Sistem :"Selamat pengguna mendapatkan karakter sejarah."
Mendengar suara sistem, Agha menatap sosok paruh baya di depannya.
"Jadi begini cara kerja pemanggilan, sangat unik. Aku dapat meggunakannya dan menyebutnya sihir sebagai alasan ketika paman menanyakannya,"pikir Agha.
Melihat cahaya di ruang raja membuat Danadyaksa menjadi waspada, dia berpikir ada musuh yang menyelinap ke istana dan hendak membunuh Raja.
Terutama semua terjadi di waktu yang sensitif ini dan peristiwa pembunuhan pada saat penobatan Agha. Danadyaksa mengasumsikannya menjadi seperti itu.
Tapi asumsi yang dimiliki Danadyaksa dipatahkan ketika sosok yang muncul dari cahaya itu memanggil Raja sebagai tuannya.
Danadyaksa tercengang akan keadaan ini, selain tercengang dia juga penasaran bagaimana sosok itu dapat memasuki istana yang dijaga oleh ratusan prajurit dan juga dia bisa meloloskan diri dari deteksi Danadyaksa.
"Perkenalkan dirimu, wahai prajurit gagah," ujar Agha ketika dia menatap sosok paruh baya di depannya, ucapanya menyatakan bahwa dia tidak terlalu mengenal sosok itu. Agha memang memiliki beberapa kandidat nama tentang sosok itu namun dia tidak yakin.
"Nama hamba Gajah Mada, Tuanku." Suara yang berwibawa serta dalam terdengar sangat kuat, muncul begitu Gajah Mada berbicara.
"Gajah Mada, apakah dia Mahapatih Gajah mada dari Kerajaan Majapahit yang terkenal dengan Sumpah Palapanya. Aku harus memastikannya jika benar adanya, aku sangat beruntung," pikir Agha
Ketika Agha memikirkan identitas Gajah Mada. Danadyaksa yang melihat wajah Agha menyeringai, dia mengajukan pertanyaan yang membuyarkan konsentrasi Agha.
"Tuan Muda, apakah Anda mengenalnya?"
"Aku sedikit tahu tentangnya namun aku tidak mengetahuinya secara pasti."
"Kenapa Tuan Muda tidak menanyainya, dengan pengetahuan yang dimiliki Tuan Muda tentang dirinya?"
"Ya Paman, memang aku hendak menanyainya namun Paman menyelaku."
"Hahaha….begitu. Maafkan saya, Tuan Muda."
"Tidak apa-apa, Paman."
Gajah Mada melihat dua orang yang sedang bercakap-cakap didepannya. satu orang yang dia anggap sebagai Tuan masih sangatlah muda dia terlihat seperti seorang remaja, namun remaja itu memiliki pesona sendiri.
Pesona itu terpancar dari matanya yang menunjukkan kekejaman namun kekejaman itu hilang dalam sekejap dan digantikan oleh tatapan remaja biasa yang tertarik akan hal baru. Dan yang satu nya laki-laki paruh baya yang tampak kuat dan memiliki tekanan seperti veteran jendral perang. Mendengar percakapan kedua orang itu Gajah Mada hanya diam dan memperhatikannya.
"Maafkan kekasaranku Gajah Mada, karena mengabaikanmu."
"Tidak apa-apa, Tuan."
"Hahaha…kau cukup baik Gajah Mada. Kalau begitu aku ingin menanyakan sesuatu."
"Tuan ingin menanyakan apa? hamba akan menjawabnya."
"Yah… aku hanya ingin memastikan saja. Gajah Mada, apakah kamu mengetahui sesuatu tentang Majapahit?"
"Yah aku harap dia benar-benar Mahapatih Gajah Mada,"pikir Agha setelah mengutarakan pertanyaan itu kepada Gajah Mada yang sedang berlutut di hadapannya.
"Tuanku, apakah yang kau maksud Majapahit adalah sebuah Kerajaan, maka hamba tahu tentang itu. Jika itu bukan Majapahit yang hamba maksud, maka hamba tidak tahu Tuan."
"Ya, Gajah Mada. Apa kau tentang Kerajaan itu?"
"Ya, Tuanku. Hamba pernah menjadi punggawa di Kerajaan itu dan menjadi salah satu punggawa penting di kerajaan Majapahit."
"Hahahahaha…."
Ketika mendengar jawaban dari Gajah Mada, kini Agha yakin bahwa dia adalah Mahapatih Gajah Mada yang terkenal akan kepemimpinannya dalam penaklukan dan membantu Rajanya mendirikan Kerajaan yang besar dan dikenal sebagai Kerajaan Majapahit.
Danadyaksa yang dari tadi hanya memperhatikan Agha dan sosok yang bernama Gajah Mada saling bertukar kata. Tiba-tiba saja dia membuka mulutnya ketika mendengar tawa lepas dari Agha, dia kaget dengan tawa lepas itu.
