Sepulang sekolah Sha, Nai, dan Bila pergi ke rumah Nai. Sha sempat tertegun dengan kemawahan rumah Nai yang terlihat sepi karena di rumah nai hanya ada pembantu saja. Bila gembira mendengar kabar itu dan itu artinya mereka bebas melakukan apa saja.
Termasuk saat ini mereka sedang memasak untuk makan siang walau sebenarnya hanya Sha saja yang memasaknya. Bila dan Nai lebih banyak mengacaukan dapur Nai, tetapi Sha tetap senang karena mereka mau menemani Sha. Setelah berkutat selama kurang lebih lima belas menit makanannya pun jadi.
Walaupun hanya makanan sederhana yang dimasak Sha, Nai dan Bila tetap ngiler dan tidak sabar untuk mencicipinya. Entah karena lapar atau makanan yang Sha masak memang enak mereka memakannya dengan antusias, bahkan tanpa sisa.
“Ah kenyang deh ini perut , ayo sekarang kita ke kamar Nai untuk pilihin bajunya Nai,” ucap bila semangat dan segera bangkit dari duduknya.
“Entar dulu Bil makanan gue belum turun ke usus nih,” protes Nai yang mendapat persetujuan Sha.
Dua lawan satu, Nai hanya pasrah dan kembali ke tempat duduknya sembari memperhatikan Bila yang mengelus perutnya sedangkan meminum jus stroberinya.
“Nai nyokap bokap lo keluar kotanya kemana sekarang?” Bila begitu penasaran dengan rumah Nai yang luas tetapi diisi hanya oleh Nai dan satu pembantunya, satu tukang kebun serta satu sopir.
Berarti Nai hanya di rumah dengan pembantunya karena sopir dan tukang kedun sudah disedikan seperti posko untuk mereka dua, mirip rumah sih tetapi lebih kecil.
Nai mengangkat bahunya cuek.”Gue juga kurang tahu kalau sekarang gak peduli juga ah.”
Nai memakan stroberi dengan santai tanpa memperhatikan tatapan heran dari Shad an Bila.
“Udah deh ayo ke kamar gue.”
“Ehh i ya a yo.” Bila menggaruk kepalanya kikuk.
Sha dan Bila mengekor Nai yang memasuki kamar di lantai dua. Kamar yang di dominasi warna biru langit membuat Sha kembali terpana. Peralatan make up yang lengkap di sisi kanan ranjang bersebelahan dengan sebuah lemari besar empat pintu yang di pinggirnya terdapat pintu kamar mandi.
Nai mulai membuka lemarinya agar Sha dan Bila bisa memilih gaun dengan lebih leluasa.
Bila tidak kaget karena pakaian di rumahnya juga tidak kalah banyak dengan Nai. Berbeda dengan Sha yang memang tidak terlalu fanatic terhadap pakaian dan shopping.
Mula-mula Sha dan Bila melihat-lihat terlebi dahulu dress yang ada di lemari Nai. Sha melihat Bila yang sibuk memilih dengan antusias, berbeda dengan Sha yang bingung untuk memilih ketika melihat isi lemari nai yang di penuhi dress sangat indah dengan harga yang tentunya mahal.
“Nai coba ini,” ucap Bila sambil menyodorkan sebuah gaun kepada Nai.
Nai menggeleng dan Bila kembali memberikan gaun yang telah di pilihnya. Bila menyuruh Nai untuk mencoba terlebih dahulu karena sudah ada hampir sepuluh gaun yang dipilih Bila tidak cocok menurut Nai.
Sementara Sha masih memlih pakaiannya, lalu pilihannya kali ini jatuh kepada dress berwarna soft pink selutut dengan pita disisi kirinya dan lengan pendek terdapat beberapa mute di lengannya yang menurutnya sangat pas jika di kenakan Nai.
