Amira POV
Vincent menatapku dengan tajam, aku mengalihkan tatapanku, "Itu apa?"
Bagaimana aku mengatakannya? batinku.
Flashback 2 hari yang lalu
Ibu mengajakku menjenguk kakek di rumah sakit. Kakek menyambutku dengan gembira, kesehatannya berangsur-angsur membaik. Kami mengobrol cukup lama, sudah lama tidak berkumpul seperti ini.
"Ami, kapan kuliahmu selesai?" tanya kakek padaku.
"Tinggal satu semester, Kek. Aku tinggal membuat laporan akhir saja, Kek. Setelah itu, aku sudah bisa kembali ke sini menemani kakek selamanya," jawabku.
"Mulutmu manis sekali. Memangnya kamu gak mau menikah? Kalau kamu menemani kakek selamanya, suamimu bagaimana? Ada-ada saja kamu ini," ucap kakek padaku yang disambut anggukan ibu.
"Iya, kamu ini. Kakek ada Ibu yang menjaga. Kapan kamu akan mengenalkan calon menantu pada kami?" cecar ibu padaku.
"Ibu ... masa habis kuliah langsung disuruh nikah sih. Kan aku masih mau lanjut cari kerja!" protesku.
"Kalau cari kerja itu gampang, Kakek bisa bantu kamu. Tinggal kamu sebut aja mau di bagian apa, kakakmu pasti langsung mengiyakan."
"Iiih ... Kakek!! Aku gak mau kerja bareng kakak, yang iyanya nanti aku dikerjain sama dia," ucapku menolak tawaran kakek.
"Siapa suruh kamu suka ngerjain kakakmu."
Kakek mencubit hidungku dengan gemas. Aku mengerucutkan bibirku.
"Kalau kamu belum punya pacar, setelah Kakek keluar rumah sakit, Kakek kenalkan ke kamu, cucu-cucu teman Kakek," tawar kakek yang membuatku makin jengkel.
"Ya ampun Kek! Memangnya Ami gak laku apa. Pakai acara dijodoh-jodohkan segala!" Aku memanyunkan bibirku.
"Hahahaha ...."
Kakek dan Ibu tertawa membuatku makin kesal.
"Oh iya, kemarin kamu kemana? Katanya mau jenguk Kakek. Semalam juga Kakek telepon, gak kamu angkat."
"Masa sih? Memangnya Kakek ada telepon, kok aku gak tau."
Aku merogoh handphone di tasku dan mengeluarkannya.
Kulihat daftar panggilan masuk, ternyata Kakek memang ada telepon, tapi saat itu aku sudah terlelap. Kemudian kulihat ada panggilan masuk lagi dari Si Mesum itu.
Huh! Dia masih ada muka meneleponku?!
Aku merengut melihat namanya, kemudian aku langsung memblokir nomornya dari handphoneku!
End of flashback
"Ah ... itu ... aku memblokirnya," jawabku pasrah.
"APA?" Vincent menaikkan suaranya, aku memejamkan mataku erat.
"Iya, aku memblokir nomormu. Siapa suruh kamu berbuat seperti itu kepadaku, jadi aku kesal dan memblokirnya!" ucapku cepat dan segera berlari dari hadapannya. Tetapi tangan Vincent bergerak lebih cepat dan menarikku ke dalam pelukannya.
Dia memeluk pinggangku erat dan menyeringai, mendekatkan wajahnya padaku. Aku memalingkan wajahku. Dia membenamkan wajahnya dibahuku, kemudian menjelajahi leherku.
"Sepertinya kamu bukan gadis yang patuh," bisiknya di telingaku.
"Ini hukuman buatmu," lanjutnya dan mencium daun telingaku dan turun menjelajahi leherku mencium aroma tubuhku dan membuat gigitan kecil di belakangnya.
Astaga, si mesum ini, benar-benar mesum!
Aku meronta, tetapi tetap tidak bisa melepaskan diri, malah membuat tubuhku jatuh ke atas sofa dan dia di atasku.
Aku membulatkan mataku melihat posisi kami saat ini.
Benar-benar sungguh bodoh kamu, Ami!
Jantungku berdegup dengan cepat dan tidak beraturan, melihat matanya yang penuh seringai, suaraku tercekat.
Dia mengelus wajahku dengan punggung tangannya. Aku bisa merasakan hembusan nafasnya di wajahku. Dia menatapku dengan lembut, aku seperti tersihir olehnya.
Melihat tidak ada penolakan dariku, dia mendekatkan bibirnya ke bibirku. Ia menciumku perlahan dan meraih tengkuk leherku memperdalam ciuman kami, aku memejamkan mataku.
