Pagi ini dengan sengaja Nai berangkat pagi sekali, bahkan yang baru datang saja hanya ada beberapa.
Bila yang menginap di rumahnya saja heran ketika sedang sarapan Nai sudah siap dengan seragam sekolahnya, Nai hanya berbicara dengan Bila ketika mengajaknya berangkat sekolah dan hari ini Nai juga membawa mobilnya sendiri tanpa supir.
Sepanjang jalan pun hanya ada keheningan yang melanda mereka berdua. Nai yang sedang malas bicara dan juga Bila yang takut salah bertanya. Sesampainya di sekolah Nai juga bersikap aneh, meninggalkan Bila yang terbengong sendirian di parkiran. Setengah berlari Bila mengejar Nai yang sudah berjalan terlebih dahulu.
“Nai tunggu dong, hosh hosh.” Bila setengah berteriak, untungnya tidak ada siswa yang melhat adegan kejar-kejaran mereka berdua, walau sebeanrnya hanya Bila yang mengejar Nai.
“Nai kok lo tinggalin gue si?” tanya Bila ketika mereka sudah sampai di depan kelas.
“Lah memangnya lo anak kecil yang harus di tungguin,” tanpa menunggu jawaban Bila Nai langsung masuk ke kelas dan duduk di bangkunya.
“Ya tapi kan-“
Ucapan Bila terhenti ketika melihat Nai mulai berdiri dan berjalan keluar kelas.
“Nai tunggu mau kemana?”
“Ke kantin lapar gue.”
Bila menepuk dahinya dia juga baru sarapan setengahnya tadi. Kembali mengejar Nai yang sudah dulu ke kantin kali ini dengan langkah yang sedikit senang.
“Nai lo tau gak kemarin-“ ucapan Bila terhenti melihat tatapan tajam Nai. Seketika Bila mingkem, salah ngomong kan.
“Gak usah bahas kemarin gue lagi gak mau nginget itu,” ketus Nai sambil memakan rotinya.
Sekali lagi Bila hanya mampu terdiam dan bertanya-tanya dalam hati tentang apa yang sebenarnya terjadi kemarin ketika di pesta ulang tahun mamanya Yusuf.
“Bu nasi gorengnya satu sama es teh manis satu, nasi gorengnya yang pedes pake telor dua terus sama bakwan,” teriak Nai kepada penjual nasi goreng di kantin.
Bila hanya memlototkan matanya yang terhalang kacamata itu, gila tadi kan Nai udah makan roti sekarang mau nasi goreng. Belum sempat Bila bertanya suara Nai kembali mengagetkannya.
“Lo mau gak bil?”
“Iya udah tadi gue juga Cuma minum susu dong.”
“Bu nasi goreng nya tambah 1 lagi yang biasa,” teriak Nai lagi.
Untung belum pesen, jawab bila dalam hati. Untungnya lagi penjaga kantin tidak menegur Nai yang teriak-teriak dan kantin juga sedang sepi, mungkin efek mereka kepagian.
Bila melirik ke arah Nai yang sedang asyik dengan ponselnya itu, ini bukan seperti Nai yang biasanya.
Biasanya Nai akan heboh kalau sudah berdua dengan Bila, mereka akan membicarakan banyak hal mulai dari fashion yang sedang tren, gaya artis idola atau artis lain yang menurut mereka punya selelra fashion yang tinggi, atau juga mengenai produk branded limited edision.
“Na-“
“Bil nanti pulang sekolah kita shopping yuk.”
Bila lagi-lagi mendnegus kesal selalu saja terpotong ketika akan berbicara.
Belum mengiyakan saja pesanan mereka sudah datang dan Nai terlihat bersemangat melihat nasi goreng yang sedikit banyak, bukan tetapi banyak cabainya itu, Bila bergidik dan menatap Nai horror. Yang di tatap hanya mengangkat bahunya acuh sambil memakan nasi gorengnya dengan santai.
***
Setelah masuk kelas dilihatnya bangku keduaa sahabatnya kosong tapi tasnya sudah ada disana. Sha pun duduk dibangkunya sambil membaca novel dan menunggu bel. Nai masuk ke kelas dengan Bila di belakangnya. Nai tidak menatap Sha dan langsung duduk di bangkunya begitu saja tanpa menyapanya padahal biasanya dia paling suka bertegur sapa dengan sha. Kali ini Sha hanya melihat muka datar juga tatapan tidak bersahabat kepada Sha.