Sha meliirik Nai sedang mencoba beberapa gaun yang dipilihkan Bila, tapi tetap tidak ada yang membuatnya pas dan Bila juga merasa begitu kali ini. Hingga sha menyodorkan gaun yang dipilihnya untuk di coba oleh Nai.
Nai masuk dengan wajah cemberut sedangkan Bila dan Sha cemas. Setelah Nai keluar Sha dan Bila melongo karena mereka merasa gaun tersebut sangat pas di tubuh Nai dan giliran Nai yang cemas terhadap komentar mereka ynag sedari tadi hanya diam.
“Gimana?” Nai membuka suara di tengah keterkejutan mereka berdua.
Bila memberikan dua jempolnya.
“Cantik.” komentar Sha yang membuat Nai tersipu.
“Coba puter Nai.”
Nai menuruti keinginan Bila.
“Perfect.”
“Oke pakai gaun ini Nai."
Nai mengangguk, sejujurnya Nai pun merasa nyaman dengan gaun tersebut akhirnya mereka sepakat untuk memilih gaun tersebut.
“Lest go girl saatnya make up,” seru Bila yang membuat Nai dan Sha terkekeh.
Bila pun mulai memakaikan make up tipis ke wajah Nai, sedangkan Sha membantu mengambil benda yang di butuhkan Bila. Setelah selesai dengan tugasnya Bila menyuruh Sha untuk memilih sepatu yang akan dikenakan Nai. Sementara Bila masih berkutat dengan make up Nai yang belum selesai.
Hingga pilihannya jatuh kepda sepatu hak tinggi berwarna putih tulang dengan hiasan manik-manik berwarna pink yang dirasanya cocok dengan baju yang di pakai nai. Setelah di rasa pas dan Nai pun menyukainya dia duduk di sofa dekat dengan meja rias di kamar nai. Dia pun membuka hpnya dan alangkah terkejutnya ketika mendapat banyak pesan dari ibunya yang menyuruhnya untuk segera pulang.
Sha lupa tentang janjinya akan pulang sebelum jam 5 dan sekarang sudah jam 5. Sha menepuk jidatnya pelan dan segera membereskan barangnya. Khawatir takut terjadi sesuatu sama ibunya, dia pun pamit ijin pulang terlebih dahulu.
“Sha beneran nih gap apa-apa naim ojek?” tanya Bila tampak khawatir.
“Gak apa-apa kok Bil.”
“Duh sori ya Sha gara-gara gue lo jadi pulang telat.”
“Iya gak apa-apa kok.”
“Mau di anter Bila,” bujuk Nai.
“Gak usah abangnya bentar lagi nyampe lagian make up belum beres semua kan.”
Mereka pun menunggu ojek online di depan rumah Nai. Sha pun pulang dengan naik ojek online.
***
Sesampainya di rumah ibunya menyuruh Sha untuk segera bersiap-siap mandi dan setelah itu menyuruh Sha untuk dandan yang cantik. Walau sedikit bingung, Sha pun menuruti perkataan ibunya.
Selesai mandi Sha pun mencoba gaun yang sudah disiapkan ibunya yang di letakan di kasurnya. Gaun putih tulang dengan potongan yang tidak terlalu terbuka dan berlengan pendek sesiku. Di bagian dadanya terdapat sentuhan sedikit manik-manik membuat gauin itu terlihat mewah dan gaun tersebut sangat pas di tubuhnya.
Sha menatap pantulan dirinya yang terlihat bereda ketika memakai gaun itu, lebih terkesan anggun.
Sha jadi tersipu sendiri dan merasa tidak pantas untuk memakainya, lagi pula untuk apa dia memakai gaun ini. Belum sempat Sha melepas gaun tersebut di tubuhnya ibunya masuk ke kamarnya dan menyuruhnya untuk duduk di meja rias. Ibunya pun mulai mendadani anaknya tersebut walaupun hanya make up tipis tapi aura kecantikannya terpancar jelas.
