Sha masuk ke kelasnya saat bel sebentar lagi akan berbunyi. Seperti biasa keadaan ricuh menyambut Sha ketika hendak masuk kelas. Ada yang kesana-kemari, ada yang sibuk mengerjakan pr karena belum sempat di kerjakan di rumah mungkin dia lupa. Ada juga yang menjahili temannya sendiri sampai yang dijahili marah-marah, tapi yang menjahili malah tertawa terbahak-bahak.
Sha hanya menggelengkan kepala melihat kelakuan mereka, ada-ada saja memang kelakuan mereka. Memang ada yang bialng jika SMA itu merupakan kenangan yang tak akan pernah bisa di lupakannya.
Di SMA juga mereka bisa merasakan yang namanya cinta, ah itu juga yang sedang di rasakan Sha. Walau cintanya itu bertepuk sebelah tangan tapi dia menghargainya karena perasaan itu kan siapa yang tahu.
Tiba-tiba dia teringat Nai, sahabatnya yang seharian kemarin tidak bertegur sapa semoga aja kali ini mau bertegur sapa dengannya. Ah dia sangat merindukan Nai, Nai yang selalu bawel kepadanya.
Nai yang selalu memintanya mengajari pelajaran ketika ada pelajaran yang mereka tidak mengerti walau ujung-ujungnya ngerumpi juga dan belajarnya hanya sebentar.
Sha menyapa Bila yang sedang asyik dengan ponselya. Sha celangak-celinguk mencari Nai yang tidak kelihatan batang hidungnya itu. Mungkin lagi keluar, batin Sha.
“Emm bil hari ini ada pr gak?” tanya Sha, sambil melirik Nai yang baru datang dan fokus ke hp nya.
“Gak ada deh kalau gak salah”
Bila melihat ke arah Sha seraya mengingat-ngingat dan menggeleng-gelengkan kepalanya.
Bila memperhatikan Sha dengan seksama yang mmebuat Sha menjadi bingung dengan tingkah Bila hari ini. Sedangkan Bila sedang bimbang apa ia harus memberitahu Sha atau jangan. Lebih kalau Nai yang menjelaskannya.
Tidak ada lagi percakapan diantara mereka karena guru pelajaran pertama sudah masuk ke kelas untuk memulai pelajarannya. Sha dan bila pun duduk dengan rapi dan segera mempersiapkan alat tulis untuk belajar.
***
Kini waktunya para siswa istirahat, para siswa berhamburan untuk makan di kantin. Begitu pun dengan Nai yang terus menunggu Bila kerena ingin mengajak Sha ke kantin.
Meskipun Sha berulang kali menolak ajakan Bila, Bila terus menerus mengajak Sha katanya gak klop kalau tidak ada Sha. Bila juga ingin meluruskan permalahan di antara mereka, Bila tidak suka mereka bermusuhan. Walau tidak tahu pangkal maslahnya Bila hanya tidak ingin kalau mereka terus-menerus melancarkan aksi mogok ngobrolnya itu.
“Udahlah kalau orangnya gak mau gak usah di paksa gitu kali,” ucap Nai jutek
“Ih lo itu harusnya bantu gue buat bujuk sha biar mau ke kantin,” ucap Bila sambil mencebikkan bibirnya melihat Nai yang sama sekali tidak mau membantunya.
“Hah gue bantuin lo buat bujukin pengkhianat kayak dia,” ucap Nai ketus seraya melenggang pergi dari sana.
“Duh Nai kok jadi rumit gini sih,” ucap Bila seraya berjalan pergi mengejar Nai yang sudah duluan meninggalkannya.
Sha yang bingung dengan situasi ini hanya mampu berdoa dan berharap Nai mau memafkannya apapun kesalahan Sha itu. Sabar, sabar itu kata yang di rapalkan sha dalam hati. Lebih baik dia makan bekal yang sudah di siapkan ibunya. Sambil membaca novel yang belum dia selesaikan dia memakan makanannya.
“Sha lo disini.”
Sha terlonjak kaget dan segera mengambil novelnya yang terjatuh. Akbar yang datang ke kelas Sha segera duduk di bangku depan Sha.
“Sha tadi gue cariin kemana-mana gak ada taunya ada di kelas, hosh hosh.”
Akbar menetralkan jantungnya yang tidak beraturan akibat berlarian mencari Sha. Dia pikir setelah tidak melihat Sha ke kantin dengan Nai dan Bila, Sha ada di taman belakang yang ternyata juga tidak ada.
Sha menatap Akbar yang terlihat kecapek an itu llau memberikan botol minumnya yang langsung di ambil Akbar dan meminumnya sampai habis. Padahal Sha kan belum minum sama sekali, keluh Sha.
