Di bandara Kota Shanghai.
Amira melakukan peregangan pada kedua lengannya, sambil mengayunkan badannya ke kiri dan ke kanan karena kelamaan duduk di dalam pesawat. Perjalanan di pesawat selama kurang lebih dua jam lima belas menit membuat badannya cukup pegal. Apalagi kalau mengingat dia lupa membawa obat tidurnya sehingga dia harus merasakan traumanya waktu kecil. Sungguh melelahkan.
"Tapi apa yang terjadi ya tadi di pesawat?"
Saking takutnya dan trauma, Amira sampai lupa kenapa dia bisa tertidur di pesawat tadi.
"Apa karena pria itu? Dan lagi pada saat aku bangun tadi, ada headset di telingaku yang memutarkan lagu, apa pria itu berusaha menenangkanku?" gumam Amira sambil mencubit dagunya dengan gaya sedang berpikir keras.
"Terus selimut di paha tadi, apa dia juga yang menutupnya? Aargh! Kok aku malah jadi mikirin pria itu sih? Dia juga ga baik-baik amat. Malah membuat kepalaku benjol begini," gumam Amira kesal sambil mengelus kepalanya yang masih terasa sakit.
Ponsel di tas Amira berdering membuyarkan lamunan gadis itu tentang pria tadi. Ia pun merogohnya dari dalam tasnya.
"Halo Tif," jawab Amira.
"Ami!" jerit suara di seberang telepon. Refleks Amira menjauhkan ponselnya dari telinga.
Ya itu suara teriakan dari teman baiknya, Tiffany Kim, teman satu apartemennya dan satu kampusnya di kota Amigos.
"Aduh Tif, ngapain teriak-teriak? Memangnya aku tuli apa? Sakit tau telingaku!" seru Amira kesal.
"Hehehe ... Maaf, maaf, aku kira kamu kenapa-kenapa tadi di pesawat. Soalnya pas aku lagi beberes di apartemenmu, aku ketemu obat tidurmu nih. Jadi gimana, kamu gak kenapa-napa kan? Tadi di pesawat gimana? Apa masih trauma?" cecar Tiffany yang memang tahu kondisi Amira.
"Thank you, Tif. Aku baik-baik aja kok. Tadi di pesawat juga aku tidur," jawab Amira menenangkan sahabatnya agar tidak kembali heboh.àq
"Tenang aja, thanks ya sudah mengkhawatirkan aku. Mungkin aku di sini sekitar satu minggu. Nanti aku kabarin lagi, oke? Kamu bisa kan mintain izin sama dosen-dosen kita?" lanjut Amira dengan nada memohon.
"Sip, asal jangan lupa dengan oleh-olehku, hehehe ...," jawab Tiffany terkekeh-kekeh.
"Iya ... Apa sih yang nggak untukmu," balas Amira tersenyum lebar, kemudian ia mendengar bunyi nada telepon masuk yang lain. Ia melihat nama yang tertera di layar, kemudian berucap, "sudah dulu ya, Tif. Ada telepon masuk nih dari Kak Leon."
"Cie ... Cie ... Oke deh. Bye," goda Tiffany.
"Bye," balas Amira dan langsung mematikan ponselnya, kemudian menjawab panggilan dari Leon.
"Halo Ami," ucap suara di seberang sana, Leon Kim. Amira tertegun mendengar suaranya yang lembut di telinga. Rasanya Amira ingin langsung bertemu dengannya.
"Halo ...?" ucap Leon lagi karena belum mendengar respon dari Amira.
"Eh ... I-iya. Halo, Kak," jawab Amira gugup.
"Kamu sudah sampai?" tanya Leon.
"Iya, Kak. Baru aja sampai. Lagi nunggu jemputan, ada apa, Kak?" tanya Amira penasaran karena tidak biasanya Leon menghubungi Amira duluan kalau tidak ada masalah penting.
"Hmm ... Enggak ada apa-apa, cuma ... mau tanya aja kapan kamu balik lagi ke sini? Ada hal yang mau kubicarakan," jawab Leon.
"Belum tau sih, Kak. Mungkin satu minggu, tapi nanti liat keadaan kakek dulu. Ada hal apa memangnya, Kak? Bicara di telepon saja," ucap Amira penasaran.
