Malam hari ketika Nai meringkuk di bawah selimut karena takut hujan dan petir, ponsel yang berada di nakas berbunyi. Sebuah pesan masuk dan Nai menggerutu karena menggunya.
Nomor tidak di kenal- kening Nai berkerut.
Hai
Nai tidak langsung menjawabnya sehingga pesan kembali masuk.
*Sibuk ya?
Ini siapa ya*?
Send, akhirnya Nai membalas karena penasaran juga takut sendirian saat petir bergejolak.
Ini gue Yusuf yang nganterin lo tadi
Naila beberapa kali membaca ulang pesannya takut dia salah sambung.
Owh , ada apa ya kak
Enggak sih, lo sibuk gak besok siang gue mau ngajak lo jalan besok
To the point banget sih ni orang katanya dalam hati tapi gak apa-apa lah siang besok dia juga gak ada acara
Kebetulan gue ga sibuk kok kak
Nanti gue tunggu di gerbang pulang sekolah, besok. Jangan lupa.
Setelah itu dia pun hanya membaca pesannya dan meletakan kembali ponselnya di nakas karena kantuk sepertinya sudah datang menghampiri dirinya, lebih baik dia tidur dan memimpikan Akbar.
***
Shakila yang baru bangun merasa kepalanya masih pusing tapi panasnya sudah sedikit turun di dahinya masih terdapat sapu tangan kompresan. Sha mengambil sapu tangan itu dan disimpannya sapu tangan tersebut ke dalam baskom di dekat kasurnya, dia mencoba bangkit untuk duduk. Saat sedang melamun tiba-tiba ibunya datang membawakan nampan berisi makanan.
“Udah bangun nduk, ini ibu bawakan sarapan. Kamu makan dulu ya ibu mau nyiapin air hangat untuk mau mandi.”
Ibu Sha memegang dahinya kemudian mengambil kotak obat dan memberikannnya kepada Sha.
“Panasnya sudah turun tapi kamu mesti minum obat lagi biar sembuh, selesai makan kamu minum obatnya ya.”
Sha hanya mengangguk. Ibunya mengambil baskom kompresan seraya pergi dari kamar shakila. Dengan berat hati Sha memakan makanannya walaupun lidahnya sangat sulit tapi dia paksakan karena hari ini dia harus sekolah. Masa dia harus sakit di hari kedua dia masuk kesekolah.
Setelah selesai makan Sha kembali rebahan sambil memenggangi lehernya yang terdapat kalung berbandul bintang. Tiba-tiba kepalanya merasa pusing dia seperti melihat bayangan sesuatu. Ah daripada memikirkannya lebih baik segera beranjak untuk mandi.
Setelah mandi tubuh Sha terlihat lebih segar dari kemarin dan pusingnya sudah sedikit mereda sehingga dia memutuskan untuk berangkat sekolah.
Takut anaknya kenapa-napa akhirnya Sha diantar bapak ke sekolah. Sesampainya di sekolah keadaannya belum cukup ramai hanya ada beberapa siswa saja setelah sampai ke kelas dia menyimpan tas nya juga mengambil novelnya. Mungkin membaca novel di taman belakang bisa memperbaiki kondisi tubuh juga hatinya.
Sha bergegas berjalan menuju taman belakang dan duduk di kursi yang biasa di dudukinya. Sha mulai membaca novelnya sampai tidak sadar ada yang duduk di sampingnya. Saat sedang asik membaca Akbar mengejutka Sha, Sha berteriak untungnya tidak ada siapa-siapa.
“Kak kenapa selalu ngagetin sih?” tanya Sha sambil menatap Akbar kesal.
Akbar hanya tertawa melihat ekspresi Sha. Kemudain mengacungkan tangan membentuk huruf v.
“Lo kenapa selalu kesini nyaman ya apalagi sama gue.”
Ucapan Akbar sedikit menamparnya, dia juga tidak tahu kenapa rasanya nyaman saja seolah dia pernah mengalami hal demikian sebelumnya, berteman dengan semilir angin dan bercanda dengan sepi.
“Malah melamun.”
“Gak tahu kak aku senang aja disini.”
“Bukan karena gue?”
Akbar menaik turunkan alisnya membuat Sha memukul pelan lengannya dengan novel yang di bawanya.
“Ampun Sha, ampun deh.” Sha menghentikan aksinya dan Akbar memperhatikan Sha yang tengah mengatur nafas, tatapannya tidak sengaja mengarah kea rah kalung berbandul bintang yang di pakai.
