ISTRI KEDUA
Aruna POV:
Selama ini aku adalah tipe orang
yang simple terkesan cuek. Kepribadian ku tomboy, lebih suka memakai celana
daripada rok, kurang suka berdandan, lebih suka lagu pop rock dan RnB, dan aku
lebih suka mengikuti kegiatan beladiri dibanding belanja atau hangoutDengan
teman-temanku di mall. Aku tomboy bukan berarti penampilan aku seperti cowok,
aku masih memiliki rambut panjang, dan aku bisa masak.
Aku memiliki teman atau lebih
dekatnya sahabat. Dia bernama Mika Gunawan. Mika memiliki paras yang cantik.
Rambutnya tebal panjang, wajahnya imut, kulitnya putih, namun tingginya tak
lebih dariku. Mika lebih pendek dariku, ia memiliki kepribadian yang feminism,
suka memakai pakaian yang girly dan cukup sexy, pintar memasak, pintar
berdandan, dan dari semua itu, ia memiliki banyak teman cowok dan banyak juga
yang menyukainya. Pernah satu hari ia di tembak Dengan tiga cowok sekaligus.
Kalian kebayangkan, dia cantiknya gimana? Berbeda Dengan ku tentunya. Kalau
kita berdua di sandingkan, akan terlihat seperti aku adalah pengawalnya, karena
penampilan ku yang memang tomboy.
“Runa!
Bengong aja lu! Kesambet Jin gendut baru tau lo” ujarnya mika yang baru saja
keluar dari kelasnya. Hari ini jam matkul kita berdua berbeda, aku hanya satu
pelajaran, dan mika memiliki dua matkul. Kami berdua berada di jurusan yang
berbeda, mika di jurusan ekonomi dan aku di jurusan Administrasi perkantoran.
“Apaan
sih lo mik. Udah selesai jam lo?” Tanya ku
“Udah.
Mau kemana nih kita abis ini? Atau ke mall yuuk!” ajak mika Dengan semangat.
“Aduh,
males ah. Nanti gua pegel ngikutin elo jalan-jalan gak jelas di mall” gerutuku.
“Ya
elah.. nggak kok. Ayok! Kita makan donat. Kayaknya lo lagi jetlag!” ujar mika.
“Jetlag…
emang gua dari arab?” gerutuku. Memang aku lagi badmood hari ini karena tugas
ku menumpuk. “Yaudah, J’co ya. Gua mau makan red velvet” ujarku. Dan kami
langsung meninggalkan area kampus.
Sampailah sekarang gua di gerai
J’co yang ada di salah satu mall Jakarta. Aku memindai apa saja yang ada di
etalase J’co. dan pilihan ku jatuh pada cake red velvet dan Avocado Frape.
Sedangkan mika memilih beberapa donat dan strawberry Frape. Lalu kami berdua
duduk di salah satu meja.
“Runa,
kuliah kitakan tinggal dua semester lagi nih, lo udah ada bayangan mau kemana?”
Tanya mika. Aku sedang focus menikmati cake red velvet, memindahkan pandangan ku pada mika.
“Gua
belom tau mik. Kayaknya gua mau langsung cari kerja. Lo tau sendiri, ibu tiri
gua gimana, dia itu mau nyekolahin si Dena labih tinggi dari gua, trus pake
duit gua lagi. Gempor gua lama-lama mik” ujarku. Aku tinggal bersama ibu tiri
dan saudara tiri ku. Ibu kandungku meninggal saat aku SMP karena jatuh di kamar
mandi, dan ayah ku meninggal gara-gara menyelamatkan ku dari tabrak mobil saat
aku masih SMA. Sejak ayah ku meninggal, aku di paksa ibu Rita yaitu ibu tiri ku
untuk bekerja demi menghidupi kami. Ibu rita sebenarnya kerja dengan membuka
warung sembako hasil jual motor ayah. Tapi uangnya tidak pernah di bagi untuk
kebutuhanku yang lain kecuali makan. Yah hitung-hitung, itu bayaranku atas
tenaga ku untuk membersihkan rumah. Sedangkan kebutuhanku yang lainnya aku
memakai uangku sendiri. Karena jika meminta pada ibu rita, dia akan mencaci ku
dan menghinaku bahwa aku ini benalu dan pembawa sial.
