"Sialan... terima ini bedebah," raungan dari Fu Along dipenuhi dengan amarah dan niat membunuh.
"Mountain Punch"
Energi ki besar terkandung di dalam pukulan Fu Along, disekeliling tangan Fu Along terlihat udara yang memutar dengan kencang. Disaat pukulan Fu Along melesat kedepan putaran udara ditangannya menyebar dan menjadi tekanan tak terlihat.
Agha merasa bahwa dia tidak bisa mengambil pukulan dari Fu Along sehingga dia menggunakan Vanishing Step mundur kebelakang untuk menghindari pukulan Fu Along.
Pukulan Fu Along menyebabkan riak tak terlihat di posisi Agha sebelumnya dan menghancurkan paving di bawah hingga membentuk sebuah kawah kecil.
"Serangan yang kuat. Hehehe sekarang giliran ku."
Agha segera melesat kedepan menggunakan Vanishing Step lalu menyerang Fu Along dengan Ajian Tapak Badra. Fu Along tertegun sejenak setelah menggunakan Mountain Punch hingga menyebabkan dirinya tidak bisa menghindari serangan dari Agha dan dia terlempar jauh kebelakang.
"Tuan... Anda bisa menangkapnya. Yang kecil ini akan pergi," ujar Agha pada anggota keamanan dan langsung pergi tanpa menunggu jawaban dari mereka.
Anggota keamanan dan warga disana tertegun ketika melihat adegan perkelahian yang luar biasa hingga mereka tidak melihat Agha meninggalkan tempat itu sampai salah satu anggota keamanan menahan Fu Along.
"Serangan yang dia miliki cukup kuat... ah... aku ingin lebih kuat dari saat ini."
Agha memikirkan teknik yang dimiliki Fu Along ketika dia pergi menuju Pusat distrik industri dimana bangunan lantai 3 dengan dekorasi kuat nan indah terpancar dari sana.
Bangunan itu berfungsi sebagai pusat dari seluruh distrik industri dan area kerja. Agha pergi menuju bangunan itu untuk menemui kepala pandai besi dan menanyakan senjata yang dia pesan.
Setelah memasuki gedung pusat industri, Agha segera melepas penyamarannya dan kembali ke penampilan biasanya lalu dia mengunjungi kepala pandai besi. Selain kepala pandai besi masih ada berbagai kepala dari pengrajin lainnya.
Agha bertemu dengan Rohen kepala pandai besi, dia menanyakan tentang kedua senjata yang dia pesan dan Rohen segera membawa Agha ke tempat gudang senjata disana Agha melihat berbagai senjata mulai dari perisai sampai busur panah.
Rohen menunjukkan kedua senjata kepada Agha. Agha melihat kedua senjata memiliki karakteristik yang berbeda dan terlihat mengesankan. Yang pertama dia lihat adalah pedang yang memiliki bilah melengkung di satu sisi dan sisi lainnya lurus.
Pedang yang memiliki panjang 1,5 meter dan diukir dengan bentuk yang kuno memiliki tujuh lubang pada bilah pedang, bentuk lubang yang semakin mengecil dari bawah menuju atas. Gagang pedang berwarna hitam legam yang terlihat sempurna dengan bilah pedangnya. Agha melihat pedang ditangannya dan menggumamkan namanya yaitu Seven Star Sword.
Agha mengalihkan perhatiannya dari Seven Star Sword ke senjata kedua yakni tombak. Tombak yang memiliki panjang lebih dari dua meter dengan batang tombak terbuat dari logam murni dan memiliki ukiran bernuansa naga,berwarna hitam legam. Agha melihat ujung tombak yang memiliki bentuk cukup unik dengan ujung yang lancip dan tajam.
Menatap ujung tombak dari kejauhan memberikan rasa dominasi pada Agha hingga dia memberi nama tombak tersebut Heavenly Dragon Spear.
Agha senang dengan kedua senjata yang ditempa oleh Rohen dan dia membawa kedua senjata itu kembali ke istana untuk mencobanya.
Ketika berjalan menuju istana Agha dipandangi oleh warga di sekitarnya.dia memiliki penampilan unik dan terkesan mendominasi saat ini.
Dengan pedang di pinggang kirinya dan tombak di tangan kanannya dia terlihat mendominasi.
Ketika dia hendak melewati gerbang tembok kedua dia dihadang oleh penjaga gerbang. disaat akan ditanyai, Agha membongkar penyamarannya hingga para prajurit tersebut terdiam dan meminta maaf atas ketidaksopannya, Agha mengabaikan mereka dan masuk kedalam.