Ctakk
Akbar meringis ketika Sha memukulnya, melihat Sha yang menutup kedua dadanya dengan tanganya juga buku yang di pengangnya membuat Akbar kembali tertawa. Berhenti tertawa Akbar menatap Sha seris yang membuat Sha gelagapan.
“Sha gue mau tanya ini tapi lupa terus?”
“Lo dapat kalung itu darimana?” tanya Akbar lagi.
Sha mulai mengendurkan tangannya, tangannya bergerak mengambil bandul bintang dan wajahnya menunduk untuk memperhatikannya. Sha menggeleng sebagai jawaban karena memang dia juga tidak tahu tiba-tiba saja dia mendpatkan itu. Dia pun akhirnya bercerita kalau dia dapat dari ibunya ketika kecil dan menemukan di lacinya lalu di pakailah sekarang.
“Lo tau gak gue juga pernah punya kalung seperti itu lalu gue kasih kepada sahabat gue sebelum gue pindah kesini. Sayangnya gue gak sempat lihat memakainya karena takdir tidak pernah mempertemukan kita kembali,” cerita Akbar.
“Gue juga ngerasa syok berat waktu itu bahkan kami sempat pindah lagi ke Jakarta untuk mencarinya. Ya takdir memang sedang mempermainkan kita karena mayat ataupun tubuhnya tidak di temukan yang membuat kami menutup rapat-rapat memori tentangnya. Begitu juga dengan gue setiap kali ada seseorang yang mirip dengan nya berusaha gue menepisnya kalau dia sudah tidak ada dan mungkin tidak akan kembali.” Lanjut Akbar.
Sha tidak sadar kalau air matanya sudah turun sedikit demi sedikit dan tanpa sadar tanganya mengelus pelan tangan Akbar.
“Itulah kenapa gue gak mau dekat dengan gadis-gadis karena gue takut belum bisa lupain dia, tapi..”
Sha menunggu kelanjutannya dengan penasaran, ya bertari yang di bilang Nai itu tidak bohong. Mengingat Nai membuatnya teringat akan rencana membantu sahabatnya itu.
“Semenjak ketemu lo pemikiran gue berubah. Meski memang lo mirip dengan di ague nyaman dekat dengan lo.”
Degg
Semenjak ketemu lo pemikiran Akbar berubah dan dia nyaman berada di dekat Sha.
Kata it uterus berputar di otaknya. Dia teirngat kembali dengan misinya kali ini.
“Selama ini gue selalu menyangkal kalau dia sudah tiada tapi mama selalu meyakini gue kalau dia memang sudah tiada dan selalu menghibur gue semenjak kehilangan Papa.” Akbar berkata dengan sedih.
“Mungkin memang benar apa yang dikatakan orangtua kakak itu. Orangtua kan gak mungkin bohongin kita,” ucap Sha sambil tersenyum manis meyakinkan walau sebenarnya dia juga tidak yakin.
“Tapi kenapa hati gue yakin bahwa dia masih hidup.”
Melihat akbar yang frustasi sambil mengacak-ngacak rambutnya sha hanya tersenyum manis memperlihatkan lesung pipinya.
“Mungkin dia ingin memberitahu lo buat move on kali,” asumsi Sha yang membuat Akbar merenung.
“Oh iya kak Nai itu suka sama kakak loh kakak gak coba dekat dengan Nai.”
“Gak bisa Sha dia bukan tipe gue.”
Mereka pun ngobrol ngaler-ngidul untuk mengisi kebosanan menunggu bel, sampai tidak sadar ada dua orang yang mendekati taman.
***
Ketika Nai sampai di sekolah dia mencak-mencak kesal karena di tinggal Akbar ke sekolah. Saat sedang berjalan ke kelas tiba-tiba ada yang menarik tangannya menuju taman belakang. Nai terus memberontak tapi cekalan di tangannya lebih kuat daripada tenaganya hingga dia pun pasrah mengikutinya dari belakang. Setelah sampai di taman belakang Nai pun mulai aksi protesnya.
“Hei ngapain sih tarik-tarik gue segala,” teriak Nai.
“Kak ngapain sih tarik-tarik aku segala pakek di bawa ke tempat sepi lagi. Jangan macam-macam ya kak,” ancamnya dengan menyilangkan kedua tangan di dadanya.
“Idih siapa juga yang mau macem-macem, gue hanya mau memastikan kalau jalan sepulang sekolah nanti jadi soalnya lo gak balas pesan gue.” Nai terpenrangah mendengar ucapan Yusuf.
“Gue juga mau ngundang lo besok ke acara ulang tahun mamah saya . Nanti saya jemput besok jam 7 malem kamu harus sudah siap ya,” lanjtnya datar padahal sedari tadi dia menahan gejolak agar jantungnya yang berdetak kencang tidak kedengaran oleh nai karena nai menatapnya begitu intens.