Sha sempat keheranan tapi dia tetap berpikir positif terhadap Nai, mungkin dia lagi gak mood. Nanti saja pas istirahat akan dia tanyakan karena sekarang pelajaran sudah mau mulai.
Belum selesai kekagetan Bila dengan keterdiaman Nai selama pagi ini, kini Bila harus kembali terperangah dengan sikap Nai yang tidak menyapa Sha yang notabenenya sahabat mereka berdua. Kemarin juga mereka masih baik-baik saja kok sekarang. Bila melirik ke arah Sha yang seperti melamun.
Bila ingin menegur Sha yang melamun karena guru memperhatikan mereka, Sha tetap bergeming dengan lamunannya yang membuat Bila lebih heran apa yang sedang Sha lamunkan?.
Mau seberapa tidak peduli pun sikap Nai kepada Sha, tetap saja Sha merasa tidak enak hati. Sedari tadi perasaan nya gusar karena Nai yang tidak mau berbicara kepadanya, sebenarnya Nai kenapa atau mungkinkah dia punya salah yang tidak disampaikan Nai. Sampai-sampai pelajaran pun tidak fokus, Sha tidak sadar Bila menyenggolnya daritadi.
“Kamu yang duduk di bangku ketiga kalau mau melamun jangan disini sana keluar kelas,” teriak sang guru kepada Sha.
Sha hanya menunduk lalu tidak lama keluar kelas untuk memenuhi hukuman gurunya itu.
“Kamu tulis sejarah mengenai Bandung lautan api di perpustakaan,” ucap gurunya lagi ketika Sha keluar.
Sha mengangguk dan kembali meneruskan langkahnya. Bila sempat ingin protes kepada gurunya tersebut, tetapi melihat tatapan gurunya nyali Bila ciut juga. Bila akhirnya mencolek bahu teman sebangku Nai. Dengan tatapan bertanya dia berbalik ke arah Bila.
“Boleh tukeran tempat duduk terlebih dahulu gak?” setengah berbisik Bila bertanya sambil mencuri pandang ke papan tulis dan gurunya yang sedang menjelaskan.
Meski sempat protes teman sebangku Nai akhirnya pasrah saat Bila sudah menarik lengannya untuk berpindah tempat duduk.
“Nai,” panggil Bila kepada Nai yang asik mencatat. Setengah hati Bila dongkol karena panggilannya dia abaikan. Bila yang sudah mati-matian berbisik agar tidak terlihat oleh gurunya.
“Em Nai kok lo kayak musuhan gitu sama sha ada apa sih sebenarnya?" tanya Bila bingung karena mereka berdua sedari tadi hanya diam-diaman saja dan sekarang sha di hukum keluar kelas padahal Sha adalah anak yang patuh dan rajin bahkan lebih pintar dari mereka berdua.
“Enggak tau tuh perasaan biasa aja gue mah,” ucap Nai santai seraya mencatat catatan di papan tulis yang disuruh gurunya untuk di catat.
“Serah deh pokoknya pas istirahat kita harus selesain masalahnya,” ucap Bila seraya bangkit dari duduknya untuk ijin ketoilet padahal niatnya menemui Sha.
Saat sedang asyik-asyiknya membaca buku sejarah di perpustakaan juga mencatat beberapa hal yang penting suara seseornag mengejutkannya.
“Ada masalah apa sih diantara kalian berdua?”
Sha hanya menjawab dengan gelengan kepala karena kali ini jujur dia pun tidak tahu kesalahannya, Bila mengacak rambutnya dan membuka kaca matanya bingung dengan mereka berdua. Bila melirik Sha yang sibuk membaca dan menulis itu. Semuanya tampak normal seperti Sha yang biasanya.
“Pokoknya nati istirahat kita harus selesaikan ini secara baik-baik, gue gak mau persahabtan kita hancur karena hal sepele.”
Setelah berkata demikian Bila berlalu pergi karena jam pelajaran belum berakhir meninggalkan Sha yang mematung dan menghela nafas kasar. Niatnya sekolah disini hanya ingin tenang sama seperti waktu di SMP hanya belajar dan sesekali bermain dengan Bila. Sempat Sha ingin mengikuti ekstrakulikuler seperti saat SMP, tapi dia sadar di SMA dia harus serius belajar agar bisa masuk ke perguruan tinggi dengan jalur beasiswa.
