadi sekertaris atau jadi
manikin sih? Gila aja udah hampir setengah jam dia ngediemin gua? Boro-boro
suruh duduk, ngelirik aja nggak! Kampret!” dumel aruna dihati nya.
Tiba-tiba saja CEO menegakkan pandangan kearah aruna. Aruna wajahnya yang
tertekut sambil menatap CEO nya terkejut karena pandangan mereka bertabrakan.
Aruna langsung mengalihkan pandangan matanya menunduk menatap lantai ruangan.
DEGH!
Aruna serasa tak aneh dengan siluet
wajah tersebut. Tapi ia lupa, siapa pria ini?
“Silahkan duduk!” ujar CEO.
“Terima kasih pak” ujar aruna seraya
duduk di kursi sebrang meja CEO. ‘Dari
tadi kek!’
“Kamu di mutasi dari jakarta ke sini?
Apa ada masalah?” Tanya pria tersebut.
“Tidak pak. Saya di tawarkan manager
saya disana karena kinerja saya baik menurutnya, jadi saya yang di beri
kesepatan untuk menempati posisi sekertaris disini” jelas aruna. Lalu pria
tersebut manggut-manggut.
“Baik, kenalkan nama saya Arifin Galanggi Hayden. Kamu bisa
panggil saya Galang” ujar galang.
DEGH!
Galang?
Jadi… ini galang yang dulu? Ujar aruna dalam benaknya.
“Ehemm!” galang berdeham. Aruna sadar
dari lamuanannya.
“Eh? Ma..maaf pak. Saya Arunayu putri
wulandari. Bapak bisa panggil saya Aruna atau runa” ujar aruna sambil menerima
jabatan tangan galang. Ia tak menyangka, galang yang dulu ingin dijodohkan
dengannya, kini ada di hadapannya. Lebih tampan, gagah, namun terlihat dingin.
Sikap yang sama seperti dulu saat pertama kali mereka berkenalan.
“Baik, kamu bisa langsung bekerja hari
ini kan?” Tanya galang.
“Bisa pak.”
“Kalau begitu, tolong kamu pisahkan
data-data ini sesuai tanggal. Setelah itu, kamu input ke sistem, dan setelah
selesai, kamu berika pada saya” ujar galang.
“Baik pak.” Jawab aruna seraya
menerima data-data yang cukup banyak.
“Dan meja kamu berada di depan pintu
ruangan saya, dan satu lagi, jiak siapa pun yang ingin bertemu dengan saya,
pastikan kamu melapor dulu dengan saya. Saya tidak suka di ganggu saat bekerja.
Usahakan apapun mengetuk pintu terlebih dahulu.” Ujar galang.
“Baik pak, kalau begitu, saya permisi
ke meja saya” jawab aruna undur diri.
“Silahkan”
Aruna menduduki meja kerjanya. Kini
ada setumpuk file yang harus ia rekap sesuai ke inginan bos nya. Aruna mulai
tenggelam dalam pekerjaannya, karena aruna adalah tipe orang yang akan sangat
focus jika sudah bekerja dan sangat tak suka jika di ganggu. Tak terasa jam
menunjukan pukul dua belas dan artinya itu istirahat siang. Perut aruna sudah
mulai lapar, tapi ia malas untuk meninggalkan pekerjaannya. Aruna merogoh
tasnya.
“Seinget gua ada pocky disini…” ia
merogoh-rogoh tasnya dan dapatlah sebungkus pocky matcha. Tiba-tiba pintu CEO
terbuka. Menampilkan raut wajah serius seorang galang. Gang melirik kearah
aruna, aruna langsung membungkuk memberikan salam
“Selamat makan siang pak” ujar aruna.
“Kamu tidak istirahat?” Tanya galang.
“Kejaan saya masih cukup banyak pak,
saya ada camilan yang bisa saya makan sembari kerja pak” jelas aruna.
Tanpa menjawab, galang berlalu
melewati aruna. Memang sikap galang menjengkelkan. Tapi ia masa bodo, yag
penting galang tak mengganggunya. Lalu aruna kembali melanjutkan pekerjaannya.
“Unaaaa!” teriak putri.
“Ya ampun put, jangan teriak-teriak!
Untung gak ada si bos!” ujar runa.
“Hehehe… gua tungguin terus cariin di
kantin, tapi lo nggak ada. Jadi gua kesini deh. Nih, gua bawain roti isi” putri
menyerahkan plastik yang berisi roti dan minuman.
“Ya ampun put, makasih yak!”
“Iye.. yaudah gua balik dulu ya”.
Aruna mengangguk.
Aruna sedang dalam focus mengerjakan
tugasnya, ia selesai makan roti langsung kembali focus pada tugasnya.
Sampai-sampai galang kembali, aruna tak menyadarinya.
“Bawakan saya teh hangat keruangan
saya, jangan terlalu manis” ujar galang tiba-tiba di hadapan aruna yang sedikit
mengejutkannya.
“Baik pak” jawab aruna dan langsung
berdiri menuju pantry. Aruna membawa segelas teh keruangan galang. Diketuknya
beberapa kali pintu CEO namun tak mendapat jawaban. Jadi ia membuka pintu
tersebut.
“Permisi pak i… AAAAAAAA..!!!!”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments
Nur Evida
masih menyimak
2023-01-29
0
Ririn Satkwantono
wadidawwwww... apaan tuh
2022-01-20
1
Andini As
kayaknya ceritanya bgus
2022-01-16
1