“Ada apa kak?”
“Gini tadi pagi mamah gue minta lo buat main ke rumah, lo bisa kan?,” tanya Akbar.
Sha menatap Akbar sejenak, lalu Akbar menjelaskan secara rinci keinginan Mamanya itu yang membuat Sha mengangguk setuju.
“Yaudah nanti gue tunggu di depan kelas lo Sha,” ucap Akbar sembari berjalan keluar dari kelas Sha karena bel tanda istirahat usai sudah berbunyi.
***
Sepulang sekolah seperti biasa Sha pulang lebih akhir daripada sahabatnya, Sha tidak mau melihat Nai yang akan pulang bareng dengan Yusuf. Oleh karena itu dia memilih pulang paling akhir. Ternyata setelah keluar kelas, kakak kelasnya itu sudah nangkring di depan kelas dengan menyender ke tembok dengan gaya cool nya yang membuat siapa saja akan terpesona olehnya.
“Ayo.” Akbar menarik tangan Sha untuk segera menuju parkiran.
Untungnya sekolah sudah sepi sehingga tidak ada yang melihat Akbar menggandneg tangan Sha. Sha yang berniat melepaskan tautan tangan mereka juga terpaksa membiarkan saja karena Akbar semakin mengeratkannya.
Akbar menjalankan motornya dengan pelan ketika mereka menuju ke rumahnya.
Sha tidak berani protes karena ya dia juga sidikit menikmati waktunya dnegan Akbar kali ini.
Sesampainya mereka di rumah mewah yang ber cat putih juga sedikit aksen abu-abu di spot tertentu. Rumah Akbar tidak kalah bagus dengan rumah Nai, pikir Sha.
“Ayo Sha ngapain bengong disitu.”
Sha tersadar dan segera mengikuti Akbar yang memasuki rumahnya. Rumah Akbar ini sangat nyaman dengan banyaknya tanaman dan bunga di halaman depan yang di tumbuhi rumput hijau.
Masuk ke dalam rumah pun suasana rumah juga tidak kalah nyamannya.
Akbar mengajak Sha untuk duduk di ruang tamu yang dominan kayu dalam peralatan rumahnya, membuat Sha betah lama-lama disini. Kursi jati yang di beri sofa, lalu ada lemari kayu besar yang memajang foto-foto Akbar serta kejuaraan basket yang pernah Akbar ikuti.
“Eh Sha akhirnya mau juga main ke sini, aduh tante masih kotor nih lagi bikin kue di dapur,” ucap Mama Akbar sambil membersihkan tepung yang menempel di tangannya pada celemeknya.
Sha mencium punggung tangan Mama Akbar dan kembali duduk. Mereka pun terlibat percakapan seru.
“Gak apa-apa kok tan, tante lagi bikin kue apa mau Sha bantuin,” ucap Sha antusias sambil tersenyum.
“Wah beneran kamu mau bantuin tante, nanti kotor loh seragamnya,” ucap Mama Akbar sekaligus tidak percaya karena ada gadis yang mau berkutat di dapur, karena biasanya gadis yang dekat dengan Akbar tidak ada yang mau membantunya membuat kue ataupun masak. Saat Sha menawarkan diri tentu Mama Akbar sangat senang sekali.
“Gak apa-apa kok tante,” ucap Sha seraya mengikuti Mama Akbar yang sudah duluan pergi ke dapur.
Akbar yang menuju dapur hanya tersenyum melihat itu, walaupun belum yakin sama perasaannya sendiri tapi dia berharap yang terbaik. Akbar menghampiri keduanya yang seakan dunia milik berdua itu. Akbar mengambil minum dan duduk di meja makan sambil memperhatikan mereka.
“Wah Sha kamu benar-benar suka ya bikin kue, buktinya hasil buatan kamu lebih bagus daripada tante,” puji Mama Akbar. Sha yang mendengar itu hanya tersipu malu dan membalas pujiannya dengan senyuman saja.
“Ah tante lebih bagus punya tante kok,” elak Sha malu dengan wajahnya yang masih memerah.
“Asik bener nih bikin kue nya.”
Mama Akbar tidak menghiraukan ucapan Akbar dan malah berbisik kepada Sha.
“Kamu tau gak Akbar itu suka banget sama ku nastar apalagi nastar keju emm bisa habis semua sama dia kalau tante bikin. Terus tante lihat akhir-akhir ini Akbar juga kayaknya ceria banget, mungkin itu karena kenal sama kamu ya,” goda Mama Akbar setengah berbisik kepada Sha.
