Terjebak Cinta Sang Presdir

Terjebak Cinta Sang Presdir

Bab 1

Sebuah taksi berhenti tepat di depan pintu keberangkatan domestik bandara setempat. Seorang gadis cantik berkulit putih turun dari taksi tersebut. Wajahnya terlihat panik. Ia berlari-lari kecil sambil menarik koper di tangan kirinya. Surai panjang hitam legamnya tampak menari-nari mengikuti langkahnya. Perlahan kakinya berhenti di depan counter check-in.

Suara pengumuman yang berkumandang di area tersebut membuat gadis itu gelisah. Pasalnya, pesawat yang akan ia tumpangi telah tiba di landasan pacu. Apalagi antrian di loket check-in masih panjang.

"Maaf, apa saya boleh menyela? Pesawat saya sudah mendarat," pinta gadis itu kepada pria di depannya.

Pria berkacamata hitam dan bertubuh tinggi itu tidak menjawab. Ia tetap berdiri di depan sang gadis dan membuat gadis itu kesal bukan kepalang.

"Tuan, saya—"

Gadis itu hendak meminta pria itu memberikan jalan untuknya, tetapi dengan ketusnya pria itu menyela, "Di sini bukan hanya Anda yang punya kepentingan, Nona. Kita semua punya hak dan kepentingan yang sama."

Wajah gadis itu merona merah seketika. Ia tidak menyangka pria itu akan menceramahinya di muka umum dan membuatnya menjadi pusat perhatian. Akhirnya gadis itu memilih untuk diam.

'Huh, dasar pelit!' geram sang gadis di dalam hati.

Gadis itu adalah Amira Lin, 22 tahun, putri tunggal dari Lin Corporation, mahasiswi semester terakhir di bidang Desain Interior.

Saat ini ia sedang dalam perjalanan pulang dari Kota Beijing ke kota asalnya, Shanghai. Gadis itu diminta oleh ibunya untuk segera pulang karena kondisi kakeknya yang sedang kritis.

Untungnya gadis itu masih memiliki kesempatan untuk naik ke atas pesawat tersebut. Ia segera mencari bangkunya sesuai dengan nomor yang tertera pada boarding pass miliknya.

Sebelumnya ia telah memesan tempat duduk di kelas bisnis dan mendapat posisi duduk tepat di samping jendela pesawat. Di sampingnya telah duduk seorang pria berkulit putih, bertubuh tegap dan tinggi. Pria itu sedang menyenderkan punggungnya ke kursi dan menutup wajahnya dengan topi.

'Bukankah dia cowok yang tadi?' Netra Amira terbelalak syok. Ia tidak menyangka akan duduk bersebelahan dengan pria yang mempermalukannya tadi. Akan tetapi, ia tidak memiliki pilihan lain selain duduk di sampingnya. Dengan hati-hati, ia melewati kaki panjang yang menghalangi langkahnya.

Ia menghela napas panjang setelah berhasil mendaratkan bokongnya di bangku miliknya. Ia memilih untuk tidak mengusik pria di sampingnya tersebut.

'Shanghai, I'm coming!'

Senyuman sempurna menghiasi wajahnya. Akan tetapi, perlahan senyuman tersebut menghilang ketika ia membuka tas selempang kecil miliknya. Keningnya berkerut ketika tidak menemukan benda yang ia cari di dalamnya.

'Astaga! Apa aku ketinggalan? Aduh, kenapa aku bisa sampai lupa?' batin Amira cemas dan memukul keningnya pelan.

Sebenarnya gadis itu memiliki trauma naik kendaraan bersayap besi ini. Ia pernah mengalami kecelakaan pesawat ketika ia masih kecil. Saat itu pesawat yang ditumpanginya mengalami pergolakan yang luar biasa karena cuaca yang sangat buruk.

Ayahnya yang memiliki serangan jantung akhirnya harus meninggal di atas pesawat karena syok. Oleh karena itu, Amira pasti menyediakan obat tidur setiap kali ia berangkat menggunakan pesawat agar ia tertidur dan tidak mengingat tragedi tersebut. Akan tetapi, sialnya sekarang ia lupa membawanya karena ia terburu-buru tadi.

Pada saat kapten pilot menyapa para penumpang bahwa pesawat akan segera lepas landas, Amira mulai merasa cemas. Ia memejamkan matanya dengan kuat dan mencari pegangan untuk kedua tangannya.