"Kenapa Tuan Muda tiba-tiba tertawa apakah sesuatu memasuki kepalanya.oh… dewa dan leluhur aku mohon jangan sampai itu terjadi. kini tuan muda telah berubah, aku mohon jangan ubah dia. Aku tidak ingin melihat Tuan Muda seperti dulu atau gila. Oh dewa biarkan Tuan Muda…. ampuni dia dewa," pikir Danadyaksa.
"Tuan muda, apakah Anda baik-baik saja?" tanya Danadyaksa yang sedang bingung.
Tidak hanya Danadyaksa yang heran dan terkejut, Gajah Mada juga mengalami hal itu setelah mendengar tawa tanpa sebab dari orang yang kini menjadi tuannya.
"Oh…aku baik-baik saja, Paman. Kenapa paman bertanya seperti itu?"
"Syukurlah, Tuan Muda. Saya khawatir dengan Anda karena tiba-tiba tertawa tanpa sebab."
Setelah mengetahui keadaan dari Agha. Danadyaksa merasakan perasaan lega di dalam hatinya. Dia mulai tenang dan tidak terlalu khawatir kembali, Gajah Mada juga memiliki Perasaan yang sama. Sebelumnya dia pikir tuannya memiliki masalah karena tiba-tiba tertawa sendiri.
"Aku…hanya terlalu bahagia, Paman. Tenang saja... "
"Tentu saja aku akan bahagia, bagaimana aku tidak bahagia setelah mengetahui identitas sebenarnya dari Gajah Mada, sampai-sampai tawaku keluar dengan sendirinya," pikir Agha.
Setelah identitas dari Gajah Mada terkuak, Agha mengangkat Gajah Mada menjadi seorang Jendral dan peringkatnya satu tingkat dibawah Danadyaksa.
Selesai menjadikan Gajah Mada menjadi Jendral, Agha memerintahkan seorang pelayan untuk mengantar Gajah Mada ke kediaman barunya dan meminta Gajah Mada untuk datang menemuinya nanti.
Gajah Mada diantar pelayan keluar dan melihat kediaman barunya. Setelah melihat Gajah Mada keluar, Agha mulai menjelaskan cahaya yang berada di ruang raja dan kemunculan Gajah Mada setelah Danadyaksa menanyakannya.
"Mari kita berlatih kembali, Paman. Aku ingin segera menguasai Ajian Tapak Badra dan aku bisa mempelajari teknik lain."
"Bukankah Tuan Muda ingin membicarakan hal penting."
"Ah... benar Paman, aku lupa akan hal itu." agha mengatakannya dan tertawa malu.
"Lalu, apa yang ingin dibicarakan Tuan Muda?"
"Ingatkah Paman, ketika aku tiba-tiba terjatuh di saat pertemuan penobatan dilaksanakan." Danadyaksa memikirkan kejadian dimana Agha terjatuh dan lemas seperti orang mati.
"Ya, saya mengingatnya Tuan Muda."
"Pada saat itu, aku diberi segelas anggur oleh seorang pelayan, dan pelayan itu memiliki ciri-ciri sama seperti pelayan yang di sewa Lust namun dia seorang perempuan."
"Yang benar saja, Tuan Muda." Danadyaksa terkejut dengan ucapan Agha yang mengatakan jika dia juga diracuni oleh seorang pelayan.
"Iya, Paman. Aku mengingatnya dengan jelas, namun yang membuatku bingung adalah mereka tidak sama Paman, yang kumaksud adalah jenis kelaminnya."
"Ini... sungguh…."
Kerutan kening muncul di dahi Danadyaksa ketika mendengar Agha membicarakan pelayan. Dia heran mengapa seluruh kejadian yang ada pada Kerajaan Agrapana ditimbulkan oleh seorang pelayan, dan kini dia tidak bisa mengaitkan petunjuk-petunjuk yang dia ketahui.
Dengan ucapan Lust dan Agha. Danadyaksa hanya bisa menyimpulkan bahwa mereka tidak terkait satu sama lain namun ada kemungkinan bahwa mereka terkait meskipun itu sangat kecil, dan Danadyaksa mengutarakan pemikirannya kepada Agha.
"Sudahlah, Paman. Untuk saat ini, kita tidak terlalu memusingkannya. Lebih baik kita benahi Kerajaan ini dan yang paling utama meningkatkan kekuatan kita."
"Ya, Tuan Muda. Kita tidak perlu khawatir disaat kita memiliki kekuatan yang besar."
"Lalu Paman, mari kila lanjutkan latihan yang tertunda."
"Mari, Tuan Muda. Aku tidak akan memberi waktu istirahat untukmu Tuan Muda dan ini akan menjadi lebih keras dari sebelumnya."
"Ya, Paman. Aku akan memberikan yang terbaik."
..--..
Setelah mengakhiri latihannya Agha menemui Kavi yang berada di ruangnya.
"Menteri Kavi, apakah kau sudah bertemu dengan Gajah Mada?"
"Saya sudah bertemu dengannya, Yang Mulia."