“Ah masa sih tan, gak mungkin. Bukanya akbar masih menunggu Bintang ya tan.” Sha juga jadi ikutan berbisik kepada Mama Akbar.
“Lho kok kamu bisa tau sih soal Bintang, Akbar yang cerita ya.” Mama Akbar setengah berteriak kepada Sha karena kaget. Untung saja Akbar sudah kembai ke kamarnya, batin Mama Akbar.
Mama Akbar memperhatikan Sha yang tengah serius membuat kue. Mama Akbar meneliti penampilan Sha dari atas sampai bawah, Sha yang di tatap seperti itu pun menundukan kepalanya.
“Jika dilihat-lihat kamu mirip sama Bintang Sha, dia juga sangat suka bikin kue walau masih kecil tapi kemampuannya dalam membuat kue sudah terlihat. Apalagi ibunya punya toko kue terkenal di Yogyakarta dan sekarang sedang buka cabang di sini,” ucap Mama Akbar yang membuat Sha terdiam.
Sudahlah mungkin itu hanya kebetulan saja lebih baik Sha kembali melanjutkan pekerjaannya. Mereka pun kembali larut dalam obrolan baik itu penting atau tidak penting.
***
Saat Nai sedang bosan karena Akbar melarang untuk Nai tidak ke rumahnya karena sedang ada tamu penting. Tamu penting siapa sih, pikir Nai. Dering telepon membuat Nai bangking dari kegiatan rebahannya.
“Halo Nai.”
“Iya.”
“Kita jalan yuk, gue bosen di rumah nih.”
Sama, batin Nai menyetujui ucapan Yusuf.
“Nai?”
“Eh iya kenapa kak?”
“Siang ini jalan yuk. Gue jemput setengah jam lagi lo harus udah siap.”
Bipp
Yusuf pun memutuskan telfonnya. Sementara Nai hanya mendengus karena Yusuf langsung menutup teleponnya padahal Nai mau menanyakan mereka mau pergi kemana. Huh dasar menyebalkan ucap Nai dalam hati, belum sempat bilang iya saja sudah memutuskan untuk menyuruh Nai menunggunya.
Meski begitu tak urung Nai bangkit dari kasurnya dan mulai bersiap-siap juga berdandan. Sesuai dengan janji Yusuf, Yusuf sampai 30 menit kemudian. Tanpa lama-lama lagi mereka mulai membelah jalanan Bandung yang panas siang ini.
Dia kira akan di bawa jalan-jalan ke mall eh ini malah di bawa ketaman, dasar kakak kelas resek Nai menggerutu dalam hati. Mana tamannya ini kebanyakan anak-anak dan ibu-ibu yang suka ngerumpi. Yusuf pikir Nai ini ibu-ibu yang suka ngerumpi atau anak-anak yang masih suka main perosotan.
Bibir Nai cemberut ,hellow ini itu udah tahun 2017, jaman anak hits kekinian yang mainnya itu ke tempat yang hits atau instagramable. Ya kalau gak kesana minimal ke mall lah untuk cuci mata huh dumel Nai dalam hati.
Nai mengikuti langkah Yusuf sembari ngedumel. Yusuf pun mengajak Nai untuk duduk di salah satu bangku taman.
“Nai lo tau gak kenapa gue ajak lo ke taman ini,” ucap Yusuf seraya memperhatikan anak-anak yang sedang bermain bola.
“Gak,” ucap nai ketus
“Gue ajak lo kesini karena sekarang adalah ulang tahun adik gue yang paling gue sayang, dan tempat ini adalah tempat yang selalu gue kunjungi dengan keluarga gue untuk merayakan ulang tahunnya. Gue juga gak tau kenapa dia ingin merayakan nya disini tapi asal itu membuatnya bahagia kita melakukannya,” Yusuf bercerita seraya menerawang kejadian beberapa tahun silam.
Nai yang awalnya tidak tertarik kini mulai tertarik dengan topik yang dibicarakan Yusuf. Bibir Nai juga sudah tidak cemberut lagi, kini malah banyak sejuta tanya yang ingin Nai tanyakan kepada Yusuf.
“Disini juga gue bertemu dengan sahabat Bintang, jadi alasan kenapa dia selalu ingin dirayakan di taman karena dia mau sahabatnya selalu ada saat dia merayakan ulang tahunnya walupun belum pernah kesampaian karena mereka tidak pernah bertemu semenjak sahabat Bintnag pindah,” ucap Yusuf pedih.
