Akbar yang sedari pagi memaksa Mamanya untuk bercerita mengenai bagaimana Mamanya bertemu dengan Sha, tetapi Mamanya tidak memberitahu Akbar dan malah balik bertanya tentang Sha kepada Akbar.
Menurut cerita Mamanya Sha itu anak yang ramah, sayang sama oraangtua dan anak kecil juga suka menolong orang. Akbar tidak menerima pendapat Mamanya begitu saja karena awal pertemuan mereka tidak ramah, Akbar tersenyum mengingat itu.
“Ngapain kamu senyam senyum sendiri?” tanya Mama Akbar heran melihat tingkah anaknya.
Di tanya demikian bukannya menjawab Akbar malah semakin melebarkan senyumnya. Akbar selalu tersenyum mengingat kenangan pertama mereka. Sha yang menganggapnya aneh dan dirinya juga sebenarnya membenarkannya. Lalu dia mulai melihat sisi ramah dan rapuh Sha ketika dia melihat Sha menangis di taman belakang ketika itu.
“Ayo Ma cerita dong kenapa bisa kenal sama Sha?"
Akbar merengek seperti anak kecil dan terus membuntuti Mamanya yang sedang di sibuk di dapur. Mamanya heran sejak pulang dari pesta Akbar terus bertanya tentang itu kepada Mamanya yang membuatnya pusing. Bahkan sejak pulang sekolah saat ini saja Akbar terus membututinya.
“Aduh Akbar pusing deh Mama dengernya kamu tuh kenapa sih pengen tau banget Mama bisa kenal sama Sha kepo deh kamu ini” ucap Mamah Akbar seraya membereskan meja makan bekas makan dirinya dan Akbar.
“Ayo dong Ma kan Akbar penasaran.” melasnya dengan gaya puppy eyes yang membuat orang akan tertawa jika melihat ekspresinya saat ini.
“Iya-iya akan Mama ceritakan,” ucap Mamanya seraya mengajak Akbar untuk duduk di ruang keluarga.
“Jadi gini...”
Mama Akbar mulai menceritakan kronologi pertemuannya dengan Sha. Di mulai dari dirinya yang akan berangkat ke kantor dan berhenti di tengah jalan karena lupa membawa sim. Saat berniat hendak memesan taksi, dia di hadang dua pencopet yang kemudian di tolong Sha. Mereka yang berlarian menghindari pencopet juga dirinya yang terjatuh sehingga Sha menyarankan untuk bersembunyi di mini market.
“Begitu ceritanya Akbar, ih Mama jadi pengen deh punya anak perempuan kayak Sha.”
Mama Akbar yang sedang membayangkan Sha menjadi anaknya menjadi tersenyum. Mama Akbar melihat anaknya yang terbengong setelah ceritanya selesai.
Akbar bangkit, “Terserah mamah deh akbar mau pergi dulu.”
Akbar pergi dan kini Mamanya yang terbengong melihat tingkah anak semata wayangnya itu. Tidak lama terdengar deru mesin motor, Mamahnya hanya menggerutu mendengar kepergian motor Akbar.
“Ckck anak itu kebiasaan deh,” decak Mamanya Akbar.
Mama Akbar melihat luka di kakinya yang sudah sedikit sembuh, kembali teringat dengan Sha yang di rasa tidak asing dengan wajahnya. Mama Akbar seperti pernah melihatnya, tapi dimana ya kok bisa lupa. Sudahlah lebih baik dia mengurus pekerjaannya kembali.
***
Sha disuruh ibunya untuk kesupermarket, karena di dekat komplek rumahnya tutup dia pun pergi untuk mencari supermarket lain. Setelah melihat supermarketnya dia segera masuk ke sana. Dia pun belanja bahan yang di suruh ibunya , sesekali memeriksanya takut ada yang terlewat.
Tiba-tiba Sha seperti mendengar tangisan seorang anak kecil, dia pun mencari sumber suaranya yang ternyata dari seorang anak perempuan yang sedang jongkok dekat kulkas eskrim. Sha pun menghampiri anak tersebut.
“Ade kenapa nangis.”
Sha jongkok dan mensejajarkan tubuhnya dengan anak kecil tersebut. Lama, tidak ada jawaban dari anak kecil itu. Malah, tangisnya semakin menjadi membuat Sha bingung.