Sesampainya di istana Agha beristirahat membaca buku seperti biasa di ruang pribadinya ditemani oleh Sakura.
"Sakura duduklah dan makan makanan yang ada disini," pinta Agha pada Sakura yang sedari tadi berjaga disampingnya dan menatap dirinya dalam waktu yang lama.
"Tidak usah Yang Mulia, saat ini saya sedang menjalankan tugas," jawab Sakura ketika ditanya oleh Agha yang serius membaca buku.
"Tidak apa duduklah."
"Maaf... Saya tidak bisa,Yang Mulia."
"Ah... baiklah...."
Agha lanjut membaca buku dan mengabaikan Sakura yang ada disampingnya. Meski Agha tidak bisa mengabaikan Sakura sepenuhnya karena bau harum dari tubuh Sakura menggelitik penciuman Agha yang mengakibatkan dirinya menjadi tidak konsenstrasi seperti sebelumnya.
"Aku rasa cukup untuk saat ini."
Agha keluar dari ruang pribadinya dan pergi menuju taman di halaman belakang dimana terdapat Akai monster yang kini telah dijinakkan dan menjadi tunggangan dari Agha.
Agha membawa kedua senjatanya dan berlatih kembali. Pertempuran melawan tentara bayaran hanya menghitung hari saja, esok hari akan menjadi titik awal keberangkatan pasukan menuju medan perang.
Seluruh persiapan telah dilakukan dengan baik jumlah pasukan cadangan yang cukup baik yakni 2500 pasukan yang terdiri dari infanteri.
Kali ini Agha ingin mencoba untuk melatih teknik pedangnya dia akan mencoba untuk menerapkan teknik Buntala Sahasra Juntrung pada penggunaan senjata pedang.
Mengambil nafas kemudian memejamkan matanya disaat membuka matanya dia terlihat sangat fokus dan penuh dengan konsentrasi.
Mengangkat pedangnya tinggi dan mengayunkannya. Disaat mengayunkannya pedang itu membentuk huruf s, lalu dia menusukkan pedang kedepan dan memutar-mutar pedang disertai dengan langkah kaki dan badan maju kedepan.
Lompatan dan ayunan tak henti dia lakukan. ayunan yang semula lembut dan memiliki irama pelan berubah dengan cepat menjadi sabetan tajam dengan irama kuat dan cepat.
Pola gerak tubuh yang menyesuaikan gerakan serangan pedang dia lakukan baik dari melompat hingga memutar-mutar tubuhnya. Hembusan angin tajam keluar disaat pedang diayunkan. Setiap serangan seperti menimbulkan gelombang udara.
Gerakan yang berubah-ubah dengan cepat memberikan dampak pada sekitar tubuhnya, kini di sekitar tempat ia berpijak terlihat seperti sebuah lingkaran dimana tidak ada udara hanya terlihat ayunan dan sabetan pedang.
Gerakannya seperti membuat sebuah lingkaran dengan serangan tanpa henti. Gerakan terakhir yang Agha lakukan berupa menyilangkan kedua tangannya dan melepaskannya ke arah depan, saat dia melepaskannya, udara terbelah ke segala arah membentuk sebuah lingkaran besar dari gelombang udara.
"Hufff..... ini baik."
Setelah berlatih dalam waktu yang lama Agha segera bermeditasi untuk menenangkan energi ki yang dia miliki. Dia melakukan hal ini untuk menguatkan fondasi kekuatannya.
Agha memikirkan penerapan teknik Buntala Sahasra Juntrung yang dapat dia terapkan pada pedang dan memberikan efek yang berbeda.
Dia berpikir bahwa setiap senjata dapat memberikan efek yang berbeda pada teknik ini atau memang teknik ini belum dia kuasai dengan benar. Kini Agha dibingungkan dengan teknik pemberian Gajah Mada.
Setelah bermeditasi Agha melanjutkan pelatihannya dengan menggabungkan Vanishing Step dengan Ajian Tapak Badra , selama Agha melatih kedua teknik itu dalam waktu bersamaan dia semakin menguasai teknik.
Agha menyelaraskan gerakan kedua tangan dengan langkah dan kuda-kuda yang ada pada Ajian Tapak Badra dan Vanishing Step.