“Bintang merupakan anak yang periang dan selalu membawa aura keceriaan, orang yang berada di dekatnya akan selalu tersenyum oleh tingkah lakunya. Bintang merupakan anugerah bagi keluarga gue karena sebenarnya gue bukan anak kandung mereka dan Bintanglah anak kandung mereka. Bintang juga anak yang tidak pernah mebedakan teman-temannya,” lanjut Yusuf, dia juga sangat rindu pada adiknya tersebut walaupun bukan adik kandung tapi dia tetap menyayanginya seperti adiknya sendiri.
“Terus sekarang ade lo dimana?” tanya Nai penasaran dengan adik Yusuf karena selama ini dia belum pernah melihat adik Yusuf yang tadi di ceritakannya.
“Dia udah gak ada,” ucap Yusuf menahan tangis karena masih belum rela bahwa adiknya tersebut sudah meninggalkannya.
“Maaf gue gak tau,” ucap Nai.
“Gak apa-apa kok, itu kejadiannya sudah lama kok,” ucap Yusuf seraya tersenyum ke arah Nai.
“Kak kita pulang yu udah sore,” alibi Nai karena sebenarnya dia tidak betah lama-lama di taman bikin dia ingat sama Sha dan Akbar saja.
Karena memang sudah sore akhirnya Yusuf menyetujuinya walaupun sebenarnya dia masih ingin disini karena masih kangen dengan taman ini.
“Makasih ya Nai udah mau dengerin cerita gue.”
“Gak apa-apa kok selow aja kali,” canda Nai.
“Nai gue pulang dulu.”
Nai melambaikan tangannya kea rah Yusuf yang sduah melajukan motornya. Nai yang bingung pun Akhirnya mmeutuskan untuk pergi ke rumah Akbar, Nai juga penasaran dengan tamu penting yang di bicarakan Akbar.
Dengan semangat Nai berjalan ke rumah Akbar. Nai sempat terheran karena di rumah Akbar tidak terdapat motor ataupun mobil yang terparkir. Akbar pasti membohonginya, Nai kesal dengan pemikirannya itu.
Nai masuk ke rumah Akbar yang ternyata sepi, benar berarti duagaannya, batin Nai kembali menyeruak. Saat akan melangkah masuk ke ruang keluarga yang dekat dengan dapur sebuah suara mengagetkannya.
“Nai, kapan datang?” Mama Akbar menyapa Nai yang sedang berdiri di ruang tamu.
“Barusan tante.”
“Akbarnya ada?”
“Oh itu Akbar lagi—“
Nai memperhatikan Mama Akbar yang terlihat bingung. Nai melongok kesana-kemari mencari keberadaan Akbar yang memang tidak terlihat.
“Nai.”
“Iya tante.”
“Kamu masih mau disini, duh.”
Mama Akbar terlihat sedikit panik, eh batin Nai.
“Gak apa-apa tente kalau memang Akbar gak ada Nai pulang aja deh tante.”
Nai menjadi lesu niatnya untuk mengetahui tamu penting Akbar gagal. Nai mencoba mencari cara agar masih bisa bertahan di rumah Akbar. Nai pura-pura memainkan kakiknya.
“Aduh tante Nai boleh numpang ke toilet sepertinya Nai kebelet pipis nih,” Nai mencoba meyakinkan aktingnya dengan bergaya memelas seperti seseorang menahan pipis.
Mama Akbar menghela nafas, dia sangat tahu dnegan sifat keras kepala Nai.
“Yasudah tante ke depan dulu ya Nai mau beli sesuatu,” ucap Mama Akbar Akhirnya.
Nai bersorak dan segera berjalan kea rah toilet. Samar-samar Nai mendengar dua orang yang sedang berbincang dari arah dapur. Lalu kemudian dia mendengar tawa Akbar yang menggelegar. Nai yang menasaran diam-diam berbalik arah menuju dapur.
Langkahnya dibuat sehati-hati mungkin agar tidak menimbulkan jejak.
Sampai di ruang makan Nai belum melihat batang hidung Akbar serta orang yang mengobrol dengan Akbar tadi. Nai pun melangkah semakin maju menuju dapur. Tiba-tiba dadanya bergemuruh dan matanya ternbelalak.
Ituuuu
Itu kann
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments
Sunflopie
Hallo aku udah mampir nih, salam dari charcoal flowers 🌻
2020-10-09
0
Noe larassati
udah di feedback kak. tetep semangat ya
2020-04-24
0
Ishiba Yoake(Bangkit)
Sudah Saya Like Semua Tuh HazelTermasuk Coment Dan Balas Coment,Udh Rating Juga,Semangat Lanjut Yah,Saya Juga Masih Ingin Bom Like Karyamu Yang Lain Juga Abis Ini :v
2020-04-24
1