Di Kediaman Lin
CKIIIITTT! (suara rem mobil)
Amira memarkirkan mobilnya di pintu masuk rumahnya. Dia melirik jam di mobilnya menunjukkan pukul 8.30.
"Jam segini Kak Daniel dan Ibu pasti sudah di rumah," gumam Amira cemas. Dia menatap wajahnya di kaca spion mobil sebelum keluar dari mobilnya.
"Aduh, mataku bengkak begini lagi. Eyelinerku malah berantakan kemana-mana."
Amira membersihkan makeup nya yang berantakan dengan tisu basah dan merapikan rambutnya juga. Kemudian dia mengambil kaca mata hitam yang ada di dash board mobilnya dan memakainya.
"Nah, kalau begini kan tidak ketauan. Sip! Kamu memang cerdas, Ami," puji Amira pada dirinya sendiri.
Amira turun dari mobil dan merapikan pakaiannya, kemudian berjalan masuk ke dalam rumah. Amira berjalan mengendap-ngendap masuk ke dalam rumah.
"Nona, Anda sudah pulang?" sapa Bibi Lu yang baru saja keluar dari dapur.
Amira berhenti dan menatap Bibi Lu dari kacamata hitamnya dan mengisyaratkan kepada Bibi Lu agar jangan berisik.
Bibi Lu terheran-heran dengan sikap nona mudanya itu dan berbicara sedikit pelan, "Non, ngapain pakai kacamata hitam di dalam rumah?" tanya Bibi Lu penasaran.
"Sssttt.. jangan berisik....," ucap Amira setengah berbisik masih dengan tangan memposekan isyarat diam di bibirnya.
Tanpa dia sadari, Daniel sudah berdiri di belakangnya dan memperhatikan gerak gerik Amira yang aneh. Dia menepuk bahu Amira dan membuat Amira terperanjat.
"Aaaaaaaa....," teriak Amira kaget dan tiba-tiba membungkam mulutnya sendiri. Dia menatap Daniel yang sekarang sedang menyilangkan tangannya di dada dan memperhatikan dirinya. Amira menyunggingkan senyumannya yang kikuk.
Bibi Lu segera pamit dan beranjak pergi setelah disuruh oleh Daniel.
"Kamu habis dari mana?" Daniel memulai interogasinya.
"Dari rumah teman," jawab Amira masih berusaha mempertahankan senyum kikuknya.
"Teman yang mana? Sejak kapan kamu hobi nongkrong di rumah teman, selain kantorku?" tanya Daniel masih menginterogasi Amira seperti seorang detektif.
Amira menelan ludahnya dan menyadari kakaknya benar-benar memahaminya.
"Iya, tadi kebetulan ketemu teman lama waktu di SMA dulu, Michelle Lee, fans kakak ingat gak? Dia maksa aku ke rumahnya. Biasa.. dia mau ngorek-ngorek informasi tentang Kak Daniel," ucap Amira berbohong.
Dia tau kakaknya paling anti dengan Michelle, karena dulu Michelle selalu membuntutinya kemana-mana, sudah seperti seorang stalker sejati.
"Jadi? Kamu ngasih tau informasi tentang aku semuanya ke dia?" Daniel percaya dengan kebohongan yang dibuat-buat Amira.
"Ya nggak dong. Aku juga bisa mengerem mulutku," ucap Amira tersenyum penuh kemenangan.
"Bagus, kalau kamu paham." Daniel menghela nafas lega.
"Terus kamu ngapain pakai kacamata hitam di dalam rumah?" Daniel mendekati Amira dan tangannya meraih kacamata Amira tetapi dengan cepat Amira menahan kacamatanya.
"Eh eh eh, Kak. Ini namanya fashion, sekarang lagi trend tau, Kak. Kalau pakai kacamata hitam, mata kita gak silau kena lampu rumah yang terang begini," ucap Amira asal sambil menurunkan tangan kakaknya dari kacamatanya.
Daniel mengernyitkan dahinya dan menatap lampu rumahnya, mencerna ucapan Amira.
Dengan bergegas Amira berjalan menuju tangga dan setengah berlari menuju kamarnya di lantai dua.
"Kak, aku capek. Aku tidur dulu ya, daaaahhh," teriak Amira setelah berhasil menuju lantai dua.
"AMIRAAAAAA!" teriak Daniel setelah menyadari bahwa dia habis dikerjain adiknya.
"Fiuuuuuuhhh." Amira menghela nafas panjang setelah berhasil masuk ke kamarnya, tidak lupa dia mengunci pintu kamar.
Amira melepaskan kacamatanya dan melemparnya ke atas meja rias. Kemudian merebahkan dirinya di atas tempat tidur. Hari ini benar-benar melelahkan baginya, lelah fisik dan pikiran.
Ketika dia memejamkan matanya, sepotong ingatan tentang Vincent yang menciumnya tadi menari-nari di atas kepalanya. Dia segera berdiri dan mengibas-ngibaskan tangannya seolah-olah menghapusnya.
"Dasar mesum menyebalkan!" geram Amira menghentak-hentakkan kakinya.
Dia bergegas menuju ke kamar mandi. Hal pertama yang dilakukan adalah MENGOSOK GIGI DAN KUMUR-KUMUR !!!!
Setelah puas dengan ritualnya (menggosok gigi sambil menyumpahi Vincent hihihi ), Amira membersihkan dirinya di atas shower. Kemudian berganti pakaian tidur dan masuk ke dalam selimutnya yang hangat, berharap mimpi buruknya yang tadi berganti menjadi mimpi indah di dalam tidurnya.
Amira tidak menyadari dering handphonenya yang ada di dalam tasnya, karena sudah terlelap.
Keesokan paginya...
Pagi menjelang siang, cahaya matahari masuk melalui sela-sela jendela kamar, menyilaukan mata Amira yang masih enggan bangun dari tidurnya. Matanya terasa berat. Dengan enggan dia berjalan gontai ke kamar mandi, membasuh wajah.
"Oh My God! Ini siapa?!" teriak Amira pada dirinya sendiri di cermin. Kantung mata yang cukup tebal di bawah matanya menggantung, belum lagi matanya yang bengkak terasa malas untuk dibuka.
"Ini gara-gara si mesum sialan itu! Aissssh.... AARRGGHH!" Amira mempose dirinya yang kesal setengah mati di depan cermin.
Bagaimana tidak, semalam bukan mimpi indah yang mampir ke dalam tidurnya. Malam itu dia memimpikan Vincent yang terus mengganggunya bahkan melakukan hal 'itu' di dalam mimpinya, sehingga membuat Amira terbangun dan tidak berani tidur lagi hingga dini hari. Tetapi karena kantuk yang sangat hebat membuat matanya mau tidak mau terpejam juga.
"Awas saja kalau ketemu dia lagi, akan ku.. URRRGHH!" ucap Amira di cermin dan mengepalkan kedua tangannya.
Amira memoleskan make up tipis di wajahnya, terutama di area matanya, setelah itu Amira beranjak turun ke ruang makan di bawah.
"Pagi Bu," sapa Amira pada Nyonya Merina, ibunya.
"Pagi apanya, kamu gak lihat matahari sudah mau sampai di pantatmu," sindir Nyonya Merina pada anak gadisnya yang kesiangan.
Amira mengerucutkan bibirnya dan menghampiri ibunya yang sedang duduk di sofa ruang keluarga, "Iiih Ibu, belum juga tengah hari".
Nyonya Merina tersenyum, dan mengelus wajah anaknya. "Lho, matamu kenapa? Kok sepertinya agak bengkak?" tanya Nyonya Merina heran.
"Ah, masa sih Bu? Nggak kok. Perasaan Ibu saja."
"Ah aku sudah lapar, hari ini Bibi Lu masak apa?" Amira mencoba menghindari pertanyaan ibunya, dan beranjak menuju meja makan.
Nyonya Merina tau ada yang ditutupi-tutupi darinya, "Hari ini temani Ibu ya ke rumah sakit, jenguk kakekmu. Kata kakek kemarin kamu gak ke sana, kamu sibuk apa kemarin Sayang?" tanya Nyonya Merina menyelidik.
"Itu aku.. aku kemarin ke kantor kakak, terus ke mall ketemuan sama teman SMA ku. Sebenarnya mau ke rumah sakit, tapi temenku itu maksa aku ke rumahnya. Jadi ya, gak jadi deh.. HAHAHAHA."
Amira berusaha memaksakan tawanya dan tidak berani menatap ibunya.
"Aku sudah selesai makan, Bu. Ayo kita pergi sekarang," ucap Amira berusaha menghindar dari interogasi ibunya.
☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆
To be continue...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 128 Episodes
Comments
💎⃞⃟BS QᷞUͦEͮEͤNSELVIA°Аямў🔰
ekhemmm
2020-09-29
0
Rahma Inayah
spt nya crtnya menarik
2020-08-18
0
Mrs Cikal B. Pangrakit
semangat. #FA
2020-07-21
0