“Nah selesai, nduk kamu cantik banget kalau di dandanin begini.” Ibunya memuji kecantikan anaknya yang terpantul di cermin.
Benar kata majikannya itu Sha memang cantik walau tanpa di poles make up pun dan sekarang, ah sudahlah keburu terlambat.
“Oh iya ini sepatunya, ayo sebentar lagi bapak datang menjemput kita.”
Ibunya hampir lupa saat melihat kaki Sha yang telanjang, ibunya pun memberika sebuah sepatu berwarna pink pastel sangat cocok dengan gaunnya tersebut.
“Emang kita mau kemana sih buk pake acara pakai gaun segala di tambah dandan lagi kan aku gak biasa dandan bu?” tanya Sha sekaligus penasaran.
“Ibu juga pakaiannya rapi banget kayak mau ke kondangan keluarga aja?” Sha terus bertanya sedangkan Ibunya hanya diam dan serius memperhatikan ponselnya.
“Nanti kamu juga akan tau sendiri kok, ayo cepetan pakai sepatunya habis itu kita ke depan itu bapak kayaknya udah nyampe,”ucap ibunya seraya meninggalkan Sha seorang diri di dalam kamar.
Dengan perasaan yang penasaran karena tidak tau merek mau kemana, akhirnya dia pun bangkit dan mulai memakai sepatu yang memang sangat pas di kakinya.
Sha menghampiri bapak ibunya yang sudah menunggunya dengan wajah merekah. Fiks Sha jadi curiga. Selama perjalanan Sha selalu bertanya kepada Ibu Bapaknya tapi tetap saja jawabannya, nanti kamu juga tahu. Ya iyalah kan tujuannya kesana pasti tau, Sha jadi kesal dan mulai menikmati perjalanan malamnya dalam mobil bersama keluarganya yang jarang terjadi.
Sha sempat tersipu ketika bapaknya bilang bahwa hari ini Sha sangat cantik seperti bidadari, uhh pipi Sha memanas mendengarnya.
***
Tittt
“Ayo Nai buruan itu kak Yusuf sudah datang.”
“Bentar Bil sedikit susah tau high hils nya,” gerutu Nai.
Bila pun segera menggendeng Nai dengan riangnya, senyumnya semakin lebar melihat ketampanan Yusuf yang bertambah berkali-kali lipat.
“Udah sana samperin.” Bila mendorong Nai di pintu depan rumah Nai untuk segera menghampiri Yusuf.
Bila memang sengaja menginap di rumah Nai untuk menemani gadis itu lagian di rumahnya juga dia bosan.
“Maaf kak la ma ya.” Nai menunduk malu melihat Yusuf yang tidak mengalihkan pandangannya dari Nai.
Nai jadi salah tingkah dan takut dirinya salah kostum. Ingin melirik Bila yang sedang cengar-cengir saja tidak mau karena harus bertatapan dnegan Yusuf, akhirnya Nai hanya menunduk saja.
“Ehm Nai sudah siap?” Yusuf mendekat ke tempat Nai berdiri yang membuat Nai gugup.
Klek
Pintu mobil terbuka membuat Nai mengerjap, Yusuf membantunya membuka pintu mobil eh.
“Silahkan masuk tuan putri.”
Yusuf membuka pintunya semakin lebar dan mempersilahkan Nai untuk segera masuk, takut terlambat.
Nai masuk dengan pipi yang sudah seperti kepiting rebus, untung saja malam gelap jadi tidak terlalu kentara terlihat dia yang sedang blushing.
Yusuf membunyikan klaksonnya lagi sebagai tanda pamit kepada Bila dan Bila pun saling melambaikan tangan dengan Nai. Mobil pun melaju dengan kecepatan sedang denga sebuah musik mengalun indah.
