Bab 8 Surat Cinta

Tidak terasa kini sudah satu minggu mereka menjalani MOS, sekarang merupakan hari terakhir mereka MOS. Seperti kesepakatan awal, hari ini akan menjadi hari yang tidak akan pernah di lupakan oleh para siswa-siswi baru.

Para panitia berusaha bekerja semaksimal mungkin menyiapkan panggung untuk pentas yang akan di tampilkan setiap kelas. Baik menyanyi atau menari ataupun keduanya. Yang terpenting setiap kelas harus menunjukkan pentas demi memeriahkan acara, dalam pentas ini pun akan diadakan penilaian yang mana akan mendapatkan hadiah. Begitupula dengan pengumuman pemenang surat cinta.

Di kelas semua orang tampak sibuk hilir mudik untuk acar pentas mereka nanti, karena mereka merupakan kelas x-A yang berarti akan tampil pertama. Mereka semua gugup juga senang karena akan resmi menjadi siswa siswi SMA Bina Pendidikan.

“Hey anak-anak kita briefing dulu yuk biar lancar acaranya,” ucap Rama yang menjabat sebagai ketua kelas.

Teman-temannya segera mendekat kea rah Rama yang sedang berada di depan papan tulis. Mereka mulai membentuk sebuah lingkaran dan saling berjabat tangan menguatkan.

“Pokoknya tujuan utama kita adalah memeriahkan acara, menang atau kalau urusan belakangan, SETUJU!” semuanya berteriak setuju.

“Ra, kamu siap kan nyanyi solonya?” tanya Rama kepada Ranita yang akan bernyanyi solo di tengah acara pentas nanti. Ranita mengangguk sebagai jawaban dan Rama memberikan jempolnya.

“Nai lo siap kan dance nya.” Naila mengangguk mantap.

“Bil lo udah setel keyboardnya dengan baik kan.” Bila hanya mengangkat jari jempolnya.

“Sha lo siap musikalisasi puisinya kan.” Shakila mengangguk ragu sambil meremas tangan BIla di pinggirnya.

“Indra lo sudah siapin gitarnya.” Indra memperlihatkan gitar yang di bawanya itu. Rama mengangguk dan kemudian menyerukan teman-temannya untuk mendekat.

“Baiklah karena persiapan sudah siap mari kita berdoa demi kesuksesan pentas ini,” seru Rama memimpin teman-temannya untuk berdoa.

***

“Pentas pertama yaitu penampilan dari kelas X-A” MC membuka acara dengan sambutan meriah dan tepuk tangan heboh.

“Assalamuaikum kami dari kelas X-A akan mempersembahan pentas terakhir kami sebagai wujud sukacita akhir MOS ini.” Rama membuka sedikit, lalu dimulai dengan alunan biola oleh temannya di lanjut dengan drum.

Masuklah alunan keyboard yang membuat suasan menjadi riuh disusul dengan gitar dan paduan suara menyanyikan lagu nasional. Disusul genjrengan sebuah botol aqua yang di pegang oleh paduan suara. Di tengah pertunjukan muncul sosok Ranita menyanyi solo kemudian di lanjut gitar akustik lalu bergabung dnegan drum, dan paduan suara sebagai baking vokal.

Naila maju ke depan sebagai pertunjukan dance diiringi musik band yang energik juga suara paduan suara yang energik pula. Sha masuk sebagai sentuhan terakhir dari pertunjukan mereka yang hanya di iringi keyboard dan gitar akustik sebagai pengiring musikalisasi puisinya. Paduan suara sebagai baking kembali.

Semua terkesiap ketika Sha melantunkan musikalisasi puisinya yang tidak diiringi musik semua bertepuk tangan dengan kagum. Acara pembukaan pentas ini benar-benar membuat para penonton terpukau termasuk juga dengan para panitia. Mereka turun ke panggung dengan diiringi sorak sorai ramai penonton.

“Sha lo tadi hebat,” puji Rama kepada Sha ketika sudah duduk menjadi penonton.

“Iya kah?” Sha tersenyum malu-malu mendengar pujian ketua kelasnya. Rama hanya mengangguk sebagai jawabannya yang membuat Sha semakin menunduk malu.

