"Kamu mau bawa aku ke mana?" teriak Amira kepada Vincent yang sekarang sudah berada di dalam mobil porsche merah milik Amira dan mengemudikan mobilnya.
Tadi Vincent sempat merebut kunci mobil Amira di saat dia lengah dan sekarang Amira mau dibawa entah kemana. Vincent tidak memberikan jawaban apapun, dia hanya menatap lurus ke jalan. Amira benar-benar dibuat kesal olehnya.
Tring ... tring ... tring ...
Ponsel Amira berdering, ia mengangkat panggilan masuk tersebut.
"Halo Tif." Panggilan masuk itu dari Tiffany.
"Kamu kapan balik ke sini, Ami? Kamu tau gak Dosen Huang itu tiap hari mengomel gak henti-hentinya. Sudah semester akhir begini aja dia masih memberikan tugas ... HUUAAAAA," curhat Tiffany sambil berakting menangis histeris.
Amira menjauhkan ponselnya karena tidak tahan mendengar tangisan Tiffany yang menyakitkan telinga.
"Ami? Kamu masi di sana? Halo?" tanya Tiffany yang tidak mendapatkan tanggapan dari Amira.
"Iya ... iya ... aku belum tau kapan balik, mungkin lusa. Soalnya tunggu kakek keluar dari rumah sakit dulu," jawab Amira.
"Ya udah kalau gitu, nanti kabarin ya. Biar aku suruh Kak Leon yang jemput kamu di bandara hehehe ...," ucap Tiffany.
Amira mengembangkan senyumnya. "Kamu memang teman yang paling mengerti aku deh. Salam ya buat Kak Leon. Muaaaach."
CKIIIITTTTT ...! BUK ...!
Vincent mendengar nama 'Leon' yang keluar dari bibir Amira, tiba-tiba mengerem mobil yang dikemudinya sehingga membuat kening Amira terbentur dashboard mobil. Raut wajah Vincent berubah gelap, hatinya berasa panas.
"Aauwww .... Aduuuuhh .... Apa-apaan sih, kamu bisa nyetir gak sih?!!" teriak Amira sambil mengelus dahinya yang memerah.
"Halo, Ami. Kamu kenapa?" tanya Tiffany yang kaget mendengar suara rem mobil.
Vincent menatapnya tajam seperti harimau yang ingin menerkam mangsanya. Amira membalas tatapan Vincent dengan tajam dan menjawab Tiffany, "Gak pa pa, Tif. Udah dulu ya nanti aku telepon balik."
"Kenapa? Kamu kira aku bakal takut kamu tatap begitu? Wajar dong aku marah. Lihat nih dahiku merah begini. Kalau aku jadi bodoh gimana, kamu mau tanggung jawab?" tantang Amira sambil mengerucutkan bibirnya.
Vincent sedikit menyunggingkan senyumnya mendengarkan celotehan Amira. Gadis ini benar-benar bisa membuat hatinya bergejolak tidak menentu.
"Lagian bukan hanya sekali juga dahimu kebentur," ucap Vincent santai. (masih ingat kan Amira yang kebentur dahinya di jendela pesawat?)
"Apa maksudmu?" Amira mengernyitkan dahinya.
Vincent tidak mau menjawab pertanyaan Amira. Ia ingin menanyakan tentang siapa Leon yang disebutkan Amira tadi, tetapi diurungkan niatnya itu. Vincent menjentikkan jarinya di dahi Amira.
"Auw ... kau ... aduh ...." Amira meringis mengelus dahinya.
"Dasar bodoh!" ucap Vincent dan kembali melajukan mobilnya.
Vincent membawa Amira ke sebuah butik. Semua pelayan butik yang melihat kedatangan Vincent, mulai mendekati dan melayaninya.
Amira melihat tingkah laku para pelayan butik yang sepertinya sudah terbiasa dengan kedatangan Vincent.
Huh, dia pasti sudah sering membawa wanita ke sini, batin Amira.
Vincent menyuruh salah seorang pelayan butik untuk memilihkan gaun untuk Amira, gaun yang cocok untuk mengikuti jamuan makan.
"Bisa kamu jelaskan untuk apa kamu membelikan gaun untukku? Pakaianku saat ini masih bagus dan tidak perlu gaun baru," tanya Amira menatap Vincent kesal.
Soalnya Amira sudah bolak balik lima kali mengganti gaun yang dibawakan oleh pelayan butik itu, karena Vincent tidak suka dengan modelnya. Dan konyolnya lagi Amira mau saja mengikuti perintah Vincent untuk mengganti gaun yang menurutnya tidak bagus, sampai akhirnya kesabaran Amira habis dibuat kesal oleh Vincent.
Ada saja alasan yang dilontarkan Vincent, gaunnya terlalu mini. Bahu dan pundak yang terekspos ataupun belahan dada yang terlalu turun.
"Aku mau kamu menjadi pasanganku untuk menghadiri jamuan makan dari klienku," jawab Vincent santai.
"Untuk apa? Bukankah itu tidak ada hubungannya denganku?" jawab Amira makin heran dengan semua sikap Vincent.
"Kamu masih ada hutang padaku, ingat?" Vincent mengingatkan Amira.
"Lho ... bukannya aku tadi sudah membantumu mengusir wanita penggemarmu itu? Kamu kan sudah janji padaku tadi."
Mendengar jawaban Vincent, Amira merasa dirinya sudah tertipu.