“Mau eskrim huaaa,” teriak anak tersebut sambil menangis.
Sha pun mencoba menggendong anak tersebut untuk memilih eskrim yang diinginkan anak tersebut. Anak tersebut menunjuk salah satu eskrim yang ada disana, Sha pun mengambilkannya. Sha menurunkan anak tersebut dari gendongannya.
Sha menggandeng tangan anak kecil tersebut, mereka pun berjalan beriringan sambil mendorong troly, setelah selesai Sha pun berniat untuk mengantarkan anak tersebut pulang. Meski anak tersebut menolaknya dan akhirnya menyuruh Sha mengantarkannya ke taman saja.
Walaupun belum terlalu tahu daerah sini, Sha pun berjalan sesuai dengan intruksi yang di berikan oleh anak kecil tersebut. Sampai dia melihat suatu taman, Sha pun bertanya apakah itu taman yang di maksud oleh anak tersebut. Anak tersebut masih asyik dengan es krimnya tetapi langsung menganggukan kepalanya begitu melihat kearah taman yang di tunjuk Sha.
Mereka pun berjalan kearah taman yang terlihat ramai karena hari sudah menjelang sore. Pasti banyak anak-anak yang sedang bermain disana, pikir Sha. Benar, Sha melihat banyak anak laki-laki sedang bermain bola, sedang anak perempuan kebanyakan naik permainan seperti ayunan, perosotan dan sebagainya.
Dia juga melihat ibu-ibu sedang ngerumpi di sana, mungkin salah satu diantaranya adalah ibu dari anak ini. Sesekali mereka juga melihat ke arah anak-anaknya yang tengah bermain. Sha mengajak anak itu untuk duduk di taman.
***
Setelah sampai di tempat tujuannya Akbar menyunggingkan senyuman di bibirnya. Tempat inilah yang selalu Akbar kunjungi ketika dia rindu kepada teman masa lalunya. Meski tidak sama dengan tempat yang dulu, Akbar seolah kembali kepada masa lalu ketika berada disini.
Akbar berjalan ke bawah pohon yang biasa ia duduki , pohon tersebut masih sama dengan terakhir kali dia kesini masih sangat rindang dang nyaman untuk berteduh. Setelah menikmati kurang lebih lima menit dia berjalan ke arah anak-anak yang sedang bermain bola. Akbar pun ikutan bermain bola dengan anak-anak tersebut.
Ketika sedang asik bermain bola matanya menangkap bayangan seorang gadis yang beberapa hari ini singgah di pikirannya. Dalam hati dia bertanya tanya sedang sha kemari , bahkan ini bukan daerah sekitar rumahnya.
Akbar pun menghampiri Sha yang sedang menggandeng seorang anak perempuan sekitar 4 tahuanan di bangku taman. Dari mimik mukanya akbar melihat bahwa Sha tengah kebingungan, karena penasaran akbar pun menghampirinya.
“Sha , kok lo bisa ada disini sih?” tanya Akbar.
“Emm itu kak tadi aku kan ke supermarket, tiba-tiba ada anak kecil nangis. Terus aku samperin, saat aku ajak dia untuk pulang dia mengajakku kesini. Sekarang aku harus pulang takut di cariin orang rumah.“ Sha menjelaskan dengan raut cemas karena ini sudah sore.
Dan jangan lupakan anak kecil yang masih asyik mengemut es krimnya itu.
“Dek kamu tahu rumhamu?”
Akbar bertanya sambil mensejajarkan tubuhnya dengan anak kecil tersebut. Melihat Anak kecil tersebut yang menggelengkan kepalannya mmebuat Akbar berpikir keras bagaimana dia bisa mengembalikan anak ini kepada ibunya.
“Ah iya kamu kesini sama siapa?”
Anak kecil yang terlihat bingung dengan pertanyaan Akbar itu segera menatap Akbar. Akbar bertanya sekali lagi agar anak itu paham.
“Ibu kak, tadi sama ibu.”
“Ohhh, ya sudah kakak bantu cari ibu kamu ya,” ucap Akbar seraya menggandeng tangan anak kecil tersebut.
Meninggalkan Sha yang masih diam mematung dan akhirnya mengikuti kemana pun Akbar menggandneg anak kecil tersebut.