Begitu seterusnya, acara di lanjutkan dengan meriah dan penuh antusias dari penonton. Sampai pada pengujung acara yaitu penyampaian pemenang., surat cinta yang paling bagus yang akan dibacakan oleh ketua osis.

“Wah rasanya sudah tidak sabar ya mendengar pengumuman pemenang pentas nih.” Mc kembali membuka acara yang di sambut antusias walau sudah lelah mengikuti pentas, tetapi energy mereka seolah tidak ada habisnya.

“Mau tau gak siapa pemenang pentas,” para penonton kembali bersorak dan berteriak mau.

“Pemenang pentas adalah kelas—“

“Pemenang dari acara pentas yaitu kelas X-A.”

Teriakan heboh kembali menggema di lapangan, ada juga yang mendesah kecewa karena tidak menang. Teriakan hore juga terdengar dari anak-anak kelas Sha, Rama naik ke panggung sebagai perwakilan kelasnya. Setelah di umumkan ketiga pemenang, pemberian hadiah yang di lakukan oleh ketua osis membuat gemuruh semakin riuh suasana semakin gaduh.

Rama memegang tinggi-tingga hadiah yang di terimanya, teman-temannya langsung berteriak heboh. Tidak kalah dengan yang menang yang kalah pun tetap di berikan hadiah. Membuat euphoria bahagia menjadi semakin mengena dan panitia tersenyum bangga.

“Etsss jangan pada pulang dulu dong acaranya belum selesai loh” Mc berbicara ketika melihat banyak ynag sudah bubar dari kerumunan setelah menerima hadiah.

Para siswa-siswi yang hendak pulang kini kembali ke lapangan dengan wajah lesu dan mendesah kecewa. Setelah Mc bicara akan mengumumkan pemenang dari menulis surat cinta membuat mereka kembali bergairah bahkan berburu untuk duduk di dekat panggung.

Pengumuman yang akan di bacakan oleh ketua osis itu menambah tegang suasana. Tidak ada lagi riuh tawa, jeritan heboh atau teriakan yang membuat gendang telinga pecah. Semuanya seksama mendengarkan pengumuman.

“Yang pertama saya akan baca dari seorang cowok pengagum rahasia wakil ketua osis katanya, wooo,” sorak sorai penonton pun mulai gaduh memenuhi isi lapangan apalagi ketika sang ketua osis mulai membacakan suratnya.

“Hai ka perkenalkan namaku Galuh, aku sebenarnya suka sama kakak itu dari smp pas kakak jadi ketua cheerleader. Aku diam-diam selalu memperhatikan kakak dari jauh, dan aku juga yang selalu ngasih bunga di kolong meja kakak. Aku sebenarnya gak terlalu banyak berharap kepada kakak karena aku tau kakak sudah punya pacar anggota basket, tapi itu tidak membuatku patah semangat untuk mendapatkan hati kakak. Sekarang ketika aku masuk SMA aku bertemu lagi dengan kakak dan aku diberi kesempatan untuk menulis surat cinta ini untuk kakak. Seperti kata dilan rindu itu berat, sama hal nya dengan apa yang aku rasakan sekarang aku sangat rindu melihat tawa kakak yang dulu begitu manis dilihatnya dan begitu indah untuk di pandang. Sebelumnya aku minta maaf karena hanya berani mengungkapkan apa yang ku rasa ini lewat surat saja. Salam rindu dan cinta dari Galuh Sanjaya. Woo ngena banget ni kayaknya gue penasaran sama orangnya yang mana sih.” Ucap Yusuf sambil menengok kesana-kemari sang.

“Yaudah panggil aja lah yang namanya Galuh Sanjanya tumben kan Sindi ada fans nya biasanya kan dia ngejar-ngejar Akbar.”ujar cowok berambut gondrong.

Sindi mendelik ke arah cowok gondrong tersebut sambil memberikan tatapan membunuhnya, mulutnya seolah menyuruh cowok tersebut diam. Sementara Sindi takut pacarnya marah mendengar dirinya ada yang menyatakan surat cinta tersebut, tapi patner kerjanya itu malah menyeringai ke arahnya sambil memegang mic dengan penuh percaya diri.