Tiba-tiba dering ponsel Vincent membuatku tersadar, aku mendorong tubuh Vincent dengan kedua tanganku, berusaha melepaskan ciuman kami.
Tetapi Vincent dengan cepat menahan kedua tanganku, dia mencium tengkuk leherku, menjilatinya dan membuatku sedikit melenguh. Dia tidak menggubris dering ponsel yang terus berbunyi.
"Vin ... Vincent ... hand ... handphonemu!" teriakku dengan suara terputus-putus, akhirnya ia menghentikan aktivitas mesumnya itu.
Vincent mendengus kasar, dan berdiri mengambil ponselnya. Aku mengangkat tubuhku dan duduk di sofa, menepuk-nepuk wajahku.
Ami, sadar Ami! Apa yang kau lakukan tadi?! Kenapa kau tidak menolaknya, malah menikmatinya?! Ingat bahwa yang kau suka itu Kak Leon, Ami! Kau tidak boleh terlena dengan si mesum ini! batinku seperti merapal mantra untuk melepaskan sihir Vincent dariku.
Aku menguatkan diriku dan menarik nafas panjang dan mengeluarkannya perlahan, berusaha menenangkan diriku.
"Tidak apa-apa, biarkan saja, tidak perlu dihapus," ucap Vincent yang masih menelpon dengan seseorang. Sepertinya ada hal penting, karena dia sempat terdiam dan mengecek ponselnya. Dia menelpon sambil menatapku. Mata kami bertemu, dia menyeringai. Entah siapa yang menelponnya, perasaanku tidak enak.
Aku segera memalingkan wajahku dan berdiri mengambil botol mineral yang kuminum yang kutinggalkan di atas meja mini bar tadi dan meneguknya hingga habis.
Setelah memutuskan telepon, Vincent menatapku. Ia berjalan ke arahku, mendekatiku sehingga membuat tubuhku mundur dan menabrak meja mini bar, aku menelan salivaku.
Dia mendekatkan wajahnya, aku memejamkan mataku erat dan menundukkan wajahku.
"Aku minta maaf, aku tidak akan memblokir nomormu lagi!" ucapku kemudian membuka satu mataku melihat ekspresinya.
Vincent menjentikkan jarinya di dahiku, membuatku meringis kesakitan, kemudian mengambil ponselku di atas meja mini bar dan melemparnya ke tanganku.
"Tidak ada lain kali lagi, buka blokirnya! Jangan sampai aku telepon lagi tidak bisa!" perintahnya padaku yang mendapatkan anggukanku dengan cepat.
Dengan segera aku membuka blokir nomornya di ponselku di hadapannya. Dia melihat namanya di daftar kontakku dan menatapku marah, aku menyengir dan dengan segera mengubah namanya menjadi 'Vincent', tetapi dia tidak suka dan merebut ponselku dan mengetikkan namanya sendiri, kemudian mengembalikannya padaku.
Aku melongo melihat nama yang diketikkannya di sana 'My Vincent'.
Dasar narsis!
Tiba-tiba aku teringat sepatuku yang tertinggal di apartemen Vincent, "Ehem ... dua hari yang lalu aku meninggalkan sepatuku di sini, apa kau masih menyimpannya?" tanyaku dengan hati-hati.
"Sudah kubuang!" jawabnya singkat.
"APAAAA?!"
Aku melongo mendengarnya. Rasanya aku ingin mencekik lehernya sekarang.
*H*iks ... sepatu kesayanganku ... Kak Leooonn ....
Dia berjalan meninggalkanku menuju kamar tidurnya, aku menghela nafas, rasanya sia-sia juga aku melawannya.
Ketika melihat dia masuk, aku terpikir untuk meninggalkan tempat mesum ini secepatnya, tetapi baru akan melangkahkan kakiku, Vincent keluar dari kamarnya.
"Jangan coba-coba berani kabur atau kau akan menerima hukuman lebih dari yang kuberikan tadi," ancamnya padaku. Aku menelan salivaku mendengar ancamannya.
Dia mengambil ponsel dan kunci mobilku. Tidak lupa ia mengunci pintu apartemennya dari dalam dengan kode sandi, kemudian masuk kembali ke dalam kamarnya.
Selesai sudah! Aku sudah tidak bisa kabur lagi!
☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆
To be continue ....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 128 Episodes
Comments
Vera Diani
Kaya Tom n Jerry aja mreka brdua y 😀🤣😂😘😍🥰
2022-02-03
1
Taz
Ami, ganteng dan gagah mana?
Apakah Vincent atau Leon?
2021-08-26
1
Taz
Ami jadi tawanan Vincent
Ami
2021-08-26
1