Tangan sebelah kanannya tanpa sengaja memegang lengan pria yg tertidur di sampingnya. Gadis itu mencengkeramnya dengan kuat.

Pria yang tertidur tersebut tersentak, kaget dengan genggaman dari gadis di sebelahnya yang begitu tiba-tiba. Ia langsung terbangun dan melihat lengannya yang digenggam, kemudian menoleh ke samping.

"Hei, apa yang Anda lakukan?" tanyanya pada Amira dengan ekspresi wajah yang kesal karena tidurnya yang terganggu.

Pria itu melihat Amira masih memejamkan mata dan menggenggam lengannya. Akhirnya ia mengangkat tangannya yang tidak digenggam Amira dan menepuk lengan Amira dengan pelan.

Amira yang kaget melihat ke samping dan bertatapan dengan mata pria tersebut. Manik mata Amira yang besar dan bulat menatap mata pria tersebut yang tajam dan sinis. Pria tersebut menunjuk tangannya yang digenggam Amira. Akhirnya gadis itu tersadar dan melepaskan genggamannya.

"Maaf, Tuan" ucap Amira pelan sambil menggigit bibir bawahnya.

"Aduh ... malu-maluin aja aku! Kok bisa-bisanya memegang tangan dia sih," gumam Amira sendiri sambil menutup wajahnya dengan kedua tangannya.

Pria di sampingnya memegang lengannya yang kesakitan dan memijit dengan tangan satunya lagi. Ia mendengar gumaman Amira dan tersenyum.

"Apa kamu naksir padaku?" tanyanya dengan percaya diri.

"Hah?" Amira terkejut dengan ucapan yang dikeluarkan pria tersebut.

"E-Enak saja, siapa juga suka sama kamu! Sok kecakepan, huh!" balas Amira sambil mendelikkan matanya.

"Aku ingat. Tadi kamu juga kan yang mengajakku bicara." Pria itu memandang Amira dengan lekat.

Amira segera memalingkan wajahnya dan berpura-pura tidak tahu.

"Sekarang kamu malah megang tanganku kuat-kuat. Cantik-cantik tapi tenaganya kok kayak badak," ucap pria tersebut sembari berdecak pelan.

Amira ingin membalas ucapan pria itu, tetapi tiba-tiba ia teringat kembali bahwa dirinya sedang berada di dalam pesawat. Ia mulai merasa cemas kembali. Tubuhnya gemetar dan ia memejamkan matanya. Tanpa gadis itu sadari, lagi-lagi ia menarik lengan baju pria di sampingnya itu dan menenggelamkan wajahnya di lengan pria itu.

"Hei! Apa-apaan kamu, lepasin! Lepasin gak! Haish!"

Pria tersebut berusaha menarik lengan kemejanya yang ditarik Amira, tetapi ia melihat Amira yang mulai menangis sesengukan.

'Jangan-jangan wanita aneh ini takut naik pesawat?' terka pria itu.

Pria itu berdecak kesal. 'Ada-ada aja! Sial amat aku duduk di sebelahnya, haish!' batin pria tersebut dengan wajah frustasi.

Amira sama sekali tidak menggubris ucapan pria itu. Ia hanya berharap agar pesawat tersebut segera mendarat di Kota Shanghai. Pria itu hanya bisa pasrah saja dengan lengan kemeja miliknya yang masih ditarik oleh gadis di sampingnya.

To be continue ....

Note : Nama kota Serenity nanti mau aku ubah jd Shanghai aja ya dan Amigos jadi Beijing. tapi, aku belum sempat edit semuanya 🤣 semoga yg baca tidak pusing

Terpopuler

Comments

Rini Antika

Rini Antika

Sesuai janjiku d FB barusan, aku sudah mampir Kak, karyanya bagus, kakak ternyata udah senior,🤭 aku tunggu ya di karyaku, smg berkenan mampir..🙏