Aku ada tapi seperti tak ada
Saat kau tak ada disisiku
Karena kamulah gemintang
Yang hinggap di setiap malam
Kau terangi gelapku
Apa aku tanpa kamu
Tak ada tujuan
Sebab hanya kamu pelita hatiku
Cintaku kan selalu tertuju padamu
Ku sebrangi samudera hanya
Untuk bersamamu
Jurang yang membentang antara kau dan aku
Tak kan melebihi cintaku kepadamu
Yusuf semakin gugup ketika mendengar alunan lagunya, Yusuf pun menatap Naila yang sibuk meremas jarinya. Tingkah naila itu membuat Yusuf tersenyum lebar.
“Cantik.”
“Apa kak?” spontan Nai melirik ke arah Yusuf yang sedang menatapnya.
Nai semakin gugup dan Yusuf tidak mengalihkan pandangannya.
“Kak itu sudah hijau.”
“Ah eh oh i ya.”
Yusuf pun kembali melajukan mobilnya hingga mereka sampai di depan rumahnya yang sudah di sulap menjadi tempat pesta garden party yang terlihat mewah walau tidak di gedung. Nai sangat menyukainya apa alagi melihat kerlap kerlip lampu. Mereka pun turun setelah Yusuf memarkirkan mobilnya.
Yusuf kembali membukakan pintu untuk Naila dan mengulurkan tangannya untuk di gandeng. Dengan malu-malu Nai menerimannya dan mereka berjalan dengan bergandengan ke ruang utama pesta dimana terdapat kedua orangtua Yusuf.
“Nai ayo kita ke orangtuaku,” ajak Yusuf.
Nai berhenti ketika menyadari tujuan untuk ke pesta ini adalah untuk ketemu Akbar dan tadi dia melihat Akbar dengan Mamanya. Benar dugaannya bahwa Akbar memang di undang juga.
“Nai ayo,” ajak Yusuf lagi yang mmebuat Nai menggeleng.
“Kak nanti aja ya please gue malu rasanya gugup banget sampai gak tahan pengen pipis".
Yusuf mengernyit tapi taak lama melepaskan genggamannya dan membiarkan Nai mencari toilet.
“Nanti lo lurus aja ke taman itu lalu ketemu pertigaan lo belok kiri nah disana ada toilet.”
Nai ragu sejenak karena memang bukan itu dan merasa bersalah telah membohongi Yusuf.
“Mau di anatar?” tawar Yusuf.
“Eh gak usah kak gue hafal kok jalannya.”
Nai buru-buru meninggalkan Yusuf dan melambaikan tangan serta berkata akan kembali secepatnya. Setelah menyusuri jalan yang di tunjukan Yusuf, Nai tidak menemukan Akbar sampai dia terus berjalan dan menemukan seorang lelaki yang dirasa di kenalanya.
“Woyyy.” teriak Nai di telinga Akbar.
“Eh copot cepot copet,” latah Akbar sambil berbalik dan memperlihatkan tatapan membunuhnya kepada siapa saja yang mengganggunya itu.
“Hehe.”
Akbar semakin sebal melihat Nai.
“LOOOO!!!”
Akbar ingin menonjok siapapun saat ini ketika melihat wajah Nai. Dia bahkan tidak sempat memperhatikan kalau Nai memakai make up karena terlanjur kesal.
“Bete banget sih.” Nai duduk di samping Akbar.
“Berisik.” Akbar berkata ketus dan dingin.
“Galak amat sih.” Nai mencolek dagu Akbar yang langsung di tepisnya.
“Ish kenapa sih.” Nai akhirnya lelah bersikap lemah lembut kepada Akbar.
“Karena lo pengganggu!!!” ujar Akbar tajam.
Nai ingin menangis saat itu juga karena kalimat Akbar tepat menusuknya. Nai pun dengan berat hati kembali menemui Yusuf yang sedang berbincang dengan entah siapa. Sebelum menemui Yusuf Nai sempat memperbaiki tatanan make up nya agar tidak terlalu kentara terlihat sedih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments