Ketika Gajah Mada sampai di Kamp Militer,, dia melihat Madhava Gautama tengah berlatih dengan tombaknya.
Madhava menggerakkan tombaknya dalam berbagai gerakan dan hembusan udara membelah muncul ketika tombak Madhava diayunkan, dari tusukan hingga ayunan memperlihatkan kekuatan yang dimiliki Madhava Gautama.
Gajah Mada yang melihat kemampuan dari Madhava secara tidak sadar menggenggam tombaknya secara kuat dan dia menghampiri Madhava Gautama yang terlihat sangat fokus.
"Sungguh teknik yang kuat."
Madhava yang sedang berlatih teralihkan perhatiannya dengan suara Gajah Mada dari kejauhan.
Dia melihat Gajah Mada yang menghampirinya dan saat Gajah Mada menghampirinya, dia merasakan sebuah tekanan yang terpancar dari Gajah Mada. Tekanan yang perlahan semakin menguat terarah padanya.
"Hahahaha…. Ini tidak seberapa dibandingkan dengan Ayah, Jendral Gajah Mada," ucap Madhava dengan suara muda dan penuh energi.
"Oh…. Tuan Marsekal kah, ya dia terlihat kuat sekuat seekor singa. Yang aku tahu, seekor singa biasanya tidak melahirkan seekor anjing. Aku harap kau menjadi singa kecil bukan seekor anjing, Madhava."
Mendengar perkataan dari Gajah Mada yang terkesan merendahkan dirinya, Madhava hanya mengacuhkannya karena dia percaya dengan kekuatan yang dia miliki.
Selain itu, dia percaya dengan teknik yang ia pelajari dari ayahnya, teknik itu sendiri telah ia rubah dan dia menambahkan elemen-elemen dari teknik yang pernah digunakan lawan yang pernah ia hadapi.
Melihat tindakan dari Madhava yang mengabaikannya dirinya, Gajah Mada tidak marah melainkan dia tersenyum puas.
"Jendral Gajah Mada mari kita mulai pertarungannya."
Sembari mengucapkan kalimat tantangan, Madhava menaiki kudanya dan memacu kudanya kearah Gajah Mada dengan kencang, dia juga mengayunkan tombaknya.
Melihat Madhava dalam posisi menyerang, Gajah Mada menghentakkan kakinya pada perut kuda yang ia tunggangi dan melaju kearah Madhava bertahap dan pelan terkesan tidak dalam posisi bertahan atau menyerang, selain kuda yang berjalan perlahan, dia tidak mengayunkan tombaknya melainkan menggenggamnya.
Ketika jarak diantara Gajah Mada dan Madhava Gautama semakin dekat dan akan terjadi benturan, Gajah Mada mengubah posisi tombak yang dia pegang menjadi sebuah tusukan.
Ketika Madhava melihat perubahan posisi tombak Gajah Mada, dia mengubah posisi tombaknya yang sebelumnya ada di posisi menyerang menjadi posisi untuk menangkis.
Benturan tak terhindarkan ketika mereka saling berhadapan. Bunyi gesekan dan benturan besi terdengar dari kedua senjata mereka.
"Tring...tring..trang.…"
Ayunan tombak yang digunakan keduanya menimbulkan gesekan udara dan percikan-percikan yang terlihat seperti bunga api.
Madhava mengayunkan tombak sekuat-kuatnya menggunakan seluruh tenaganya, Gajah Mada menghindari ayunan tombak Madhava sembari melakukan gerakan tusukan kearah pinggang Madhava.
Merasakan sensasi dingin dari arah pinggangnya, Madhava memutar tombaknya.
Madhava terdorong mundur setelah memutar tombaknya dan dia menarik kudanya kembali sehingga dia mampu menyeimbangkan posisinya kembali, kemudian dia menatap Gajah Mada.
Madhava kembali memacu kudanya dan menerjang Gajah Mada lalu menarik tombaknya ke belakang seperti hendak melempar tombak kemudian dia menusukkan tombaknya ke arah depan.