“Eh main suruh-suruh aja siapa tau aja aku ini ada acara,” ucap Nai ketus sambil mencebikan bibirnya.
“Udah lo pasti gak ada acara kan, daripada sendirian di rumah mending datang aja lah. Udah mau bell gue ke kelas dulu ya. Jangan lupa pulang sekolah gue tunggu di gerbang,” pamitnya seraya meninggalkan Nai sendiri dengan perasaan dongkol.
“Hei tunggu,” teriak Nai sambil mengikuti langkah kakak kelasnya itu yang sudah pasti tidak terkejar.
“Ih dasar kakak kelas gak tau diri udah main tarik-tarik aja sekrang ditinggal sendiri lagi,” sungut Nai sebal.
Akhirnya dia pun pergi ke kelas sendiri. Yusuf melihat Nai mulai berjalan ke kelasnya, sebenarnya bukan tidak mau mengantarkan Nai ke kelas tapi dia hanya malu jika dia ketahuan jantungnya berdetak kencang ketika berdekatan dengan Nai.
Shakila dan Akbar sedari tadi mendengarkan percakapan mereka berdua. Hati Sha merasa sakit sekali karena orang yang dicintainya mencintainya orang lain. Sha bisa melihat itu semua dari cara pandang Yusuf kepada orang tersebut yang memandangnya penuh cinta begitu juga dengan perlakuannya tadi . Dia segera pergi dari sana saat Yusuf dan Naila sudah pergi dari sana, Sha segera menuju ke toilet untuk menumpahkan kesedihannya. Pada saat keluar toilet ada yang memberinya sapu tangan.
“Hapus airmata lo, bentar lagi bell. Lo gak mau kan temen-temen lo berfikiran aneh karena keadaan lo yang mengkhawatirkan seperti ini. Bentar lagi bell cepet sana masuk lagi ke toilet,” ucap Akbar seraya mendorongnya untuk masuk ke toilet lagi.
Sha menerima itu dengan malu-malu. Sha tidak sadar kalau tadi dia sedang bersama Akbar. Sungguh Sha merasa sangat malu karena sudah dua kali kepergok Akbar sedang menangis.
Iya Akbar yang memberinya sapu tangan itu. Sebenarnya dia juga gak tahu kenapa bisa bersikap seperti tadi. Tiba-tiba saja hatinya erkedut melihat Sha menangis untuk kedua kalinya yang entah karena apa. Saat dirinya masih bingung dengan kedekatan Nai dengan Yusuf, tiba-tiba Sha berlalri dan memasuki toilet dengan bergetar.
Akbar menunggu hingga Sha keluar dari toilet dan dia pun memberikan saputangan yang selalu di bawanya . Melihat Sha keluar dari toilet dengan keadaan yang lumayan baik tidak seperti tadi, membuat Akbar mengajaknya bareng ke kelas karena bel sudah berbunyi.
Akbar beruntung karena gurunya belum masuk, dia melirik Yusuf yang terlihat lebih ceria. Kemana wajah tanpa ekspresinya itu, pikir Akbar.
Setelah selesai merapikan rambut dan wajahnya Sha pun masuk kembali ke kelas. Yang untungnya ternyata di kelas gurunya belum datang yang mmebuatnya bisa bernafas lega. Sha pun duduk di bangkunya dengan Bila. Sedangkan Nai duduk di depannya dan di sebelahnya ada Suci sebagai teman sebangkunya yang merupakan teman mereka ketika Mos.
“Eh sha lo darimana aja sih?” tanya Bila penasaran karena tidak biasanya sha datang telat.
Walaupun Bilaa sudah melihat tas Sha di bangkunya tetapi dia tidak melihat batang hidung Sha. Sha pun hanya membalas dengan senyuman singkat membuat Bila heran dengan tingkah sahabatnya itu. Jujur Sha tidak ingin berbicara dengan siapapun pada saat ini.
Untungnya tak lama guru pelajaran sejarah pun masuk. Menurut kakak kelas guru sejarah itu merupakan salah satu guru killer di SMa tersebut.
“Pagi anak-anak , untuk pelajaran kali ini kita hanya akan perkenalan saja.”
Anak-anak terperangah karena gurunya itu sepetinya tidak suka basa-basi, meski begitu mereka tetap menjawab sapaan gurunya.
“Pagi bu,”jawab anak-anak serempak.