"Baguslah.... lalu jangan panggil aku Yang Mulia, panggil saja Tuan Muda seperti Paman Danadyaksa."
"Tapi... Yang Mulia."
"Cukup... ini perintah."
"Baik, Tuan Muda."
Disaat Agha dan Kavi mendiskusikan sesuatu, menteri Jovic muncul dan meminta masuk ke dalam ruang pribadi Raja. Dia diperbolehkan masuk setelah seorang prajurit meminta izin dan Agha memberikan izin.
..--..
Ketika Madhava mendengar bahwa ada seorang jendral baru yang peringkatnya lebih tinggi dari dirinya. Dia ingin bertemu dengan Gajah Mada, Madhava ingin melihat orang yang melewati dirinya dalam pangkat militer dan dia ingin mengetahui bagaimana sosok yang menjadi jendral tertinggi.
Madhava ingin menguji Gajah Mada dan dirinya sendiri siapa yang terbaik diantara mereka berdua. Ketika Madhava mencari Gajah Mada di Kamp Militer, dia melihat Menteri Jovic yang terburu-buru pergi ke istana.
Setelah kejadian di Great Hall, Madhava heran kenapa hanya menteri Jovic dan keluarganya yang selamat sedangkan yang lainnya dihukum. Namun Madhava tidak terlalu memikirkan hal ini karena dia yakin Raja pasti memiliki rencana sendiri, walaupun dia tidak yakin sepenuhnya.
"Dimana sih Jendral baru itu, aku sudah pergi ke kediamannya dan mencarinya di Kamp Militer ,namun dia tidak ada disana."
"Arrghhh… Mungkinkah dia takut padaku. Hmm… tidak, tidak mungkin dia takut padakukan... kudengar dari para prajurit yang melihatnya dia benar-benar terlihat sangat kuat."
Madhava berbicara sendiri diatas kuda coklat besar. Disisi lain Gajah Mada yang sedang berjalan-jalan di sekitar Great Hall dan mendengar tentang sumpah Raja, dia teringat akan sumpah yang pernah dia utarakan untuk kerajaan Majapahit.
Kini Gajah Mada yang telah diangkat menjadi seorang jendral pangkat tinggi di Kerajaan Agrapana, dia mulai membiasakan diri dan mulai mencari tahu tentang Raja yang memimpin Kerajaan ini. dan dia cukup terkejut ketika dia tahu bahwa Raja belum terlalu lama naik tahta.
"Takhta Tuanku belum terlalu stabil saat ini namun dia sudah menghilangkan sedikit rintangannya. Hahaha….ini sungguh menarik. Akankah aku mampu memimpin pasukan besar seperti dulu lagi, aku menantikannya.Tuanku aku Gajah Mada yang dulunya adalah Mahapatih di Kerajaan Majapahit akan mendedikasikan hidupku untukmu."
Itulah pemikiran yang tertanam didalam pikiran Gajah Mada setelah dia mengetahui kondisi kerajaan Agrapana saat ini.
Madhava yang telah berkeliling dan mencari Gajah Mada akhirnya dia menyerah dan menunggu pertemuannya dengan Gajah Mada di kamp prajurit.
NB: ini beberapa sejarah tentang Mahapatih Gajah Mada
-Gajah Mada (wafat k. 1364) adalah seorang panglima perang dan tokoh yang sangat berpengaruh pada zaman kerajaan Majapahit Menurut berbagai sumber mitologi, kitab, dan prasasti dari zaman Jawa Kuno, ia memulai kariernya tahun 1313, dan semakin menanjak setelah peristiwa pemberontakan Ra Kuti pada masa pemerintahan Sri Jayanagara, yang mengangkatnya sebagai Patih. Ia menjadi Mahapatih (Menteri Besar) pada masa Ratu Tribhuwanatunggadewi, dan kemudian sebagai Amangkubhumi (Perdana Menteri) yang mengantarkan Majapahit ke puncak kejayaannya.
- sumpah palapa yang terkenal hingga saat ini:
" Sira Gajah Mada pepatih amungkubumi tan ayun amukti palapa, sira Gajah Mada: Lamun huwus kalah nusantara ingsun amukti palapa, lamun kalah ring Gurun, ring Seram, Tañjungpura, ring Haru, ring Pahang, Dompu, ring Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, samana ingsun amukti palapa "
bila dialih-bahasakan mempunyai arti:
" Ia, Gajah Mada sebagai patih Amangkubumi tidak ingin melepaskan puasa, Gajah Mada berkata bahwa bila telah mengalahkan (menguasai) Nusantara, saya (baru akan) melepaskan puasa, bila telah mengalahkan Gurun, Seram, Tanjung Pura, Haru, Pahang, Dompo, Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, demikianlah saya (baru akan) melepaskan puasa "
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 410 Episodes
Comments
John Singgih
ternyata dia Mahapatih gajah mada
2022-04-16
0
Banyu Ai Tsin Teinan
next thorr
2021-02-03
0
~H∆LUsinN∆SI~
luar biasa
2021-01-25
0