Vincent langsung menghambur ke dalam tubuh Amira yang mungil dan memeluknya dengan erat. Amira mengerjap-ngerjapkan matanya kaget. Setelah tersadar dari kagetnya, dia berusaha mendorong tubuh Vincent menjauh.
"Lepasin! Apa-apaan sih kamu!" teriak Amira kesal.
Vincent melepaskan pelukannya dan menatap Amira intens, "Kamu masih marah sama aku, Sayang?"
Vincent meraih tangan Amira dan menggenggamnya.
Apa katanya tadi? Sayang? Hueekk.. Dasar mesum sinting, gumam Amira dalam hati dan mendelik marah kepada Vincent.
"Hei, siapa juga yang ... mmmmmm ...."
Belum sempat Amira melayangkan protesnya, Vincent langsung mencium bibir Amira dan membuat Amira membelalakan matanya kaget.
Vincent menangkup wajah Amira dan menciumnya dengan lembut. Amira berusaha melepaskan ciuman Vincent, tetapi Vincent menarik pinggangnya agar mendekat.
Semua pengunjung restoran melihat adegan tersebut. Semua terkesiap dan terpana, termasuk dua orang yang duduk di meja pojok kanan, Lucas dan Anna.
Lucas segera mengeluarkan ponselnya dan memotret momen tersebut. Sedangkan Anna mengeratkan giginya dan mengepalkan tangannya kesal.
Amira memukul-mukul lengan Vincent, karena dia sudah kehabisan nafas. Akhirnya Vincent melepaskan ciumannya dan menempelkan dahinya pada dahi Amira.
"Jangan protes lagi atau mau kucium lagi?!" ancam Vincent pada Amira setengah berbisik.
"Ap ...."
Amira mau protes lagi tapi langsung membungkam mulutnya melihat Vincent yang sudah memincingkan matanya tajam.
"Vincent, dia ini pacar barumu?" tanya Anna yang sudah beranjak dari tempat duduknya dan berdiri di belakang mereka.
"Kau masih berhutang padaku, ingat? Kalau kau membantuku ... mungkin aku akan mempertimbangkan agar kau tidak perlu membayarnya," bisik Vincent di telinga Amira.
Setelah paham dengan maksud Vincent, Amira mengangguk kecil. Kemudian Vincent berbalik dan menghadap Anna, dengan tangannya di pinggang Amira.
"Bukan, dia bukan pacarku ...," jawab Vincent.
Anna tersenyum mendengarnya, tapi kemudian Vincent melanjutkan, "... tapi dia tunanganku."
Amira melotot mendengarnya.
Senyuman yang mengembang di bibir Anna perlahan memudar, tetapi dia tetap berusaha mempertahankannya.
"Oh ... begitu ... aku baru dengar, soalnya biasanya kalau orang besar sepertimu punya tunangan pasti sudah tersebar di media," Anna mencoba peruntungannya, dia masih tidak percaya.
"Kita memang menutupinya dari media, karena belum mengadakan resepsi. Iya kan, Sayang?" Vincent mengeratkan pelukannya di pinggang Amira.
Amira rasanya ingin muntah mendengar kata "Sayang" yang diucapkan Vincent. Tetapi mengingat ancaman Vincent dan hutangnya, Amira menyunggingkan senyum terbaiknya dan mengangguk.
"Iya Sayang. Kamu sih sibuk melulu. Kapan mau diumumkan pertunangan kita? Biar semua wanita yang tergila-gila padamu tau kalau kamu sudah ada yang punya, hahaha ...."
Amira mendelik ke arah Anna ketika mengatakan 'wanita yang tergila-gila'.
Vincent yang mendengar perkataan Amira merasa senang dan tersenyum lembut, "Maaf ya Sayang. Tenang saja, aku sepenuhnya milikmu kok."
Melihat perlakuan Vincent terhadap Amira yang penuh perhatian, Anna sudah tidak tahan lagi. Ia bergegas meninggalkan mereka dengan wajah masam, sedangkan Amira rasanya mau muntah mendengar perkataan Vincent.
Setelah kepergian Anna, Amira melepaskan genggaman Vincent dari pinggangnya dan mendelik ke arahnya dengan tatapan penuh amarah. Vincent hanya tersenyum menyeringai dan berlalu menuju meja yang ditempatinya tadi.
"Bisakah kau memberikan sedikit penjelasan padaku atas perbuatanmu tadi?" tuntut Amira kepada Vincent yang sudah duduk di sofanya. Vincent menengadah melihat Amira yang masih berdiri. Ia mengisyaratkan agar Amira duduk di depannya, di samping Lucas.
Masih dengan kemarahannya, Amira duduk di samping Lucas dan menatap Lucas sekilas dengan tatapan datar. Amira kembali menatap Vincent menuntut penjelasan.
"Tidak ada yang perlu dijelaskan, seperti yang kau lihat tadi," jawab Vincent acuh.
Mata Amira menatap tajam kepada Vincent menahan amarahnya, "Hah! Tidak perlu dijelaskan katamu? Seenaknya tanpa ijin, kau menciumku. Apa kau memang selalu mencium setiap wanita yang kau temui, ha?"
"Tentu saja tidak," Vincent menjawab dengan santai dan melanjutkan, "Bukankah ini juga bukan ciuman pertama kita, tidak ada yang perlu dibesar-besarkan."