“Iya
yah, tante rita kejam banget. Kayaknya makin kejam dia. Buktinya sekarang, SPP
kuliah si dena lo yang bayarin Na. Ya udah deh, berarti dari sekarang lo udah
harus cari referensi kerja, apalagi gua liat matkul bahasa lo bagus banget.”
Ujar mika.
“Iya,
inshaa Allah deh. Semoga aja ketemu lowongannya” ujar ku. Aku benar-benar
berharap bahwa aku akan segera langsung mendapatkan kerja setelah lulus kuliah.
ARUNA POV END.
“Assalamualaikum”
“Walaikumsalam”
Aruna sampai dirumahnya sekitar
jam lima sore.Keadaan rumah Aruna sangat sederhana. Hanya saja, dapurnya terbuat
dari dinding papan kayu. Terlihat ‘Rita’ sang ibu sedang berduduk santai
di halaman depan rumah sambil mengecap kuku-kukunya dengan kutek. Sejenak Aruna
memandang sang ibu. Ibu tirinya yang dulu baik sebelum ayahnya meninggal, kini
berubah menjadi monster yang jahat padanya. Tak ada lagi sikap lemah lembut,
dan penyayang yang kini ia rindukan. Aruna bermimpi jika saat ia sedang letih,
pulang dari kerja paruh waktunya, ia akan disambut oleh senyuman hangat san ibu
dan memeluknya dengan erat. Namun mimpi hanya tinggal mimpi. Yang ada saat ia
pulang dari kerja paruh waktunya, ia akan disuruh ini itu, memasak, mengepel,
mencuci dan jika tidak di kerjakan ia akan mendapat hukuman dengan dikunci di
kamar selama 24 jam tanpa di kasih makan. Aruna melangkah masuk kedalam rumah.
“Ibu…
Assalamualaikum.” Sapa aruna sembari menyalami tangan rita.
“Hm…
cepat masuk dan siapkan makan malam. Gua udah laper!” ketus rita pada aruna
“Baik
bu…” jawab aruna dan langsung memasuki rumah. Aruna segera bergegas mandi dan
sholat. Ia langsung menuju dapur untuk menyiapkan makan malam. Sebelum jam
tujuh malam, ia harus menyelesaikan makan malam, jika tidak rita akan mengomel
dan menceramahinya kalau aruna anak yang letoy dan tidak berguna.
“Masak
apa ya? Hm… masak ikan goreng, tumis kangkung, tempe goreng dan sambal! Hmm…
jadi makin laper gua.” Ujar aruna sambil menyiapkan bahan-bahan yang harus
dimasak. Aruna terlihat cekatan dalam mengolah dan memasak bahan dapur. Karena
sedari SMA dia sudah di tuntut agar bisa memasak menggantikan rita dengan
segala tugas rumah tangga. Awalnya memang terasa sangat berat bagi aruna. Tapi
saat ia memasrahkan semuanya, lama-lama ia menikmati dan merasa menjadi wanita
seutuhnya. Ah… alangkah indahnya jika ayah dan ibunya masih ada, aruna akan
sangat bangga memamerkan haasil tanggannya pada kedua orang tuanya, dan akan
mendapat berbagai pujian lalu disayang-sayang. Sedikit air mata menggenang di
pelupuk matanya. Ia merindukan ayah dan ibunya.
“Selesai!
Sekarang tinggal ulek sambel.” Aruna membuat sambal tomat untuk cocol tempe,
dan sambal kecap untuk ikan goreng. Rita dan dena tidak pernah protes dengan
masakan aruna kecuali saat baru-baru aruna belajar masak karena aruna masak
keasinan atau kemanisan. Kini masakan aruna sangat enak. Setelah menyiapkan
hidangan di meja makan, aruna bergegas memanggil ibu tiri dan saudara tirinya
yang kini ada di depan TV
“Ibu… Dena… makan malamnya sudah siap”
ujar aruna.
“Ayo sayang kita makan. Mama sudah
lapar” ujar rita pada dena.
“Oke Ma..!” dena memang memanggil rita
dengan sebutan mama. Ia tidak mau terlihat kampungan dengan sebutan ibu. Dan
hanya dena yang boleh mennyebut rita mama. Dulu aruna juga menyebut rita dengan
mama. Tappi semua berubah sejak ayah aruna meninggal. Aruna disuruh memanggil
rita dengan sebutan ibu, jika di lihat orang yang tidak mengenal mereka, maka
terlihat jika aruna seperti pembantu. Dan Rita memperlakukan aruna seperti
memang pembantu.