Berlatih dan terus berlatih Agha lakukan agar dia semakin kuat, energi ki didalam tubuhnya semakin besar dan stabil. Dia berada diambang batas kenaikan.
Sebelum peperangan terjadi Agha berharap agar menembus energi ki tahap awal tingkat lima. Untuk menerobos tingkat lima Agha berlatih dan bermeditasi.
Hari dimana mereka berangkat menuju medan pertempuran tiba Agha menunggangi Akai, Goldie bear yang dia Kontrak Darah setelah ditaklukkan Sakura. Mereka berada di pusat militer didampingi Danadyaksa Gautama dan Gajah Mada.
Agha memandang seluruh pasukan yang berjumlah 7000 pasukan dimana terdiri dari 4500 pasukan utama dan 2500 pasukan cadangan. Dia melihat dua jendral lain Madhava Gautama dan Daisey Clemons. Jabari Mbanefo dan The Dark Vanguard.
Agha melihat infateri yang terdiri dari beberapa tipe pasukan seperti pengguna perisai tombak, perisai pedang, pengguna pedang, kapak, dan pengguna tombak panjang.
Mereka berjumlah 5500 yang akan dikomandoi dua orang yakni Danadyaksa dan Gajah Mada. Agha menengok pasukan pemanah yang dipimpin oleh Daisey Clemons dengan jumlah 1000. Yang terakhir pasukan kavaleri yang dipimpin oleh Madhava Gautama.
Agha sendiri akan mengomandoi The Dark Vanguard yang hanya diisi lima orang saja, yaitu Jabari Mbanefo, Albert Halstein, Mork Agn, Vicar Heraudsson dan Ner Riock.
Selain pasukan yang ada di pusat militer, disana juga ada Kavi Akhilendra yang akan diserahi tugas oleh Agha untuk mengatur kerajaan Agrapana selama mereka melakukan ekspedisi kali ini. Shinohara Sakura ikut dalam pertempuran kali ini dan berada di samping Agha.
"Prajurit tangguh Agrapana!!" teriak Agha dengan lantang.
"Maju...."
Setelah memberi komando, seluruh pasukan bergerak, seluruh warga kerajaan melihat parade pasukan yang menggunakan baju perang berwarna hitam legam terlihat antusias. Ketika pasukan melewati Ancient Plaza Warga bersorak-sorak
"Hidup Raja"
"Hidup Raja"
"Hidup Raja"
Seluruh pasukan berada pada semangat dan moral tertinggi, mereka tidak takut mati di medan perang seperti dulu setelah mengetahui adanya sistem baru untuk para prajurit yakni kompensasi kematian dan uang untuk pensiun, serta keluarga mereka yang ditinggal akan diurus oleh kerajaan. Ditambah dengan adanya "Army of Heroes" untuk mereka yang gugur di medan perang.
Hentakan kaki mereka menggetarkan bumi ketika berangkat. Niat membunuh membumbung ke langit ketika seluruh pasukan keluar dari tembok utama.
Kavaleri berada di barisan paling depan dengan para Jendral dan The Dark Vanguard. Mereka melakukan perjalanan hingga memakan waktu cukup lama dan sesampainya mereka di medan perang, petang telah tiba dan mereka mendirikan kamp disana.
Agha yang berada di tenda utama dengan para jendral mendengarkan laporan dari departemen malam tentang jumlah tentara bayaran serta pemimpinnya.
"Mari kita dengarlan laporanmu."
"Baik, Yang Mulia, tentara bayaran yang menyerang perbatasan kita dikenal sebagai Lustiana Sword. Mereka memiliki pasukan besar dengan jumlah 10.000. Mereka dipimpin oleh Laist dan memiliki empat komandan dibawahnya yakni Bordan Knovic, Alion Bertrand, Lud F'arn, dan Kiyo Reima. Hanya informasi ini yang kami ketahui untuk saat ini, Yang Mulia."
"Baik ini cukup bagus, sebenarnya informasi ini masih belum cukup, namun untuk saat ini aku akan memaafkannya karena departemen malam baru dibentuk. Aku berharap agar kalian dapat memenuhi harapanku."
"Ya, Yang Mulia. Kami tidak akan mengecewakanmu."
" Lalu jendral. Mari kita dengar rencana kalian untuk perang melawan Lustiana Sword."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 410 Episodes
Comments
John Singgih
sampai di Medan perang untuk menumpas perusuh
2022-04-17
0
Dwi_id
Good job
2021-03-21
0
Onicππ\√
😄
2020-11-27
2