“Perhatian semuanya yang namanya di panggil harap kedepan, untuk galuh sanjaya silahkan kedepan,” ucap sang ketua osis.

Semua orang terbelalak mendengar ucapan sang ketua osis, semua orang berteriak menyuruh Galuh untuk maju. Ternyata lebih mencengangkan lagi melihat Galuh berjalan ke depan.

Akhirnya setelah kurang lebih lima menit seorang cowok ganteng berambut tipis beralis tebal maju kedepan dengan pdnya dia maju ke depan. Setelah berbasa-basi dengan kakak kelasnya dia mulai berjongkok di hadapan Sindi yang tampak terperangah tidak percaya adik kelasnya itu begitu nekat.

Sindi mentap lekat-lekat ke arah pacarnya yang sedang berbincang-bincang dengan teman basketnya itu. Pacarnya terlihat cuek seolah menikmati tontonan di depannya. Sindi menjadi gugup seketika.

“Sindi, maukah kau menjadi pacarku” pinta Galuh lantang.

Semua anak-anak berteriak heboh bahkan tidak sedikit yang bilang terima. Melihat respon terkejut Sindi dia menunggu dengan sabar jawaban dari pernyataannya itu.

Sindi terlihat menghela nafas panjang sambil melihat ke arah pacarnya yang telah hilang entah kemana. “Maaf gue gak bisa,”dengan suara tertahan Sindi mengucapkan kata demi kata.

“Lo tau sendiri kan dari smp gue udah punya pacar, dan pacar gue itu kakak kelas lo sekarang,” lanjutnya tegas dan segera menunduk menghindari tatapan kecewa para penonton.

Tiba-tiba ada yang merangkul Sindi dan membutnya tersentak melihat ke arah pacarnya yang merangkul dengan mesra Sindi di hadapan orang banyak, Sindi malu tanah tenggelamkan Sindi sekarang juga.

Pacarnya menepuk pelan bahu Galuh yang sudah berdiri. “Sori bro dia punya gue,” ucapnya datar sambil mengajak Sindi untuk meninggalkan kerumunan yang kembali heboh itu, Sindi sedikit berlari untuk menyejajarkan langkahnya dengan pacarnya yang meninggalkan lapangan mereka akan entah kemana.

Galuh menunduk kecewa, sudah di tolak di permalukan oleh pacarnya pula, menyebalkan rutuk Galuh dalam hati. Salahnya juga tidak memprediksi kalau pacarnya akan datang. Akhirnya Galuh pun berjalan gontai dan menjauhi panitia setelah dipersilahkan untuk kembali ke teman-temannya.

“Sekarang kita bacakan yang kedua dari seorang cewek, wow ini suratnya buat gue. Ekhem dimulai ya”

Yusuf mengernyitkan dahi tat kala tidak menemukan sebuah kata panjang seperti surat Galuh tadi tetapi hanya barisan kalimat pendek yang membuat keningnya berkerut.

"Saat mentari pagi mulai menampakkan sinarnya

Bayangmu yang pertama kali hadir dalam ingatan mataku

Saat burung bernyanyi akan indahnya pagi ini

Suaramu merdumu yang ingin pertama kali ku dengar

Aku memang bukan wanita sempurna

Tapi denganmu kesempurnaan itu ada

Aku memang bukan wanita satu-satunya yang mengagumimu

Tapi aku ingin kau mengagumiku seorang

Aku memang egois kalau soal hati

Tapi aku yakin kamulah pelabuhan hatiku

Entah harus berapa lama aku menunggumu , tapi disini aku tetap setia menunggumu dalam penantian panjangku. Mungkin memang benar kata orang cinta pada pandangan pertama itu akan sangat indah bila keduanya yang merasakan. Aku juga ingin kau merasakan apa yang tengah ku rasakan saat ini. Salam hangat dari pengagum rahasiamu SZ.”

“Puisinya sangat menarik sekali sampai aku terharu,tapi siapa yang kasih surat cinta ini, ko jadi pensaran” ucap Yusuf.

Memang di surat kedua ini tidak di cantumkan namanya, tetapi panitia sudah tahu siapa pemiliknya.