2022-08-21

0

Lintri Irwanto

Lintri Irwanto

singgah ya thor😁😁😁

2022-03-23

2

Vera Diani

Vera Diani

baru nyimak

2022-02-02

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1
2 Bab 2
3 Bab 3
4 Bab 4
5 Bab 5
6 Bab 6
7 Bab 7
8 Bab 8
9 Bab 9
10 Bab 10
11 Bab 11
12 Bab 12
13 Bab 13
14 Bab 14
15 Bab 15
16 Bab 16
17 Bab 17
18 Bab 18
19 Bab 19
20 Bab 20
21 Bab 21
22 Bab 22
23 Bab 23
24 Bab 24
25 Bab 25
26 Bab 26
27 Bab 27
28 Bab 28
29 Bab 29
30 Bab 30
31 Bab 31
32 Bab 32
33 Bab 33
34 Bab 34
35 Bab 35
36 Bab 36
37 Bab 37
38 Bab 38
39 Bab 39
40 Bab 40
41 Bab 41
42 Bab 42
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Bab 46
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bab 49
50 Bab 50
51 Bab 51
52 Bab 52
53 Bab 53
54 Bab 54
55 Bab 55
56 Bab 56
57 Bab 57
58 Bab 58
59 Bab 59
60 Bab 60
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66
67 Bab 67
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71
72 Bab 72
73 Bab 73
74 Bab 74
75 Bab 75
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78
79 Bab 79
80 Bab 80
81 Bab 81
82 Bab 82
83 Bab 83
84 Bab 84
85 Bab 85
86 Bab 86
87 Bab 87
88 Bab 88
89 Bab 89
90 Bab 90
91 Bab 91
92 Bab 92
93 Bab 93
94 Bab 94
95 Bab 95
96 Bab 96
97 Bab 97
98 Bab 98
99 Bab 99
100 Bab 100
101 Bab 101
102 Bab 102
103 Bab 103
104 Bab 104
105 Bab 105
106 Bab 106
107 Bab 107
108 Bab 108
109 Bab 109
110 Bab 110
111 Bab 111
112 Bab 112
113 Bab 113
114 Bab 114
115 Bab 115
116 Bab 116
117 Bab 117
118 Bab 118
119 Bab 119
120 Bab 120
121 Bab 121
122 Bab 122
123 Bab 123
124 Bab 124
125 Bab 125
126 Bab 126 (Ending)
127 Bonus Chapter
128 Minta Pendapat
Episodes

Updated 128 Episodes

1
Bab 1
2
Bab 2
3
Bab 3
4
Bab 4
5
Bab 5
6
Bab 6
7
Bab 7
8
Bab 8
9
Bab 9
10
Bab 10
11
Bab 11
12
Bab 12
13
Bab 13
14
Bab 14
15
Bab 15
16
Bab 16
17
Bab 17
18
Bab 18
19
Bab 19
20
Bab 20
21
Bab 21
22
Bab 22
23
Bab 23
24
Bab 24
25
Bab 25
26
Bab 26
27
Bab 27
28
Bab 28
29
Bab 29
30
Bab 30
31
Bab 31
32
Bab 32
33
Bab 33
34
Bab 34
35
Bab 35
36
Bab 36
37
Bab 37
38
Bab 38
39
Bab 39
40
Bab 40
41
Bab 41
42
Bab 42
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Bab 46
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bab 49
50
Bab 50
51
Bab 51
52
Bab 52
53
Bab 53
54
Bab 54
55
Bab 55
56
Bab 56
57
Bab 57
58
Bab 58
59
Bab 59
60
Bab 60
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66
67
Bab 67
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71
72
Bab 72
73
Bab 73
74
Bab 74
75
Bab 75
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78
79
Bab 79
80
Bab 80
81
Bab 81
82
Bab 82
83
Bab 83
84
Bab 84
85
Bab 85
86
Bab 86
87
Bab 87
88
Bab 88
89
Bab 89
90
Bab 90
91
Bab 91
92
Bab 92
93
Bab 93
94
Bab 94
95
Bab 95
96
Bab 96
97
Bab 97
98
Bab 98
99
Bab 99
100
Bab 100
101
Bab 101
102
Bab 102
103
Bab 103
104
Bab 104
105
Bab 105
106
Bab 106
107
Bab 107
108
Bab 108
109
Bab 109
110
Bab 110
111
Bab 111
112
Bab 112
113
Bab 113
114
Bab 114
115
Bab 115
116
Bab 116
117
Bab 117
118
Bab 118
119
Bab 119
120
Bab 120
121
Bab 121
122
Bab 122
123
Bab 123
124
Bab 124
125
Bab 125
126
Bab 126 (Ending)
127
Bonus Chapter
128
Minta Pendapat

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!