Setelah Bu Anita-nama guru sejarah- memperkenalkan diri kini giliran para siswa mulai memperkenalkan diri. Setelah selesai Bu Anita membahas sedikit tentang pelajaran sejarah. Bu Ani juga menjelaskan kenapa sejarah itu penting dalam kehidupan sehari-hari.
Pembawaan yang maish seperti guru sejalarah lainnya membuat anak-anak yang memang ngantuk menjadi ingin tidur mendengar penjelasan Bu Anita. Bahkan ada yang terus menguap dan nekad tidur dengan buku sebagai penghalangnya. Tak lama bell istirahat pun berbunyi , anak-anak yang sudah bosan pun ceria kembali seperti mendapat durian runtuh.
“Sha, ayuk ke kantin,”ajak Nai.
“Gak ah masih kenyang dan juga bawa bekal kok. Lagian masih mau ngelanjutin baca novel,” tolaknya halus seraya tersenyum manis.
“Ah gak asik. Yaudah yuk laper nih,” ucap bila seraya menggandeng tangan Nai untuk keluar kelas.
Shakila pun di kelas sendirian karena teman-temannya pergi ke kantin. Sha mulai mengeluarkan novel dari dalam tas nya, tapi dia teringat sapu tangan akbar yang masih disimpan disakunya. Dia pun mengambilnya, dilihat sapu tangan tersebut merupakan sapu tangan jahitan tangan sendiri yang mungkin dibuat khusus Akbar. Dibaliknya saputangan tersebut, setelah dilihat-lihat ternyata di bawahnya terdapat sebuah tulisan
“Bintang,” ucapnya pelan .
Ingatannya samar-samar memperlihatkan sepasang anak kecil yang sedang berlarian dan..
Argghh kepalnya jadi sakit.
Lebih baik dia tenggelamkan saja kepalanya di lipatan tangannya.
***
Disisi lain Akbar terus memikirkaan kejadian ditoilet tadi, jika dilihat-lihat Shakila sangat mirip dengan teman kecilnya walaupun hal tersebut mustahil karena sahabatnya itu entah berada dimana sekarang. Saat sedang melamun ada yang datang menghampirinya.
“Bar jangan lupa besok lo diundang mamah gue ke pesta ulang tahunnya. Jam 7.30 harus sudah ada disana ya. Jangan lupa bar mamah pasti bakalan seneng kalau lo dateng,” ucap yusuf setelah itu berlalu ke luar kelasnya.
Akbar hanya mengangguk dan teringat kejadian kelas x. Saat Akbar dan Yusuf menjadi rival karena selalu bersaing di mata pelajaran dan juga bidang eskrakulikuler. Permusuhan itu runtuh ketika ternyata orangtua mereka saling mengenal.
Yusuf merupakan kakak dari teman kaceilnya yang selama ini tinggal di Bandung bersama neneknya, pantas saja Akbar tidak pernah melihat Yusuf ketika bermain di rumahnya yang di Jakarta. Dan teman kecilnya itu tidak pernah bercerita bahwa Yusuf merupakan kakak nya, dia hanya cerita kalau mempunyai kakak laki-laki.
Mengingat itu membuat Akbar berpikir dunia ini sangatlah sempit karena ornag yang menjadi rivalnya ketika SMA itu adalah kakak dari teman dekatnya. Hingga dari sana mereka jadi bersahabat dan mulai meregangkan permusuhan mereka, bahkan tak jarang bermain bersama seperti remaja lainnya. Kedua keluarga mereka juga tetap akrab. Oleh karena itu mungkin Yusuf mengundangnya ke acara ulang tahun mamanya.
Kenapa dia bisa lupa bahwa besok ada perayaan ulang tahun mamahnya Yusuf .
Gimana ini mana Akbar belum membeli kado lagi dan acaranya juga nanti malam. Akbar panic dan bingung harus minta tolong kepada siapa untuk menemaninya membeli kado. Dia itu laki-laki dan Akbar belum pernah membeli kado untuk perempuan. Huh ayo Akbar berfikir ucapnya dalam hati. Aha kenapa gak ajak Sha soalnya kalau dia ajak Nai pasti anak itu akan kegeeran lagi, tapi kalau sha gak mau gimana ya, ah itu mah urusan nanti.
Yang penting pulang sekolah nanti dia harus membujuk Sha supaya mau menmeaninya membeli kado untuk orangtua sahabatnya. Sahabat yang selalu di rindukannya itu. Akbar tersenyum puas mengenai rencanannya itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments
Lim Min Ho KW 200
karya nya bagus kak, udah aku kasih bintang 5 juga loh..
tapi jangan lupa kunjungi karya ku juga ya kak "SAHABATKU MUSUH TERBESARKU" hehe
2020-04-21
1