"Aku tadi bilang hanya akan mempertimbangkannya saja. Lagian hutangmu sebanyak itu apa bisa lunas hanya dengan aktingmu yang jelek itu."
Vincent menunjuk gaun terakhir yang dibawa staf. "Coba gaun itu."
Amira mendengus kasar dan menghentakkan kakinya masuk ke kamar ganti.
Setelah berganti pakaian, Amira keluar dari kamar ganti. Sebelum Vincent berkomentar, Amira menyela terlebih dahulu, "Stop! Aku tidak mau dengar komentar apapun lagi, ini yang terakhir, aku tidak mau ganti lagi!"
Vincent manggut-manggut menatap Amira dalam balutan gaun berwarna biru langit dengan model mermaid sebenarnya menurut Vincent masih sedikit pendek tapi masih lumayan dibandingkan pakaian pribadi yang dipakai Amira sendiri.
Pakaian pribadi yang dipakai Amira sebelumnya terlalu terbuka dan seksi menurut Vincent, dengan bahu yang terekspos dan rok mini sebatas paha.
"Baiklah, yang ini saja," ucap Vincent akhirnya mengalah.
Setelah melakukan pembayaran, Vincent membawa Amira ke apartemennya.
"Hei, kamu ngapain bawa aku ke apartemenmu? Bukankah katamu mau ke jamuan makan?" tanya Amira heran.
"Nona Lin, bisakah kamu memanggilku dengan nama, huh? Apa kau tidak pernah diajarkan cara menyapa orang yang lebih tua darimu?" ucap Vincent sinis. Pasalnya dia sejak pertama bertemu tidak pernah mendengar Amira memanggil namanya atau menyapa dengan benar. Amira selalu memanggilnya 'Hei', 'Si mesum', atau 'Brengsek'.
"Bagaimana aku bisa tau namamu. Kamu aja belum pernah memperkenalkan dirimu, Tuan!" Amira mendengus kesal.
"Apa kau tidak pernah membaca berita? Kau tidak kenal siapa aku?" tanya Vincent tidak percaya bahwa ada orang yang tidak mengenal dirinya terutama seorang wanita.
Amira memutar bola matanya malas mendengar pertanyaan Vincent, "Ternyata selain mesum, kamu juga narsis."
"Vincent ... Vincent Zhang namaku, nona Lin. Ingat itu!"
Vincent memperkenalkan diri dan mengulurkan tangannya. Amira mendelik melihat uluran tangannya dan menyambutnya dengan malas.
Tanpa aba-aba, Vincent menarik tangan Amira dan mendekatkan wajahnya, ia berbisik dengan suaranya yang menggoda, "Kamu boleh memanggilku dengan panggilan 'Sayang' juga."
Amira mencebikkan bibirnya dan memutar bola matanya. Vincent turun dari mobil dan membukakan pintu mobil untuk Amira.
Amira enggan turun dari mobil. Ia takut terjadi hal-hal yang tidak diinginkan seperti dua hari lalu.
Tetapi bukan Vincent kalau tidak bisa memaksakan kehendaknya. Ia langsung membopong Amira layaknya sekarung beras di bahunya dan tidak lupa ia mengambil ponsel Amira yang ada di atas dashboard mobilnya.
"Lepaskan! Lepaskan aku! Tolong!" teriak Amira sambil memukul punggung Vincent.
Semua orang yang berada di sekitar apartemen melihat kejadian tersebut, tapi tidak ada yang berani menolong Amira.
"Pak, tolong pak! Ini orang jahat pak! Dia menculikku!" teriak Amira meminta tolong pada petugas keamanan di sana.
Petugas keamanan tersebut hanya menyapa Vincent dan membiarkan mereka berlalu.
Kenapa semua membiarkan si mesum ini lewat begitu saja? Dasar tidak berperasaan semuuaaa ...! teriak Amira dalam hatinya.
Setelah masuk ke dalam unit apartemennya, Vincent melempar tubuh Amira ke atas sofa.
"AAAAAA .... Apa kau tidak bisa lembut sedikit, hah?!" teriak Amira.
"Maaf tanganku tergelincir," ucap Vincent menggedikkan bahunya dan berjalan ke dapur. Ia membuka kulkas dan mengambil sebotol air mineral dan menawarkannya kepada Amira.
Amira segera mengambilnya dan meneguknya hingga setengah botol, ia kehausan karena habis berteriak meminta tolong tetapi sia-sia. Vincent tersenyum dan menggelengkan kepalanya.
Vincent melirik ponsel Amira yang ada di genggamannya, kemudian ia menanyakan hal yang mengganggunya dua hari ini.
"Kenapa kamu tidak membalas pesan yang kukirim, bahkan tidak dibaca? Kenapa?" tanya Vincent penasaran.
"Memangnya kamu ada kirim pesan?"
Amira mengerutkan dahinya kemudian teringat, "Oh itu ...."
Amira menyunggingkan senyumnya dengan wajah memelas, "Hehehe ... itu ...."
"Itu apa?" tanya Vincent tambah penasaran.
☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆
To be continue ....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 128 Episodes
Comments
runma
sweet bnget
2021-07-26
0
💎⃞⃟BS QᷞUͦEͮEͤNSELVIA°Аямў🔰
cantik cantik kok agak gesrek yah...tp gpp lah apa adanya dia...
2020-09-29
0
Choi Moon-hee
Lanjut besok lagi kak bacanya 😉
aku fav udah👍
2020-09-20
0