Menggunakan gerakan itu ditambah dengan kecepatan kudanya, momentum yang dihasilkan dari gabungan keduanya sangat kuat.
Gajah Mada melihat terjangan Madhava dengan serius dan dia merasakan bahwa tusukan ini memiliki energi ki.
Dia segera melakukan tusukan yang sama seperti yang digunakan Madhava tanpa menggerakkan kudanya, dia tampak seperti patung saat ini.
Benturan kuat dihasilkan dari pertemuan kedua tombak tersebut dan Gajah Mada terdorong satu meter ke belakang sedangkan Madhava terdorong dan jatuh ke tanah.
Madhava memegang dadanya, dia merasakan bahwa dirinya menerima luka dari benturan tombak tadi.
Madhava segera berdiri dan memegang tombak dengan kedua tangannya lalu meluruskan tombaknya sejajar dengan posisi tubuhnya.
Madhava mengumpulkan ki dari dalam dirinya dan menyebarkannya keseluruh tubuh dan yang paling utama adalah tombaknya.
Terjadi perubahan pada tombak dan udara di tubuh Madhava, dia tampak berbeda dengan dirinya ketika menunggangi kudanya.
Sebelumnya dia terlihat tenang berbeda terbalik dengan dia yang saat ini terlihat penuh semangat.
"Bagus… bagus... Madhava aku tidak salah menilaimu, aku akan sedikit serius kali ini." Gajah Mada memberi pujian setelah melihat keadaan dari Madhava.
Gajah Mada juga turun dari kudanya dan segera mengayunkan tombaknya lalu memendam tombaknya ke tanah.
Gajah Mada mengumpulkan seluruh Ki yang dia miliki dan menarik tombaknya. Ketika dia menarik tombaknya Gajah Mada meminta restu dari ibu pertiwi dan langit yang menaunginya.
Dalam sekejap mata aura dari Gajah Mada yang sebelumnya tampak welas asih dan hening berubah menjadi keganasan medan perang dan haus darah yang menyerupai hewan buas.
Gajah Mada mengayunkan tombaknya dan melakukan sapuan, dia menerjang Madhava dengan Ganas. Hantaman demi hantaman dilakukan Gajah Mada pada Madhava yang mencoba menangkis serangan dari Gajah Mada.
Aura dan pertarungan mereka mempengaruhi udara disekelilingnya. Madhava mundur kebelakang lalu menghentakkan kakinya untuk menggempur Gajah Mada menusukkan tombaknya sekuat tenaga berkali-kali sehingga tusukkan yang dilakukan Madhava tampak seperti bayang-bayang.
"Terima ini... Zece Fulgere." Mendapat serangan bertubi-tubi dari Madhava, Gajah Mada menangkis dan menghindarinya, dia cukup terdesak dengan tusukan-tusukan tombak yang dilancarkan.
Gajah Mada memutar tombaknya dengan sangat cepat dan mengarahkan putaran tombaknya ke dalam teknik yang dilancarkan Madhava kemudian menyabetkan tombaknya.
Tusukan yang dilancarkan Madhava dipatahkan Gajah Mada dengan sabetan yang terarah ke pinggang Madhava.
Madhava terpental setelah menerima sabetan dari Gajah Mada, segelintir darah keluar dari mulutnya. Saat Madhava hendak berdiri dia melihat tombak yang mengarah ke dirinya dengan kecepatan tinggi dan menimbulkan suara yang memekakkan telinga.
Selain melihat tombak yang meluncur ke arahnya dia juga melihat Gajah Mada di belakang tombak itu.
Madhava menghindari tombak yang mengarah padanya namun dia masih menerima kerusakan dari tombak itu.
Gajah Mada mengambil kembali tombak yang tertanam di tanah, lalu dia menarik tombaknya. Ketika tombak Gajah Mada ditarik retakan muncul di tempat tombak itu tertanam.
Gajah Mada hanya diam dan menatap Madhava yang kini tampak kesusahan untuk berdiri, memutar-mutar tombaknya lalu menaruh dan menahannya di punggung.
"Apa hanya seperti ini kemampuanmu, Madhava?"