Setelah berkeliling lumayan lama di taman mereka tidak menemukan jejak ibu dari anak perempuan tersebut, karena lelah mereka akhirnya duduk di bangku taman kembali. Mereka terlihat sangat serasi maka tak heran banyak ibu-ibu di taman yang menganggap mereka pasangan muda di tambah lagi dengan hadirnya seorang anak kecil ditengah-tengah mereka. Saat sedang mengobrol datang seorang ibu-ibu yang terlihat panik.
“Aduh nak kamu kemana saja sih daritadi ibu cariin juga.”
Ibu tersebut memeluk anaknya.
“Ibu,” ucap anak tersebut riang dan membalas pelukan ibunya.
“Ibu tadi kan Bintang mau beli esklim telus ibu gak ada jadi bintang pelgi sendilian dan ketemu kakak cantik, kakak cantik membeli bintang esklim telus kita ke taman cali ibu.”
Bintang-nama anak kecil tersebut- berbicara kepada ibunya dengan cadelnya dan senyuman manis tak pernah luntur dari wajahnya.
Sha hanya tersenyum, sementara Akbar mematung mendengar nama anak tersebut. Akbar jadi teringat masa lalunya dengan orang yang bernama bintang. Setelah mengucapkan terima kasih ibu dan anak tersebut pamit meninggalkan Akbar dan Sha yang sedang bergelut dengan pikirannya masing-masing.
“Sha mau pulang?”
“Iya kak.”
“Ayo gue anterin.”
Belum sempat Sha mengiyakan Akbar sudah terlebih dahulu berjalan dan membawa belanjaan Sha. Matu tidak mau Sha mengikutinya.
Mereka berjalan beriringan menuju tempat parker motor Akrbar. Hingga tiba-tiba datang sebuah bola dengan cukup keras ke arah Sha, Akbar yang melihat kejadian tersebut dengan sigap melindungi Sha dari bola tersebut.
Bukk
Bolanya tepat mengenai kepala Akbar, Akbar mengaduh sebentar. Sha melihat pelipis Akbar sedikit memar dan mengeluarkan darah.
“Dek kalau main bola itu hati-hati kalau kena orang seperti sekarang ini gimana untung kenanya ke kakak gimana kalau orang lain coba.”
Akbar menasihati dan memberikan bola tersebut kepada seorang anak laki-laki yang menghampirinya untuk mengambil bola tersebut.
“Lo gak apa apa kan?”
Akbar bertanya dengan nada khawatir. Sha hanya menjawabnya dengan gelengan kepala, Sha menyentuh luka yang tadi dilihatnya.
“Awh,” ringis Akbar.
“Maaf ya kak, bentar ya aku beli dulu.”
Sha berlari menuju warung terdekat. Sha kembali dengan membawa sebotol air mineral dan sebuah plester. Sha mulai membersihkan luka Akbar terlebih dahulu menggunakan saputangan dan air mineral.
“Awh, Sha pelan-pelan.”
“Iya iya maaf kak.”
Sha meniupi luka yang ada di pelipis Akbar setelah dia mengolesi obat luka. Lalu, menempelkan sebuah plester.
“Makasih ya kak tadi udah nolongin, kalau gak nanti aku yang bakalan kayak gini. Maaf juga gara-gara aku kakak bisa terluka.”
“Iya gak apa-apa kok, santai aja.”
“Oh iya kak ini gue balikin saputangannya, maaf ya jadi kotor lagi karena tadi di pakai untuk ngebersihin luka kakak.”
Sha pun memberikan saputangan Akbar yang terdapat sedikit noda merah di sudut saputangan. Akbar menerimanya dan menatap saputangan itu dengan tatapan yang tidak bisa dimenerti Sha.
“Kak ada yang mau aku tanyakan , tapi kakak jangan marah ya.”
“Tanya apa.”
Akbar tersentak sambil mengkerutkan dahinya bingung tidak biasanya gadis di sampingnya ini banyak tanya.
“Emm itu kan di saputangan itu
aja jaitan tulisan bintang, kalau boleh tau bintang itu siapa ya kak pacar kakak ya?”
“Bintang itu sahabat kecil gue yang waktu itu di ceritain di taman belakang sekolah.”
“Ohhh.”
“Dia itu orang yang spesial dalam hidup gue, dan gak akan pernah ada penggantinya. Kita pertama kali bertemu di taman, dan saputangan ini juga pemberiannya.”