"Ya sudah. Bukan masalah penting kok. Nanti aja tunggu kamu balik. Oke deh kalau gitu. Bye," jawab Leon kemudian memutuskan teleponnya. Amira terheran sendiri sambil menatap ponsel di tangannya.
'Tumben Kak Leon nelpon, biasanya juga aku yang nelpon duluan, apa dia kangen padaku ya, hihihihi ....' Amira cekikikan sendiri sambil memikirkannya.
Leon Kim, 30 tahun, kakak dari sahabat baiknya Tiffany Kim, seorang dokter bedah umum di salah satu rumah sakit di kota Amigos. Amira sudah lama mengenalnya, dulu dia juga senior di kampusnya Amira dan merupakan idola kampus. Selain tampan, dia juga baik, banyak anak perempuan di kampus yang mengejarnya termasuk Amira. Tapi sampai sekarang, Amira belum berani menyatakan perasaannya.
Penyebabnya karena dia pernah melihat sendiri Leon menolak beberapa gadis yang menyatakan perasaannya dan dia tidak ingin bernasib sama karena itu lebih baik menyukainya dalam diam. Lebih baik seperti itu daripada ditolak dan tidak bisa dekat dengannya lagi. Itu pemikiran Amira.
Vincent POV
"Bos," sapa asistenku, Lucas.
"Hmm ...," jawabku dingin seperti biasa.
Lucas melihat ke arahku, "Bos, apa yang terjadi? Lengan kemeja anda kenapa kusut dan lusuh begitu?" tanyanya bingung karena biasanya aku selalu memperhatikan penampilanku.
Aku hanya diam dan berkata, "Kita balik dulu ke apartemenku."
"Baik, Bos," ucap Lucas sambil membukakan pintu mobil untukku.
Pada saat mau masuk ke kursi penumpang, aku melihat dari kejauhan wanita yang sangat kukenal, yang sudah membuat moodku hari ini berantakan. Ya dialah orangnya, si cewek badak!
Aku melihat dia sedang melamun sambil memegang ponsel, kemudian aku menyengir dengan licik.
Aku tidak jadi masuk ke kursi penumpang, "Sini kunci mobilnya," perintahku pada Lucas.
Lucas menyerahkan kunci mobilnya dengan tatapan bingung, "Kamu duduk di kursi penumpang aja, biar saya yang setir," perintahku lagi.
"Tapi Bos ...." Lucas masih bingung, aku tidak merespon ucapannya dan segera masuk ke kursi pengemudi. Lucas buru-buru masuk ke kursi penumpang.
Kulajukan mobil sport hitamku dengan cepat dan menghampiri si cewek badak itu. Kebetulan sekali ada genangan air di samping tempat dia berdiri. Sengaja kuberhentikan mobilku di sampingnya dengan melakukan rem mendadak, sehingga terdengar bunyi cipratan air dan roda mobilku yang berdecit diikuti suara teriakan cewek badak itu.
"KYYAAA!" teriak si cewek badak itu dengan histeris karena terkena cipratan dari genangan air di sampingnya. Sekujur tubuhnya basah kuyup. Aku tersenyum puas.
Dia menatap kesal ke arah mobilku dan mengumpat. Cewek badak itu menunjuk-nunjuk ke arah mobilku dan berteriak, "Hei, turun kamu! Bisa bawa mobil apa gak sih! Memangnya gak bisa lihat ada genangan di sini?!"
Senyuman menyeringai terukir di wajahku. Aku tidak menggubris ucapannya dan langsung melajukan kembali mobilku meninggalkan tempat itu menuju apartemenku.
"Bos ... itu ...." Lucas melihatku dengan bingung, mungkin dia heran dengan perbuatanku hari ini. Namun, ia akhirnya hanya diam saja dan tidak melanjutkan ucapannya.
To be continue...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 128 Episodes
Comments
Krisna New
dasar setan...org kaya sombong
2021-04-09
1
Riska DenisDeyza
jahat banget sih...😁😁😁
2020-10-12
0
Maria Rajasa
visualnya dong....
2020-10-05
0