"Uhuk ... uhuk ...."
Lucas yang sedang minum, tersedak mendengar perkataan bosnya. Wajah Amira memerah dan dia mengepalkan tangannya erat.
Tidak beberapa lama kemudian, makanan tersaji di meja mereka.
Vincent mencicipi satu per satu makanan tersebut, dan Amira menatap semua makanan yang tersaji di meja dengan berbinar-binar. Semuanya terlihat enak di matanya dan perut Amira memang sudah minta untuk diisi dari tadi. Vincent melihat tatapan Amira kemudian menyumpit satu potong daging ayam saus lemon dan mengarahkannya ke mulut Amira. Kelemahan Amira adalah makanan enak, dan Vincent sepertinya menyadari itu.
Amira melihat sumpit di depannya, daging ayam di depannya terlihat menggoda dan tanpa malu dia langsung menerima suapan dari Vincent. Dia sudah lupa dengan kemarahannya beberapa menit yang lalu.
Vincent tersenyum senang. Lucas melihat perubahan suasana hati bosnya sekarang. Lucas merasa berada di surga dan ingin rasanya mengabadikan momen itu dengan kameranya dan membagikannya di grup whatsapp kantor, tapi ia tidak mempunyai keberanian itu.
Vincent menyuapi Amira dengan setiap menu yang ada di meja. Amira dengan cueknya melahap setiap suapan yang disodorkan padanya. Sedangkan Lucas merasa dirinya berada di dunia lain.
"Aku bisa makan sendiri," ucap Amira sadar setelah melihat beberapa pengunjung kagum melihat Vincent menyuapi dirinya seperti sepasang kekasih.
Kemudian Amira meminta sendok dan sumpit kepada pelayan dan melahap setiap makanan di meja. Vincent hanya menatapnya dan Lucas hanya melongo melihat cara makan Amira yang tidak ada anggunnya sama sekali, layaknya seorang nona besar.
Setelah selesai menyicipi semua menu yang ada di meja (*y*ang tentunya sebagian besar dihabiskan oleh Amira), Vincent menawarkan menu penutup kepada Amira.
"Mau dessert?" tanya Vincent pada Amira yang dianggukin dengan cepat olehnya.
Vincent memanggil pelayan restoran, "Kamu mau dessert apa?" tanya Vincent dan dijawab dengan cepat oleh Amira, "Red Velvet."
Restoran velvet ini memang terkenal dengan dessertnya Red Velvet. Banyak pengunjung yang datang tidak akan melewatkan menu dessert tersebut, termasuk Amira.
Amira menyantap dessertnya seperti anak kecil yang polos. Vincent menatapnya dengan lembut. Vincent mengulurkan tangannya meraih bibir Amira, membuat Amira yang sedang asyik menikmati dessertnya tersentak. Vincent mengusap cream yang ada di sudut bibir Amira, kemudian mencicipi cream yang diambilnya ke dalam mulutnya.
"Manis," ucap Vincent dengan suara husky dan lembut. Lucas yang melihatnya bergidik ngeri.
Amira melongo sambil menggigit sendoknya. Ia merasa aneh dengan perilaku Vincent yang berubah penuh perhatian dengannya. Tapi Amira tidak mau ambil pusing. Amira mengamati dessertnya yang sudah habis dan melihat dessert di depan Vincent yang belum disentuh oleh pemiliknya.
"Hmm.. kamu gak mau?" tanya Amira.
"Nggak. Aku gak suka manis," ucap Vincent sambil beranjak dari tempat duduknya.
"Kalau begitu ... buat aku aja ya. Sayang kan kalau gak dimakan," ucap Amira mengambil piring dessert di depannya tanpa seijin pemiliknya.
Baru mau menyendokkan ke mulutnya, Vincent menarik tangan Amira ke atas dan memaksa Amira berdiri. Sendok di tangan Amira terlepas dan potongan kue terjatuh.
"Eeeh ... hei ... mau kemana?" teriak Amira karena tangannya ditarik oleh Vincent sambil berjalan meninggalkan Lucas yang bengong.
"Keluar," jawab Vincent santai.
"Tapi aku kan belum selesai," protes Amira.
Tiba-tiba Vincent menghentikan langkahnya dan berbalik, sehingga membuat Amira yang ditarik menabrakkan wajahnya di dada Vincent.
"Aduh!"
Amira meringis dan mengusap hidungnya yang merah.
"Memangnya sudah makan sebanyak itu masih belum cukup? Nanti pipimu tambah gemuk seperti b**i gimana?" ucap Vincent sambil mencubit kedua pipi Amira yang memang tembem.
Amira meringis dan mengerucutkan bibirnya. "Apa urusanmu? Hah! Aku mau jadi apa, gak ada hubungannya sama kamu?!" protes Amira lagi.
"Tentu saja ada, kamu kan tunangan aku," bisik Vincent di telinga Amira.
"Kau ...," baru mau melayangkan protesnya, Amira ditarik lagi oleh Vincent sampai ke parkiran.
☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆
To be continue...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 128 Episodes
Comments
runma
🤣🤣🤣🤣
2021-07-26
0
Fitri Maryani
dasar pasangan GK punya akhlak ber ciuman di tempat umum,,,jadi ikut malu sendiri AQ bacanya😊😊😊
2021-04-20
1
Krisna New
aku cmn bsa cengo
2021-04-16
1