Rita dan dena menikmati hidangan yang
di sajikan aruna. Aruna pun ikut makan malam bersama. Aruna dizinkan makan se
meja agar mereka mudah memerintah aruna ini itu dan menghina atau mencaci aruna
sepuasnya. Aruna hanya menanggapi dengan diam dan wajah datarnya. Ia terlalu
lelah untuk meladeni ocehan ocehan yang akan membuat jiwa raganya semakin
lelah.
“Heh runa! Elo nanti pas udah lulus,
langsung nikah sama Bang badri aja. Dia kaya! Juragan sawit. Enak lo bisa hidup
enak. Sekalian kan membahagiankan mama dan hidup gua juga terjamin.” Ujar dena
dengan se enaknya. Aruna paling malas dengan pembicaraan ini. Bang badri memang
kaya, dia juga tampangnya lumayan, tapi tidak dengan akhlaknya yang suka
mabuk-mabukan dan gonta ganti cewek. Beberapa kali badri meminta aruna untuk menjadi
pacarnya, tapi jelas aruna menolak. Ia tak ingin konsentrasinya terganggu
dengan hal yang menurutnya tidak penting.
“Iya runa. Kamu kawin aja yak sama si
badri. Dia kan ngejar-ngejar kamu” tambah rita sembari tersenyum manis yang di
buat-buat. Aruna jengah dengan keadaan ini, pembicaraan ini. Ia lalu meletakan
sendok dan garpunya diatas piring, lalu berdiri menyudahi makan malamnya.
Seleranya sungguh buyar akibat ocehan rita dan dena.
“Aku selesai. Permisi” ujar aruna dan
berlalu meninggalkan rita yang brteriak pada runa.
“DASAR ANAK SIALAN! TAK TAHU DIRI!
TOLOL LO ARUNA!” teriak rita dengan emosi.
Aruna memasuki kamarnya. Ia jengah
dengan celotehan dena dan rita yang merongrong aruna untuk menikahi badri. Ia
tidak menyukai badri, apalagi dengan sikap sombongnya dan juga kurang sopan
santun. Aruna tak ingin hidup selamanya dengan orang yang seperti itu. Lebih
baik aruna melajang seumur hidup dari pada hidup penuuh derita dengan orang
yang sama sekali tida ia cintai. Aruna bertekat setelah lulus kuliah, ia akan
mencari kerja yang jauh dan melepaskan diri dari ibu dan saudara tirinya. Ia
lelah jika harus terus menerus disiksa lahir dan batin seperti ini. Biarlah ia
hidup sebatang kara. Aruna yakin, ia pasti akan bisa melalui kesendiriannya
kelak.
“Ibu, Ayah… aruna capek. Aruna mau
ikut ibu sama ayah aja dari pada nikah sama bang badri. Aruna nggak mau” isak
tangis terdengar dari mulut aruna.
Beginilah kehidupan Aruna bersama Dena
dan rita. Tak ada kebahagian untuk aruna jika bersama keduanya. Ia ingin sekali
membenci dan membalas segala perlakuan yang ia dapatkan dari rita dan dena.
Namun ia teringat pesan ayahnya, Beladiri
dipakai untuk membela diri nak. Kamu tidak boleh memakai ilmu kamu untuk
sesuatu yang negative apalagi dalam keadaan emosi. Kamu tidak boleh sembarangan
memukul orang apalagi sama yang tua. Durhaka kamu kalau sampai melakukan itu
nak. Neraka ganjarannya. Ilmu beladiri bukan untuk menjadikan kamu orang jahat.
Tapi kamu harus menjadi pelindung bagi orang jahat nak. Ayah pesan sama kamu
ya… jaga diri kamu, jadilah orang baik nak. Jadilah pengukir kebahagiaan orang
lain bukan perusak kebahagiaan orang lain”. Aruna menagis dalam do’anya
mengingat pesan sang ayah. Hanya mukena dan sajadah yang kini menjadi saksi
dalam do’a yang ia panjatkan kepada tuhan.
“Maafin Una yah… tolong bilang sama
Alllah dan malaikat,bantu lexa agar terus jadi orang baik”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments
Tri Widayanti
Nyimak
2022-11-08
2
Nana Oshina
tinggal kan saja sudah
2022-01-31
1
Ririn Satkwantono
mmpir aq thoor
2022-01-20
1