Sha yang pusing memikirkan itu kembali memilih menenggelamkan diri dalam tugasnya yang belum rampung, dia tidak mau di hukum lagi karena itu akan mempengaruhi nilainya yang bisa jelek. Saat sudah selesai dia mengembalikan bukunya ke rak yang tadi, masih ada waktu untuk baca buku pikirnya.
Mengisi kekosongan waktunya di perpustakaan Sha akhirnya membaca sebuah Novel. Kalau bukan karena dering hpnya Sha mungkin akan melewatkan jam istirahatnya tanpa makan dan terus berada di perpustakaan untuk menamatkan membaca novelnya.
Setelah mendapat sms dari Bila bahwa mereka harus menyelesaikan masalahnya di taman. Sha bergegas membereskan alat tulisnya dan segera menuju ke sana karena bel sudah berbunyi dari 5 menit yang lalu.
“Selesaikan masalah kalian baik-baik karena gue gak tau masalahnya apa.”
Ucapan Bila seperti membuka percakapan untuk mereka bertiga setelah Sha datang.
Bila langsung pergi sengaja memberi waktu untuk mereka berdua menyelesaikan masalahnya. Meski sebenarnya ingin mengetahui mengenai persalahan yang menjadi perselisihan mereka berdua, tapi dia sadar mungkin mereka butuh runag untuk berbicara dari hati-ke hati.
Dengan kepergian Bila membuat suasana menjadi hening , hanya ada suara angin dan burung. Merasa kesal dan karena tidak ingin lama-lama di taman belakang Nai mulai angkat bicara.
“So ada yang mau diomongin sama gue,” ucap Nai datar sambil menatap Sha dnegan tatapan angkuhnya.
“Aku mau minta maaf Nai kalau aku punya salah ke kamu.”
“Walaupun aku bener-bener bingung dan gak tau salahnya itu apa.” ucap Sha seraya menatap Nai.
“Lo sendiri aja gak tau kesalahan lo itu apa. Sahabat macam apa lo ini?” teriak Nai di depan Sha.
Sha berniat akan protes karena merasa tidak berbuat salah ketika melihat tatapan membunuh dari Nai.
“Lo gak tau salah lo apa? Hebat lo bener-bener hebat Sha.”
Seringai yang meuncul di wajah Nai membuat Sha bergeming, dia bukan Nai yang biasanya.
“Aku bener-bener gak tau Nai.”
Sha berusaha untuk tidak emosi karena melawan dengan api sama saja tidak akan ada jalan keluarnya.
Lagipula Sha memang benar-benar tidak tahu apa yang membuat Nai bisa semarah ini kepadanya.Sha menunduk dengan sedih, Nai adalah sahabatnya dan dia tidak suka juga tidak mau membuat sahabatnya marah. Nai sangat amat kesal melihat sikap Sha yang terkesan sok polos dan lugu.
“Lo **** atau gimana sih, gue itu suka sama Akbar terus kenapa kemarin pas di pesta ulang tahun Mamanya Yusuf lo berduaan sama Akbar ditaman pake acara pelukan segala lagi!”
Nai mulai meledak ledak dan meluapkan segala kekesalannya. Sha langsung terperangah menatap Nai. Pertama dia bingung kapan dia pelukan dengan kakak kelasnya itu, yang kedua baru kali ini Nai marah dengan nada yang meledak-ledak.
“Hah.”
Hanya itu ynag keluar dari mulut Sha. Sha melongo tidak mengerti maksud perkataan Nai. Seketika lampunya menyala menengar kata taman yang di ucapkan Nai.
“Aku-“
Belum sempat Sha menjelaskan Nai sudah memotong ucapan Sha.
“Udah deh ada hubungan apa lo sama akbar?”
Ketus dan tanpa basa-basi, ucapan Nai barusan membuat Sha sedih. Sebegitu salahnya kah dia sampai membuat Nai yang ceria menjadi bringas seperti ini.
“Nai aku dan kak Akbar itu gak ada apa-apa.”
“Ah bulshit.”
“Beneran Nai, aku gak punya hubungan apa-apa dengan Akbar. Soal di taman itu.”
Kak Akbar jailin aku bilang ada ulat di rambut aku makanya refleks aku mukulin dan tidak sengaja keseleo, kak Akbar membantuku untuk berdiri dan menopang tubuhku. Ucapan itu yang ingin dia jelaskan tetapi mulut Sha seperti terkunci.
“Aku tidak sengaja bertemu dan kak Akbar nolong aku ketika aku keseleo. Kak Akbar bantu aku berdiri jadi sebenarnya itu bukan pelukan kok.”