“Bintang itu perempuan yang gue sayangi setelah mamah karena gue gak punya sodara perempuan. Tapi takdir berkata lain tuhan memanggil Bintang duluan. Dia mengalami kecelakan dan jatuh ke jurang. Orangtuanya selamat, tapi Bintang kemungkinan besar masuk ke jurang tapi sampai saat ini jasadnya tidak di temukan,” lanjut Akbar sambil menerawang kejadian pahit beberapa tahun silam.
Sha memijit kepalnya karena tiba-tiba dia seperti pernah mengalami kejadian tersebut . bayngan kejadian saat dia jatuh ke jurang tiba-tiba berputar di otaknya , tapi dia tidak mengingat kejadiannya secara detail. Karena tidak mendapat kan respon sha ,akbar pun menolehkan kepalanya ke samping . wajahnya berubah panik ketika melihat sha memegang kepalanya.
“Sha lo baik-baik aja kan,” ucap akbar dengan khawatir.
“Gak apa-apa ko kak,” ucap sha seraya tersenyum.
“Ayo gue anterin pulang.”
Kali ini Sha menurut saja karena kepalanya sungguh terasa pusing.
“Makasih ya kak.”
“Sama-sama Sha, kalau gitu gue pulang dulu ya.”
Sha mengangguk dan lantas masuk ke dalam rumahnya setelah Akbar hilang dari pandangannya. Setelah memberikan belanjaan ibunya, Sha pamit ke kamarnya kepada ibu. Sha lansung merebahkan diri di kasur karena kepalanya masih sedikit pusing.
Sha memikirkan kejadian tadi, kenapa kejadian yang dialami sahabat Akbar yang bernama Bintang itu seperti pernah dialaminya. Walaupun samar-samar Sha seperti melihat dirinya jatuh kejurang.
Sha meraba kalung yang terpasang di lehernya, Sha meraba-raba dan memainkannya.
Sha mulai melihat dan memperhatikan dengan seksama kalung berbandul bintang itu. Mata Sha menangkap sebuah ukiran yang membentuk huruf di belakang kalung itu.
“Bintang,” beo Sha.
Kenapa Sha merasa tidak asing dengan nama Bintang yang tertera di kalungnya itu. Kenapa semuanya jadi rumit, pertengkarannya dengan Nai pun belum berakir karena Nai masih susah di hubungi. Kini di tambah lagi kenapa jantungnya selalu berdetak kencang jika berdekatan dengan Akbar.
Walaupun dia suka kepada Yusuf tapi dia tidak pernah merasakan degup jantung yang bergerak cepat ketika berdekatan dengan Yusuf. Ada apa sih dengan jantungnya ini, apa perlu dia periksa ke dokter.
Makin di pikirkan semakin pusing saja kepalanya ini. Lebih baik dia segera mengistirahat tubuhnya sebentar saja.
***
Sepulang dari taman serta rumah Sha Akbar jadi lebih ceria, Entahlah sekarang dia seperti punya teman tempatnya berbagi cerita. Sebenarnya baru pertama kali ini dia bercerita tentang Bintang kepada orang lain selain ibunya, bahkan Nai pun belum mengetahuinya. Nai hanya tahu bahwa akbar masih menunggu sosok masalalunya.
Akbar ingat dia juga pernah menceritakan sahabatnya itu kepada Sha walau tidak detail. Sekarang perasaan Akbar menjadi lega karena bisa menceritakan ke pahitan yang di simpannya bertahun-tahun kepada orang lain. Akbar seolah kembali ke pada masa saat dia mengenal Bintang.
Akbar kecil merupakan orang yang pendiam tapi semenjak kehadiran Bintang , dunianya menjadi lebih ceria dan berwarna Maka tidak heran saat Bintang dinyatakan hilang di jurang dan dianggap meninggal, Akbar sangat terpukul serta sangat terlihat murung. Dia pun kembali menjadi akbar yang pendiam dan irit bicara.
Hanya saat-saat tertentu saja dia mau bercerita. Akbar memang orang yang enak diajak ngobrol jika memang sudah mengenal lama dirinya. Akan tetapi jika belum kenal pasti akan menyebut dirinya dingin dan irit bicara, bahkan menurut Nai Akbar itu menyebalkan. Selalu saja tidak mau kalah jika berantem dengan Nai.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments