Acara nujuh bulanan di langsungkan di kediaman Brandon Dwi Pangga, seluruh tamu dari kalangan atas hingga menengah Brandon undang termasuk semua tetangga di sekitaran komplek elitnya tak terkecuali Dylan Jackson.
"Selamat yah, ..." Senyum manis mengiringi ucapan Dylan. Dia menyodorkan satu lembar kanvas berukuran delapan puluh kali delapan puluh cm yang ia bungkus dengan rapi pada ibu hamil besar itu.
"Terimakasih Om mafia." Jelita memberikan cengiran gigi putihnya menggoda "BTW apa ini? Apa ini lukisan?" Jelita berharap Dylan mengangguk, sudah dari awal wanita itu mengagumi lukisan-lukisan yang terpajang di setiap sisi rumah tetangga sebelah nya.
"Iya, buka saja."
Sungguh, mata Jelita membulat begitu sempurna dengan bibir terperangah saat melihat inisial DJ tertera di sudut bawah lukisan wajah cantik dirinya.
"Ini bukanya karya DJ yang terkenal itu kan? Kamu serius kasih aku ini? Lihatlah aku jadi semakin cantik di lukis tangannya langsung." Mata Jelita berpendar ceria menangkap anggukan laki-laki tampan itu "Pasti mahal, iya kan Dylan?"
"Tenang, aku langganannya jadi ada lah kortingan dikit." Canda Dylan dengan senyum tipisnya.
"Oya," Jelita masih menampilkan wajah girang seakan mendapat bongkahan berlian "Makasih Dylan, sudah dari dulu aku suka sama karya seni DJ." Jelasnya.
"Oya? Tau dari mana?" Tanya Dylan.
"Dari Papi Anson, dia biasa mengoleksi barang-barang mahal, nah sejak itu aku mulai suka sama karya-karya nya." Sambung Jelita antusias.
"Seandainya kamu ketemu sama DJ secara langsung, apa yang akan kamu lakukan?" Tanya Dylan.
"Minta tanda tangan lah."
"Itu saja? Kenapa tidak kamu cium saja, pipinya mungkin." Usul Dylan berharap.
"Ih, gak ah, pertama kali aku liat karya DJ sekitar sepuluh tahun yang lalu, mungkin sekarang orangnya dah tua." Jelita terkekeh begitupun dengan Dylan yang juga ikut tertawa, bagaimana jika Jelita tahu DJ itu Dylan Jackson? Laki-laki tampan yang kini berdiri di hadapannya.
...🖋️................🖋️...
Di sudut tempat itu beberapa pasang mata menatap mereka dengan mulut yang berkecumik "Eh jeng, ..." Seorang wanita menepuk pundak Emma sambil mendekati telinga nya.
"Ada yang mau saya omongin sama jeng Emma." Bisik wanita paruh baya itu pada mertua Jelita.
"Iyah, apa jamuan nya kurang enak?" Tanya Emma polos.
"Bukan, bukan begitu, aku cuma mau ngasih laporan tentang kelakuan mencurigakan menantu jeng Emma selama beberapa bulan ini." Ujar wanita itu.
"Laporan? Laporan apa?"
"Sudah beberapa bulan ini, menantu jeng Emma sering banget main-main ke tetangga sebelah. Awas loh jeng, hari gini suka ada istri selingkuh." Adu wanita itu mengompori.
Emma terkikik "Alah, si jeng bisa saja, ya ga mungkin Jelita selingkuh, dia cinta mati sama putra ganteng ku!" Tampik nya percaya diri.
"Ya syukur si kalo begitu jeng, tapi sedia payung sebelum hujan, hati-hati sebelum kecolongan, biasanya gadis yang pendiam seperti tak bermasalah justru diam-diam menghanyutkan."
Emma memang menampik akan tetapi batinnya menimbang nimbang laporan tetangga depan putranya. Apa lagi setelah melihat wajah riang Jelita saat berhadap-hadapan dengan Dylan Jackson yang ketampanannya setara dengan putranya, bukan tak mungkin jika itu terjadi.
🖋️................🖋️
Malamnya Jelita kembali membuka kado-kado mahal dari para kolega suami juga kakak-kakak direktur nya, hal itu membuat Shasha kembali merasa iri hati pada istri syah kekasihnya, lantaran semenjak hamil Jelita terus mendapat hadiah juga perhatian lebih dari semua orang termasuk Brandon Dwi Pangga.
"Lihatlah E'den, ini lucu banget, aku suka!" Jelita memamerkan bantal khusus ibu hamil dengan karakter Mikey mouse kesukaannya.
"Iya, tidur mu jadi lebih nyaman Jeje." Jawab Brandon tersenyum.
"E'den, kemarin aku juga di kasih kalung berlian, menurut mu cocok ga di leher ku?" Jelita bertanya pada suaminya sengaja menunjukkannya kepada Shasha.
"Bagus, itu cocok sekali." Brandon sedikit melirik ke arah Shasha, dia juga sedang menjaga satu hati lagi, biar bagaimanapun juga Shasha tetap wanita tercintanya.
"Oya, aku juga di kasih lukisan sama Dylan, dia bilang dapat kortingan dari pelukisnya, ini asli karya seni, DJ loh, E'den." Jelas Jelita antusias.
"Oya? Karya DJ sangat mahal, kamu yakin itu asli?" Sambung Brandon.
"Asli lah, dia super tajir melintir." Sela Jelita yakin.
"Tahu dari mana kamu dia tajir melintir?" Brandon mengerutkan keningnya.
"Hah? Emmh, k-kata tetangga depan itu, dia pernah bilang begitu." Kilah Jelita terbata "Oh tuhan. Ceroboh, ngapain kamu ngomong begitu, gimana kalo E'den tahu kamu sekarang akrab sama tetangga sebelah Jelita?" Batinnya merutuki dirinya sendiri.
"Syukurlah kalo asli, kamu mau pasang di mana?"
"Di kamar dong!"
Sementara Shasha tampak memanyunkan bibirnya cemburu dengan semua yang Jelita miliki "Enak banget Jeje, di kasih kado terus sama Papi nya Mas Brandon." Batinnya jutek.
"Aku jadi berubah pikiran, kenapa tidak aku saja yang hamil? Terus aku yang dapat mobil mewahnya." Sesal nya dalan batin.
Semalaman suntuk wanita itu terus memikirkan keuntungan-keuntungan yang Jelita peroleh setelah berita kehamilannya.
Seharusnya dia tidak pernah memberikan kesempatan untuk Jelita hamil, seharusnya dia tidak pernah memberikan kesempatan untuk kekasihnya meniduri isterinya, Shasha menyesal sangat menyesal.
................
Lagi, hari pun berganti begitu saja. Sudah menjadi rutinitas Mingguan, Shasha menginap lalu keesokan harinya dia pulang. Tapi sepertinya tidak untuk hari Senin ini, Shasha lebih memilih tinggal satu hari lagi di rumah kekasihnya.
"Jeje mana Mbok?" Shasha bertanya pada Mina yang kini berdiri di sisi meja makan membereskan sisa piring bekas wanita itu.
"Nyonya muda di kamar, dia tidur Non. Mungkin bawaan dari bayinya yang suka tidur di jam begini. Apa lagi perutnya juga sudah membesar." Jawabnya.
"Oh." Tak lama dari itu Shasha berjalan menaiki anak tangga menuju kamar tamu yang kini di pakai Jelita. Sudah dari malam tadi wanita itu menyiapkan rencana untuk membuat Jelita renggang lagi dari kasih sayang Brandon dan Anson Dwi Pangga.
Dia membuka pintu kamar Jelita yang kebetulan tidak terkunci, di lihatnya wanita hamil itu tenggelam di balik selimut tebal berwarna biru gelap (Navi), lalu berjalan perlahan mendekati. Di tatapnya begitu menusuk wajah cantik saingannya dengan dogol yang mencekik hatinya.
"Maaf ya Je, tapi, aku harus melakukan ini padamu, sebelum kau merebut semua yang seharusnya menjadi milikku." Gumamnya tertahan di bibir "Biar aku saja yang hamil anak Mas Brandon, kamu tidak perlu hamil saja!" Lanjutnya berbisik pelan yang hanya di dengar oleh nya sendiri.
Ia menoleh ke arah kanan, di lihatnya botol panjang berisi minyak zaitun dan seketika itu juga pikiran kotor mendukung keserakahan nya.
"Kamu harus keguguran Jeje." Di tuangkan nya satu botol minyak zaitun hingga tandas kepada lantai di mana nantinya Jelita mungkin akan menginjak marmer tersebut. Berharap bayi dalam kandungan Jelita gugur sebelum lahir.
"Aku masih belum bisa menghempaskan mu dari pacar ku, tapi setidaknya aku bisa menghempaskan bayi mu lebih dulu Jelita!" Gumamnya lagi sangat pelan.
Shasha lantas keluar dari kamar Jelita dengan seringai di ujung bibirnya "Semoga saja tidak hanya anak mu yang gugur, tapi kamu juga cacat, yah, minimal kaki mu lumpuh lah." Harap nya.
...🖋️....... Bersambung.........🖋️...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
Erna Wati
orang licik tak akan menang
2024-12-17
0
Windarti08
kok anda gak laporin klo selama ini ada wanita lain yg nyamperin rumah Brandon, anda tau Jeje sering main ke rumah tetangga sebelahnya, knapa anda gak tau klo ada wanita yang lebih sering nginep di rumah Brandon?
2023-06-29
0
Juan Sastra
mati saja kw eden,, menjaga perasaan sasa namun takenjaga perasaan istri..sedri awal baca dongkol banget rasanya sama eden. jeje juga bego sih mau aja di manfaatin.
2023-01-22
0