Madhava mendengar seruan dari Gajah Mada memiliki wajah masam dan dia segera bangkit dan memposisikan dirinya seperti sedia kala.
"Tidak Jendral, aku masih memiliki kemampuan lebih dari ini."
"Oh ... lalu tunjukkan padaku seluruh kemampuanmu yang sebenarnya."
Madhava mengumpulkan ki yang dimilikinya dan mengirim energi ki itu ke tombaknya lalu dia kembali menggunakan kuda-kuda untuk melakukan gerakan tusukkan.
"Zece Fulgere"
Mendengar teknik Madhava yang sebelumnya dia digunakan, Gajah Mada kembali menangkis dan menahan tusukan-tusukan itu.
Saat dia menahan tusukan dari Madhava dia merasa bahwa ki yang terkandung pada tusukan dari teknik ini berbeda terasa seperti ular yang meliuk-liuk.
Tiba-tiba tusukan yang dilancarkan Madhava yang sebelumnya tajam mulai berliuk-liuk dan berbelok tidak beraturan namun tetap mengarah pada dirinya.
Merasakan tusukannya semakin berbelok-belok Gajah Mada yang memutar-mutar tombaknya untuk menahan tusukan itu, merubah gerakan ayunan dan sabetan dari segala arah.
Dua teknik yang digunakan mereka terus berbenturan dan semakin intens, disaat pertarungan semakin intens salah satu sabetan dari Gajah Mada mengenai pinggang Madhava yang telah terluka.
Mendapat serangan ditempat yang telah terluka Madhava mengeluarkan seteguk darah segar dari mulutnya
"uhuk"
Melihat Madhava yang mengeluarkan darah Gajah Mada cukup cemas karena dia tidak ingin membunuh atau memberi luka fatal untuk Madhava.
"Untuk pemuda di usiamu, kau sudah cukup kuat Madhava. Hahaha... teknik apa yang kau gunakan barusan itu terlihat berbeda dari teknik sebelumnya."
Sembari mengusap darah di mulutnya Madhava memberi tahu nama tekniknya. Kemudian dia menanyakan apakah Gajah Mada menggunakan salah satu teknik yang dia miliki ketika berhadapan dengannya.
Madhava memberitahu nama teknik yang dia gunakan terakhir kali yakni Zece Mize de Serpi Fulgere, tak lupa dia juga mengatakan jika teknik ini dia kembangkan dari terknik pertama.
Mendengar nama teknik itu Gajah Mada cukup senang, terlebih lagi setelah dia tahu teknik itu dikembangkan sendiri oleh Madhava sebagai bentuk peningkatan dari teknik yang diturunkan ayahnya.
"Aku akan memberitahu nama teknik yang kugunakan setelah kau bisa menahan serangan ini."
Mendengar kata-kata Gajah Mada, Madhava segera mempersiapkan diri. Tekanan dan aura kuat terpancar dari tombak Gajah Mada dan dia menerjang seperti hewan buas kearah Madhava sambil memutar tombaknya kemudian ayunan kuat muncul dari atas yang mengarah ke kepala Madhava.
Madhava menahan ayunan dari Gajah Mada dengan tenaga dan kekuatan yang tersisa, dia menahannya menggunakan batang tombaknya.
"Hanya dengan kekuatan kecil kamu mampu menahannya, bagus.. .. bagus."
"Aku akan memberitahu nama teknik yang kugunakan."
Madhava hampir ambruk ke tanah, lalu dia mendengar bahwa dia mampu menahan serangan Gajah Mada, Madhava tersenyum. Dia tahu bahwa di saat-saat terakhir serangan, Gajah Mada menghilangkan tekanan dan kekuatan pada tombaknya.
"Terima kasih, Jendral."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 410 Episodes
Comments
John Singgih
kalah dari gajah mada
2022-04-17
0
si pengacau
nama tekhniknya aneh, nggak cocok dgn nama karakternya goblok kwkwkwkw
2021-07-31
1
Awel Al-Lukman Al-Hakim
keren
2020-06-18
5