“Kalian mau tahu ini surat siapa?” tanya Yusuf dengan seringai jahil di wajahnya.

Serempak terdengar teriakan mau. Siapa sih yang tidak ingin tahu ada yang memberikan surat cinta dengan ala-ala puisi jaman dulu yang membuat setiap orang terkesan tapi tidak lebay.

Shakila yang mengetahui surat cinta itu darinya hanya bisa tergugup dan memilin baju seragamnya dengan gusar, dia tidak mau di tolak oleh kakak kelasnya itu. Walau pun tidak apa di tolak tapi tidak di hadapan banyak orang seperti ini.

“Kepada Shakila silahkan maju ke depan.”

Shakila terperangah begitupula dengan kedua sahabatnya. Yusuf memanggil Shakila untuk kedua kalinya, membuat Sha ahrus menahan gugup ketika dia mulai beranjak dari kerumunan lapangan untuk maju ke depan panggung.

Sungguh Shakila tidak berani menatap kea rah belakang ataupun depan dia hanya menundukkan kepalanya sambil meremas kemeja seragam putih birunya dengan gugup.

Sesampainya di depan dia mendapatkan sorak sorai teman-temannya, Shakila mencoba menatap teman-temannya yang jumlahnya ratusan itu. Shakila memang bukan siswi terkenal seperti BIla dan Nai, tapi penampilan pentas tadi membuatnya menjadi bahan pusat perhatian, bahkan kini dia melihat beberapa pandangan mengenai dirinya.

“Ada yang ingin kamu sampaikan” ucapan Yusuf sontak membuat Shakila menggeleng yang mengundang gelak tawa dari teman-temannya.

“Apa benar surat ini dari lo?” tanya Yusuf yang kini mendapat anggukan dari Shakila. Yusuf menahan nafas kesal terhadap cewek di depannya.

“Ada yang ingin lo sampaikan?” Yusuf mengulang pertanyaan yang sama.

“Sebagai ucapan terakhir MOS,” lanjut Yusuf menambahkan sembari memberikan mic yang di pakainya kepada Shakila.

Shakila menerimanya dengan tangan gugup dan mendebarkan. Untuk pertama kalinya dia berani berbicara di depan umum seperti ini, ughh dia tidak mau lagi berada di situasi seperti ini. Dia hanya ingin menjadi siswi biasa yang tidak buat onar dan belajar dengan rajin, pokoknya baik-baik deh.

“Aku..” Shakila luar biasa gugup, tolong siapa saja yang bisa menyelamatkannya dari situasi seperti ini Shakila akan berterimakasih.

“Aku memang yang membuat surat itu, tapi aku tidak ingin menembak ataupun menyampaikan perasaanku pada kakak secara langsung, setelah mendengar harus membuat surat cinta itu dengan amat terpaksa saya membuatnya. Kenapa kakak, karena memang saya tidak begitu mengenal kakak kelas yang lain..”

“Oh jadi lo merasa gitu,” potong Yusuf.

“Eh bu kan gitu kak, aku emm sudah tau kakak sejak SMP kami satu sekolah dan mungkin kakak tidak mengenalku.”

“Oh semacam cinta diam-diam ya,” seru cowok berambut gondrong. Yusuf memberikan tatapan tajam ke arahnya.

“Mungkin bisa di bilang begitu, tapi aku tidak pernah berharap apapun jadi dengan kakak membaca surat cinta itu saja aku sudah merasa senang.” Ucapan yang banyak menelan kekecewaan penonton.

“Baguslah karena gue juga gak bisa menerima pernyataan cinta lo karena sudah ada orang lain yang mengisi hati gue,” ucap Yusuf tegas tapi bisa di dengar semua orang karena mic yang di pegang Sha mengarah kepada mulut Yusuf.

Mendengar itu Sha menjatuhkan mic nya dan berjalan mundur menjauhi panggung. Sambil berkata maaf kepada panitia dia berlari meningalkan kerumunan dan panggung yang terperangah mendengar ucapan penolakan Yusuf. Kali ini lebih menyakitkan daripada tadi.

Terpopuler

Comments

ayumi

ayumi

lanjut thor

2020-10-11

2

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!