Penjelasan itulah yang keluar dari mulut Sha, memang tidak di ceritakan semuanya tetapi dia juga tidak berbohong. Sebenarnya Sha juga ingin menanyakan hubungan yusuf dengan Nai tapi sekarang waktunya tidak tepat.
Setelah mendengar penjelasan Sha dia berlalu pergi begitu saja karena ini hanya ke salah pahaman semata bukan seperti dugaannya, walaupun begitu tetap saja kekesalannya masih ada. Sha pun frustasi harus gimana lagi dia menjelaskannya kan memang itu faktanya. Sha segera masuk kembali ke dalam kelas karena sebentar lagi bel dia gak mau kehilangan pelajaran lagi kali ini.
Sha menghela nafas ketika sampai di kelas Nai masih saja mendiamkannya bahkan dia pindah tempat duduk berjauhan dengan Sha. Bila yang melihat itu sudah gatal ingin bertanya tapi terhalang oleh guru yang masuk kekelas untuk mulai pelajaran.
***
“Bil jangan lupa ya hari ini gue mau ke parkiran duluan sepet disini.” teriak Nai sebelum ke luar kelas.
Bila hanya mengangguk dan menunggu Sha yang sedang membereskan barangnya untuk pulang bareng ke parkiran.
“Sha sebenarnya kalian kenapa?”
Bila bertanya tanpa basa-basi ketika mereka keluar kelas. Untungnya tidak banyak orang yang berlalu-lalang di sekitaran koridor.
“Itu Bil Nai-“
Sha menoleh ke kanan dan ke kiri takut ada yang menguping pembicaraan mereka berdua. Bila yang tidak sabar segera mendesak Sha untuk segera menjelaskannya. Sha meringsut mendekat ke arah Bila, jadinya mereka seperti sedang mojok berdua di koridor.
“Nai itu cemburu karena aku dekat dengan kak Akbar.”
“Ohh.”
“Eh kok lo bisa dekat dengan kak Akbar?” Bila mengerutkan keningnya bingung.
“Aku juga tidak tahu Bil, sejak bertemu pertama kali di toko itu aku tidak ingin bertemu dengannya lagi, tetapi pada saat main basket aku kaget kalau kita satu sekolahan. Ya mau menghindar bagaimana pun aku tetap bertemu. Pertama kali mengobrol ketika aku menembak Kak Yusuf di lapang yang di tolak.”
Bila melihat raut sedih di akhir kalimat Sha. Sha buru-buru tersenyum dan kembali berbisik kepada Bila.
“Sejak saat itu entah bagaimana aku selalu bertemu dengannya di taman belakang itu dan kami jadi tidak canggung lagi ketika mengobrol. Oleh karena itu aku sedikit terkejut ketika Nai berkata kak Akbar irit ngomong nyatanya dia bawel kok.”
Sha tersenyum yang membuat Bila memainkan kedua alisnya yang terhalang kacamata minusnya itu.
“Tapi Bil aku beneran tidak ada hubungan apa-apa dengan Kak Akbar kok.”
Sambil mengacungkan kedua jari tangan membentuk huruf v Sha berkata demikian yang mmebuat Bila akhirnya terbahak-bahak. Sha menatap Bila bingung.
“Kalian ini kekanakan sekali sih.”
Komentar Bila yang membuat Sha mau tak mau ikutan tertawa sebelum ada yang menghentikannya.
“Bil lo lama banget sih lumutan nih gue nuggunya di parkiran eh ternyata malah asik ketawa-ketiwi.”
Nai datang dan mengucapkan segala kekesalannya dengan bibir yang mengerucut dan mata yang penuh iri, eh Sha tidak salah menilai kan.
“Iya iya Nai ini juga mau jalan.”
Bila menggandeng tangan kanan Sha, Sha yang tidak siap hanya pasrah mengikutinya. Bila kemudian menggandneg tangan kiri Nai, Nai sempat memlototkan matanya dan melancarkan aksi protesnya. Bila langsung balas memlotoni Nai, nai pun ikutan pasrah di seret BIla.
Mereka bertiga jalan beriiringan dengan Bila yang terus mengoceh dan juga menebarkan senyuman lebarnya. Sha dan Nai hanya diam dan menjawab sepeerlunya saja.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments
Mimi Dhava
hai aku mampir...🤗🖒
2020-04-23
1
®©EM crop
semangat Author up up
✍️✍️🆙🆙📊
2020-04-23
1
Uni (ig : @Uni_Feisya
next... 😊
2020-04-23
1